Kondisi ini sebenarnya berbeda dengan kehamilan anak pertama dan kedua, yang berlangsung tanpa kondisi sakit seperti sekarang. Perbedaan itulah yang menyebabkan saya curiga istri sakit beneran, entah DBD atau tifus. Setelah saya renungkan, penyebabnya mungkin karena saat hamil anak perama dan kedua, umur istri masih muda, 24 tahun. Kondisi badan masih fit, sedangkan saat ini sudah di atas 30 tahun. Kata orang kehamilan sebaiknya di bawah 30 tahun, jika di atas 30 tahun mungkin efeknya tidak bagus, seperti yang terjadi pada istri.
Obat untuk kondisi ibu hamil yang sakit seperti ini adalah dengan banyak makan, selalu dengan kualitas makanan yang terjaga, dan banyak minum, 20 gelas sehari!
Namun tetap, secara umum saya harus katakan, bagi seorang suami, kecurigaan terhadap kondisi istri hamil yang sakit, patut ada. Walaupun hamil bisa menyebabkan kondisi badan seperti orang yang kena sakit tifus atau DBD, tetap kita harus waspada, karena ibu hamilpun saya percaya bisa kena tifus atau DBD atau penyakit lainnya (naudzubillah), kan virus atau bakteri tidak pandang bulu. Oleh karena itu wajib sifatnya kita memeriksakan kondisi ibu hamil ke dokter tatkala mereka sakit seperti orang sakit pada umumnya. Ini dilakukan agar perlakuan dan obat yang diberikan benar dan tepat (sesuai kondisi ibu hamil).
Untuk urusan asuransi saya usul agar kondisi ibu hamil ini bisa masuk ke dalam poin yang ditanggung, karena biar bagaimanapun seorang istri yang hamil walaupun kondisi sakitnya karena hamil tetapi yang saya lihat pada istri saya, benar-benar sakit, pusingnya, demamnya, begitupula panasnya. Jadi bener sakit lho, bukan sakit bohongan! Semoga usulan saya masuk akal ya.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI