Harga minyak akan kembali ke level semula seketika saat produsen-produsen di AS menyadari tidaklah kompetitif bagi mereka untuk meneruskan eksplorasi minyaknya. lantas apa yang membuat pemberitaan  mengenai shale gas benar-benar begitu mencuat sehingga secara cepat menjatuhkan harga minyak hampir 60% hanya dalam beberapa tahun?
Jika kita memasukan variabel politik dalam analisa kita dan melepaskan kaca mata kuda analisa ekonomi, kita dapat melihat betapa eratnya hubungan antara harga minyak dengan hubungan politik antara US dan Rusia. Baru-baru ini majalah The Economist mencoba melihat tren hubungan politik luar negeri antara AS dan Rusia.Â
Â
Jika kita lihat praga di atas setiap kali AS bersitegang dengan Rusia atau USSR sebelum soviet terpecah, setiap kali itu juga harga minyak jatuh seperti yang terjadi pada dekade 80-an saat USSR mencoba menginvasi Afganistan. Namun di saat USSR memiliki kesaman visi dengan AS harga minyak kembali naik. ketegangan di Ukraina dan Syria antara AS dan Rusia sepertinya bakal berbeda dengan ketegangan yang perna terjadi antara AS dan USSR. Eskalasinya menjadi sangat berbeda karena baik Rusia dan AS sepertinya tidak akan mengalah dalam menjaga kepentingan globalnya baik di Timur tengah dan Eropa.
Syiria dengan rezim Basar al-assad sangat berharga bagi Rusia karena hanya di negara inilah Rusia memiliki pangkalan militer yang besar di Timur-tengah. Selain itu Ukraina begitu penting bagi Rusia karena menjadi benteng terakhir bagi Rusia untuk mempertahankan pengaruhnya di Eropa setelah begitu banyak pecahan soviet yang bergabung kedalam blok aliansi NATO setelah USSR runtuh. Hal ini terlihat dengan dianeksasinya Crimea oleh Rusia karena di sana terdapat begitu banyak basis militer Rusia untuk mempertahankan diri dari negara-negara NATO jika suatu saat konflik benar-benar pecah. Â Â
Selain karena kepentingan yang berbeda manufer Rusia di Tiongkok dianggap "mengancam" hegemoni US dollar sebagai mata uang dunia dengan sistem petrodollar-nya. seperti yang dijelaskan di atas, minyak begitu penting bagi dollar Amerika sebagai penyanggah nilai mata uang tersebut karena negara-negara Arab seperti Saudi hanya mau menerima US dollar sebagai pembayaran atas ekspor minyaknya. Akibatnya, dollar AS begitu kuat dibandingkan dengan mata uang negara-negara lain.
Hal ini akan berbeda kedepan karena Renminbi atau Yuan telah menjadi mata uang internasional dan efektif pada September tahun ini. keengganan negara-negara Arab untuk menjual minyaknya hanya dalam dollar harus dipikir ulang mengingat Rusia telah bersedia menerima Yuan sebagai alat pembayaran ekspor minyaknya. Fleksibilitas Rusia dalam menerima Yuan sebagai alat pembayaran membuat Rusia menjadi negara pengekspor minyak terbesar bagi China seperti yang diperlihatkan tabel di bawah.
[caption caption="Sumber :RBC Capital, 2016"]
Jika Skenario ini terus belanjut, kemungkinan generasi kita semua akan jadi saksi sejarah keruntuhan petrodolar...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H