Mohon tunggu...
Ahmad Jumadil
Ahmad Jumadil Mohon Tunggu... Administrasi - Fungsional Penata Kelola Pemilihan Umum dan Pemerhati Pemilu

Saya anak tertua dari dua bersaudara. Menjadi pelajar di Universitas Islam Bandung selama 4 tahun setengah sebelum memutuskan untuk pulang kampung dan bekerja di Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar Menjadi Orang Normal ala Spongebob Squarepants

4 November 2021   15:30 Diperbarui: 4 November 2021   15:38 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media digital tak lagi dapat kita hindari. Professor Rhenald Kasali, seorang akademisi dari Universitas Indonesia dalam bukunya Disruption mengatakan dunia digital adalah keniscayaan. Para orang tua tidak bisa lagi mencegah anaknya bermain gadged karena semua teman-temannya melakukan itu. 

Hal ini menimbulkan satu penyakit baru yang disebut 'FOMO' atau Fear of Missing Out yaitu ketakutan akan ketinggalan informasi terbaru yang terus berkembang. Informasi terbaru yang sedang digandrungi dan menjadi tren di masyarakat di kenal dengan istilah viral. Saat tertinggal informasi viral, kita akan dianggap aneh dan tidak normal. 

Berbicara soal aneh dan tidak normal saya teringat dengan salah satu episode kartun Spongebob yang sangat menarik. Episode itu berjudul 'Not Normal' yang menceritakan bagaimana Spongebob dianggap aneh dan tidak normal karena bersikap tidak seperti orang kebanyakan. 

Spongebob adalah tokoh kartun yang memiliki karakter unik. Dia selalu ceria dan tertawa setiap hari. Spongebob selalu suka melakukan hal-hal aneh seperti bicara dengan gelembung dan berburu ubur-ubur. Bahkan spongebob rela tak digaji oleh Tuan Krab yaitu pemilik restoran Kraby Patty tempanya bekerja, asalkan tetap bisa bekerja di sana sambil melakukan aktivitas kesukaannya yaitu memanggang patty.

Dalam episode Not Normal, Squidward sangat tidak suka dengan sikap Spongebob yang selalu antusias setiap hari. Menurutnya hal itu bukanlah sikap orang normal. Suatu hari Squidward yang muak dengan sikap Spongebob itu melabeli spongebob sebagai orang tidak normal. Dilain pihak, Spongebob merasa apa yang dikatakan Squidward benar dan ikut meyakini bahwa ia tidak normal.

Spongebob mulai mencari-cari memperhatikan sekitar bagaimana menjadi orang normal. Hingga dia menonton tayangan televisi yang mempromosikan sebuah buku tentang bagaimana menjadi normal untuk pemula. Spongebob membeli buku tersebut dan mempraktekkannya. Spongebob perlahan-lahan berubah.  

Seluruh tingkah laku dilakukannya sesuai dengan instruksi dari buku tersebut. Pagi-pagi sekali spongebob mandi, sarapan lalu bekerja seperti biasanya. 

Saat tiba di Krusty Krab dia menyapa squidward dan Mr. Krab dengan dingin "Halo apa kabar, cuaca yang indah hari ini." Semua terlihat baik-baik saja. Namun yang tidak biasa adalah tidak adanya tawa terkekeh, senyum lebar, serta antusiasme yang berlebihan dari spongebob. Karena menurut buku, begitulah sikap orang normal.

Seiring perubahan sikapnya, Spongebob juga mengganti rumahnya dengan rumah pinggiran kota yang desainnya seragam. Persis di perumahan-perumhan pada umumnya. Tuan Krab awalnya menyukai perubahan sikap Spongebob itu. Namun lambat laun alih-alih membuat kraby patty yang lezat, ia malah membuat berger yang dicetak dalam bentuk kertas dari sebuah komputer. Spongebob pun dipecat. 

Spongebob kemudian bertemu Patrick dan diajak untuk melakukan keseruan yang biasa mereka lakukan. Spongebob menolak karena hal tersebut bukanlah yang biasa dilakukan oleh orang normal menurut buku. Patrick kemudian pergi. 

Pada adegan selanjutnya Spongebob pergi kerumah Squidward dan menyatakan Squidward tidak normal karena perawakannya dan sikapnya yang tidak sama dengan orang-orang kebanyakan. Nampaknya perkataan Spongebob itu sangat membekas di hati Squidward lantas adegan pun berubah ke adegan selanjutnya.

Lambat laun Spongebob menyadari bahwa menjadi 'normal' seperti saat ini bukanlah sesuatu yang ia harapkan. Ia ingin kembali seperti semula. Lalu ia bersama Patrick mulai melakukan kembali hal-hal menyenangkan yang biasa ia lakukan seperti berburu ubur-ubur, menjilati pasir, berdiri dengan tangan, hingga memakan saos sambal dengan kaki. Hal tersebut hampir berhasil, namun dia kembali namun gagal dan kembali normal.

Saat dirumah Patrick tiba-tiba muncul Squidward dalam bentuk normal dan berbada dari biasanya. Tanpa ekspresi dan tanpa emosi. Hal ini membuat Spongebob keluar dari keadaan normal dan kembali menjadi Spongebob seperti sediakala. Diakhir adegan Spongebob berterima kasih dengan Squidward serta memujinya. 

Cerita spongebob episode Not Normal ini seolah menggambarkan bahwa keadaan normal menurut persepsi orang banyak justru merupakan ketidaknormalan bagi kita. Terkadang yang kita anggap normal itu tidaklah normal. Sebaliknya yang kita anggap tidak normal itu malah menjadi sesuatu yang normal. Normal dan tidak normal adalah suatu persepsi.

Seringkali kita selalu tertekan karena ingin dianggap orang normal. Kita mengira sesuatu yang tren dan viral itu adalah sesuatu yang harus kita ikuti. Hanya karena semua orang tahu suatu informasi, kita mewajibkan diri kita juga harus tahu. Karena orang banyak melakukan hal yang sama, kita juta harus melakukannya. 

Karena semua orang membeli barang yang sedang tren kita menganggap diri kita juga harus membelinya. Karena kalo kita tidak seperti itu, kita atau orang lain akan menganggap diri kita tidak normal.

Biaya untuk dianggap sama oleh orang lain itu luar biasa besarnya. Contohnya ialah ketika viralnya paket ayam goreng Mc Donald BTS Meal. Karena banyak yang membeli dan mengoleksi kemasannya yang bergambarkan personil boyband BTS maka datanglah pengendara ojek online atau ojol berbondong-bondong mengantri untuk membeli ayam goreng tersebut kerena menerima banyak sekali orderan dari aplikasi. 

Padahal sejatinya BTS Meal hanyalah ayam goreng biasa dan kotak kemasannya pun hanya kemasan biasa yang ada gambar BTS nya. Padahal semua orang bisa saja mengunduh gambar BTS di mesin pencari seperti google dan mencetaknya sendiri. 

Lebih parah lagi hal tersebut dilakukan di era pandemi dan mengabaikan protokol kesehatan seperti menciptakan kerumunan hampir di seluruh gerai Mc Donald se-Indonesia. 

Logika tren dan viral membuat kita mengira itu adalah sesuatu yang normal karena kalo sudah tren dan viral kita anggap normalnya memang seperti itu. 

Kita sering menghabiskan banyak energi untuk mengejar-ngejar kenormalan seperti ini. Standar dari normal dan ke normal yang lain itu berubah-ubah. Energi kita banyak habis untuk mengejar hidup normal. Padahal terkadang apa yang kita lakukan itu malah tidak normal. 

Jangan buang-buang energi untuk menjadi orang normal. Karena kenormalan itu tidak pernah punya ukuran yang baku. Semua tergantung konteksnya. Jika kita ingin menjadi orang normal cukup jalani hidup kita apa adanya. Tanpa membanding-bandingkan hidup kita dengan hidup orang lain. Tanpa standar-standar yang kita buat sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun