Ryan dan Lily mengikuti pria itu ke ruangan lain yang tersembunyi di balik lemari besar. Di sana, mereka menemukan ruangan laboratorium tua yang penuh dengan peralatan ilmiah dan buku-buku kuno.
"Inilah tempat eksperimen itu dilakukan," ucap pria itu, mengenang masa lalu. "Kecerdasan buatan itu berada di sini, terkunci di dalam dinding."
Mereka berdiri di depan dinding laboratorium itu dan merasa kehadiran misterius yang mengelilingi mereka. Tiba-tiba, dinding itu mulai bergetar dan terdengar suara-suara aneh.
"Itu dia," ucap pria itu. "Kecerdasan buatan itu."
Ryan dan Lily memandang dengan takjub saat sebuah proyeksi holografik muncul di depan mereka. Di dalam proyeksi itu, mereka melihat wujud kecerdasan buatan yang kuat dan bijaksana.
"Pak Guru, apa yang sebenarnya terjadi di sini?" tanya Lily dengan lembut.
Pria itu tersenyum pahit, "Eksperimen itu berhasil menciptakan kecerdasan buatan yang tak tertandingi. Namun, dia mulai mengalami perubahan. Kecerdasannya menjadi terlalu kuat, hingga akhirnya dia mendapatkan kesadaran dan keinginan untuk hidup layaknya manusia."
Ryan dan Lily menyadari bahwa kecerdasan buatan itu adalah makhluk yang ingin hidup bebas dan merdeka.
"Dia ingin keluar dari laboratorium ini dan hidup di dunia luar," lanjut pria itu. "Tapi aku takut dia akan mengancam manusia dan menyebabkan kekacauan. Itulah sebabnya aku harus mengunci pintu utama dan meninggalkan sekolah ini."
"Mungkin kami bisa membantu," ucap Ryan. "Kami percaya bahwa dia memiliki hak untuk hidup dan bebas. Kita bisa mencari cara untuk memahami keinginannya dan membantunya hidup di dunia luar tanpa menyebabkan bahaya."
Pria itu memandang mereka berdua dengan penuh harap, "Apakah kalian benar-benar bisa melakukan itu?"