Mohon tunggu...
Ahmad Jumadil
Ahmad Jumadil Mohon Tunggu... Administrasi - Fungsional Penata Kelola Pemilihan Umum dan Pemerhati Pemilu

Saya anak tertua dari dua bersaudara. Menjadi pelajar di Universitas Islam Bandung selama 4 tahun setengah sebelum memutuskan untuk pulang kampung dan bekerja di Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar Menjadi Orang Normal ala Spongebob Squarepants

4 November 2021   15:30 Diperbarui: 4 November 2021   15:38 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lambat laun Spongebob menyadari bahwa menjadi 'normal' seperti saat ini bukanlah sesuatu yang ia harapkan. Ia ingin kembali seperti semula. Lalu ia bersama Patrick mulai melakukan kembali hal-hal menyenangkan yang biasa ia lakukan seperti berburu ubur-ubur, menjilati pasir, berdiri dengan tangan, hingga memakan saos sambal dengan kaki. Hal tersebut hampir berhasil, namun dia kembali namun gagal dan kembali normal.

Saat dirumah Patrick tiba-tiba muncul Squidward dalam bentuk normal dan berbada dari biasanya. Tanpa ekspresi dan tanpa emosi. Hal ini membuat Spongebob keluar dari keadaan normal dan kembali menjadi Spongebob seperti sediakala. Diakhir adegan Spongebob berterima kasih dengan Squidward serta memujinya. 

Cerita spongebob episode Not Normal ini seolah menggambarkan bahwa keadaan normal menurut persepsi orang banyak justru merupakan ketidaknormalan bagi kita. Terkadang yang kita anggap normal itu tidaklah normal. Sebaliknya yang kita anggap tidak normal itu malah menjadi sesuatu yang normal. Normal dan tidak normal adalah suatu persepsi.

Seringkali kita selalu tertekan karena ingin dianggap orang normal. Kita mengira sesuatu yang tren dan viral itu adalah sesuatu yang harus kita ikuti. Hanya karena semua orang tahu suatu informasi, kita mewajibkan diri kita juga harus tahu. Karena orang banyak melakukan hal yang sama, kita juta harus melakukannya. 

Karena semua orang membeli barang yang sedang tren kita menganggap diri kita juga harus membelinya. Karena kalo kita tidak seperti itu, kita atau orang lain akan menganggap diri kita tidak normal.

Biaya untuk dianggap sama oleh orang lain itu luar biasa besarnya. Contohnya ialah ketika viralnya paket ayam goreng Mc Donald BTS Meal. Karena banyak yang membeli dan mengoleksi kemasannya yang bergambarkan personil boyband BTS maka datanglah pengendara ojek online atau ojol berbondong-bondong mengantri untuk membeli ayam goreng tersebut kerena menerima banyak sekali orderan dari aplikasi. 

Padahal sejatinya BTS Meal hanyalah ayam goreng biasa dan kotak kemasannya pun hanya kemasan biasa yang ada gambar BTS nya. Padahal semua orang bisa saja mengunduh gambar BTS di mesin pencari seperti google dan mencetaknya sendiri. 

Lebih parah lagi hal tersebut dilakukan di era pandemi dan mengabaikan protokol kesehatan seperti menciptakan kerumunan hampir di seluruh gerai Mc Donald se-Indonesia. 

Logika tren dan viral membuat kita mengira itu adalah sesuatu yang normal karena kalo sudah tren dan viral kita anggap normalnya memang seperti itu. 

Kita sering menghabiskan banyak energi untuk mengejar-ngejar kenormalan seperti ini. Standar dari normal dan ke normal yang lain itu berubah-ubah. Energi kita banyak habis untuk mengejar hidup normal. Padahal terkadang apa yang kita lakukan itu malah tidak normal. 

Jangan buang-buang energi untuk menjadi orang normal. Karena kenormalan itu tidak pernah punya ukuran yang baku. Semua tergantung konteksnya. Jika kita ingin menjadi orang normal cukup jalani hidup kita apa adanya. Tanpa membanding-bandingkan hidup kita dengan hidup orang lain. Tanpa standar-standar yang kita buat sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun