Mohon tunggu...
ARAYRI
ARAYRI Mohon Tunggu... Guru - Adzra Rania Alida Yasser Rizka

Sampaikanlah Dariku Walau Satu Ayat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenapa Sakit Yang Dialami Ibu Hamil, Dikatakan Bukan Sakit?

31 Juli 2015   08:11 Diperbarui: 12 Agustus 2015   04:27 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="hasil cek darah, foto pribadi"][/caption]

Pertanyaan ini mucul ketika hendak mengklaim asuransi setelah istri dirawat di RS kemarin. Sebenarnya saya sudah pernah mendengar hal itu, bahwa seorang ibu hamil yang sakit pada umumnya dikatakan bukan sakit, sehingga biasanya asuransi tidak menanggung biaya rawat. Namun kenapanya saya bingung, padahal yang saya lihat dari mata kepala saya, istri saya sakit beneran.

Istri saya, yang sedang hamil 3 bulan pada penghujung Bulan Ramadhan kemarin, mengalami gejala pusing, menggigil, panas tinggi sampai suhu 38 koma sekian-sekian. Panasnyapun cenderung berlanjut. Baru turun apabila istri minum paracetamol. Jika pengaruh parasetamol hilang, panasnya naik lagi. Begitu seterusnya. Gejala itu diderita sejak hari Senin malam tanggal 13 Juli 2015. Selasa malam saya bawa istri ke dokter, dan menurut dokter, dia hampir kena dehidrasi. Jadi harus banyak minum dan makan, terutama teh manis, tetapi mengurangi buah, karena hawatir buang airnya encer dan mengurangi cairan tubuh. Namun masih boleh rawat jalan.

Hari Rabu, kondisi istri saya masih sama, panas dan menggigil, walaupun mencoba banyak minum dan teh manis sesuai anjuran dokter. Akhirnya Kamis pagi, 16 Juli 2015, tepat sehari sebelum lebaran, saya bawa istri saya ke RS. Di sana, saya meminta RS untuk merawat inapkan istri karena kondisi yang tidak berubah. Istri sayapun diinfus. Dokter kandunganpun segera memeriksa janin, alhamdulillah janin kondisinya baik, tetapi tetap saya minta istri dirawat, karena panas yang tidak turun. Malam harinya istri saya dicek darah. Hasilnya semua negatif, hanya NS1 yang positif. Kata perawat NS1 itu penunjuk bahwa ada kemungkinan itu demam berdarah. Namun jumlah trombosit masih bagus, di atas 200an, masih di atas batas bawah 150. Istri saya diberi paracetamol dan antibiotik racikan dokter.

Hari Jumat pas lebaran, kondisi masih sama, panas dan pusing. Pada hari Sabtu pagi, 18 Juli 2015, di cek lagi darahnya, termasuk cek widal untuk tifus. Hasilnya semua negatif. Trombositpun masih dalam keadaan baik di atas normal, 200an. Tidak ada yang positif. Ketika dokter datang, kami sempat menanyakan bagaimana dengan tes torch, apakah perlu dilakukan? Dokter dengan tegas menjawab, tidak ada hubungannya antara kandungan dan tes torch. Akhirnya tes itu tidak dilakukan. Dokterpun meminta kami menunggu sampai hari esoknya, yaitu hari Minggu.

Lalu kondisi menakjubkan terjadi, Semenjak Sabtu malam sampai Minggu, kondisi istri saya membaik. Tidak ada panas, tidak ada pusing. Karena sampai Minggu sore, 20 Juli 2015, kondisi semakin membaik, tidak panas lagi, akhirnya kami diperbolehkan pulang. Sebelum pulang, dokter kandungan memeriksa lagi kondisi janin. Alhamdulillah setelah melihat melalui USG, kandungan dinyatakan baik. Kondisi istripun sampai sekarang tidak pernah panas lagi namun pusing masih kadang terjadi.

Semalam kami berkunjung ke dokter lagi untuk cek kandungan sesuai anjuran dokter. Kondisi kandungan baik dan terlihat jelas janin bergerak. Dokterpun memberikan penjelasan bahwa kehamilan bisa menyebabkan berbagai kondisi badan yang tidak enak, mulai dari pusing, sakit kepala, sampai panas badan. Hal itu karena kondisi hormon yang tidak normal.

Dokter menasihati untuk menikmati setiap apa yang dirasa oleh ibu hamil dan terus makan banyak makanan. Kalau orang biasa butuh 4 sehat 5 sempurna, ibu hamil harus ditambah 1 lagi, logikanya harus lebih banyak dan lebih baik kualitasnya dari orang biasa. Kualitas lebih baik misalnya, lalapan kalau mentah dihindari karena makanan mentah tidak lebih baik kualitasnya dari yang dimasak. Begitupula sate, patut diperhatikan, yang baik kualitasnya adalah yang dagingnya matang, jangan setengah matang ataupun gosong semua. Minumpun harus banyak, sampai 20 gelas sehari.  

Kesimpulan saya

Kondisi ibu hamil yang sakitnya seperti di atas, dikatakan bukan sakit beneran karena disebabkan oleh hormon yang tidak stabil, bukan karena virus atau bakteri. Kalaupun pada hasil cek darah medis istri saya muncul NS1 positif itu sifatnya palsu, karena trombositnya masih dalam kondisi normal setelah dicek darah dua kali. Hasil lab cek darah istri menunjukan semua negatif, termasuk trombosit dan widal. Sakit yang diderita istri bukan karena sakit tifus atau DBD, tetapi lebih karena kondisi hamil istri.

Kondisi di atas, menurut perawat yang secara rutin mengecek kondisi istri ketika di RS, dalam istilah umumnya disebut trisemester pertama masa kehamilan, yang menyebabkan istri mengalami gangguan kesehatan, seperti mual, muntah, pusing, demam, dan lain sebagainya. Namun pada saat itu juga kandungan membutuhkan banyak asupan karena masa proses pembentukan awal janin. Jadi di saat mual dan pusing, ibu hamil harus makan banyak juga.

Kondisi ini sebenarnya berbeda dengan kehamilan anak pertama dan kedua, yang berlangsung tanpa kondisi sakit seperti sekarang. Perbedaan itulah yang menyebabkan saya curiga istri sakit beneran, entah DBD atau tifus. Setelah saya renungkan, penyebabnya mungkin karena saat hamil anak perama dan kedua, umur istri masih muda, 24 tahun. Kondisi badan masih fit, sedangkan saat ini sudah di atas 30 tahun. Kata orang kehamilan sebaiknya di bawah 30 tahun, jika di atas 30 tahun mungkin efeknya tidak bagus, seperti yang terjadi pada istri.

Obat untuk kondisi ibu hamil yang sakit seperti ini adalah dengan banyak makan, selalu dengan kualitas makanan yang terjaga, dan banyak minum, 20 gelas sehari!

Namun tetap, secara umum saya harus katakan, bagi seorang suami, kecurigaan terhadap kondisi istri hamil yang sakit, patut ada. Walaupun hamil bisa menyebabkan kondisi badan seperti orang yang kena sakit tifus atau DBD, tetap kita harus waspada, karena ibu hamilpun saya percaya bisa kena tifus atau DBD atau penyakit lainnya (naudzubillah), kan virus atau bakteri tidak pandang bulu. Oleh karena itu wajib sifatnya kita memeriksakan kondisi ibu hamil ke dokter tatkala mereka sakit seperti orang sakit pada umumnya. Ini dilakukan agar perlakuan dan obat yang diberikan benar dan tepat (sesuai kondisi ibu hamil).

Untuk urusan asuransi saya usul agar kondisi ibu hamil ini bisa masuk ke dalam poin yang ditanggung, karena biar bagaimanapun seorang istri yang hamil walaupun kondisi sakitnya karena hamil tetapi yang saya lihat pada istri saya, benar-benar sakit, pusingnya, demamnya, begitupula panasnya. Jadi bener sakit lho, bukan sakit bohongan! Semoga usulan saya masuk akal ya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun