Menyoal komitmen kebangsaan di era yang serba digital seperti sekarang ini, menurut sebagian orang hanyalah bentuk "standing applause" dibalik layar. Sederhananya, bisa dipahami sebagai sebutan pencitraan.
Cara berpikir seperti itu justru dangkal karena terpolarisasi dari suatu keadaan yang dengan mudah mempengaruhi dirinya. Orang-orang yang berpikir subjektif seperti itu telah "terjebak" dalam lamunan teknologi. Tapi tidak dengan masyarakat adat.
Kepala Suku Adat Desa Babrongko Umandrow Ramses Wali di Desa Babrongko Kabupaten Jayapura, Papua dengan penuh penghormatan mewakili masyarakat adat di daerahnya mengangkat Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu sebagai Anak Adat.
Pengangkatan Menhan Ryamizard sebagai Anak Adat pasti bukan asal-asalan. Bukan sebuah skenario belaka. Sebab, bagi orang yang paham hukum adat di manapun tidak akan melihat sebelah mata.
Seperti yang disampaikan kepala Suku Adat Desa Babrongko Umandrow, bahwa pengangkatan anak adat tidak bisa diintervensi oleh pihak mana pun karena merupakan keputusan adat.
Selain diangkat sebagai anak adat, Menhan Ryamizard juga diberikan sebuah karya buku milik Kepala Suku Adat itu yang berjudul "Ryamizard Ryacudu, Pertahanan Negara, dan Papua".
Ternyata buku yang ditulisnya itu merupakan "resep" yang ia lihat selama Menhan Ryamizard menggaungkan semangat nasionalisme, dan mengajak masyarakat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Program bela negara salah satu cara Menhan menanamkan semangat itu.
Belajar dari masyarakat Adat di Desa Babrongko Umandrow, bahwa generasi milenial bangsa ini perlu meneladani sosok tokoh nasional seperti Menhan Ryamizard yang mencintai masyarakat Papua.
Mungkin bagi sang Jenderal, pengangkatan sebagai Anak Adat adalah sebuah penghormatan atas jasa-jasanya. Tapi lebih dari itu, menjaga keutuhan NKRI dan pertahanan nasional yang lebih diutamakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H