Mohon tunggu...
AHMAD IBNU NGATHOILLAH
AHMAD IBNU NGATHOILLAH Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa PGSD UNNES Semarang

Segala hal yang berhubungan dengan musik dan memiliki seni didalamnya maka saya menyukainya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Saja sih Perubahan Nilai Kebajikan dalam Sastra Anak Modern?

2 Desember 2024   20:40 Diperbarui: 2 Desember 2024   23:49 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku I am the Lorax by Dr. Seuss'sInput (Sumber: images-cdn.ubuy.co.id)

Sastra anak merupakan bagian penting dari dunia pendidikan dan budaya yang berfungsi sebagai jembatan untuk menanamkan nilai-nilai kebajikan kepada generasi muda. Cerita-cerita dalam sastra anak tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga mengandung pelajaran moral yang dapat membentuk karakter anak. Dalam perkembangan zaman, nilai-nilai kebajikan yang disampaikan melalui sastra anak mengalami transformasi, menyesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan dunia modern.

Dunia yang semakin kompleks, didorong oleh globalisasi, kemajuan teknologi, dan perubahan sosial, telah menciptakan kebutuhan akan pendekatan yang lebih relevan dalam pengajaran nilai-nilai kebajikan. Sastra anak tradisional sering kali berfokus pada pengajaran moral yang eksplisit melalui cerita sederhana dengan tokoh-tokoh yang mudah dikenali sebagai "baik" atau "buruk." Namun, sastra anak modern menghadirkan karakter dan konflik yang lebih kompleks, mengangkat isu-isu sosial yang relevan, dan menggunakan teknologi untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Perubahan ini menunjukkan bahwa sastra anak kini tidak hanya menjadi alat pendidikan moral tetapi juga media yang membangun kesadaran sosial, empati, dan tanggung jawab terhadap dunia yang lebih besar. Dengan tema-tema yang mencakup keberagaman, keberlanjutan, dan kesetaraan, sastra anak modern mencerminkan upaya untuk membangun generasi yang peduli, inklusif, dan berorientasi pada kebaikan bersama.

Transformasi Nilai-Nilai Kebajikan

Dalam sastra tradisional, kebajikan sering kali berfokus pada sifat-sifat seperti kejujuran, kesabaran, dan keberanian. Misalnya, dalam cerita rakyat Indonesia seperti Si Kancil Mencuri Timun, nilai kebajikan diajarkan dengan sangat jelas: tindakan mencuri tidak dibenarkan, meskipun karakter kancil digambarkan cerdas.

Namun, sastra anak modern mulai melampaui pengajaran moral yang sederhana. Nilai-nilai seperti empati, toleransi, kerja sama, dan tanggung jawab sosial kini mendapatkan porsi lebih besar. Buku-buku seperti Wonder karya R.J. Palacio, yang mengisahkan perjuangan seorang anak dengan wajah yang berbeda, membawa pesan yang lebih dalam tentang bagaimana memahami dan menerima perbedaan.

Menurut Waskita (2021), sastra anak modern tidak lagi hanya membahas "apa yang benar dan salah," tetapi juga mengajak anak-anak memahami alasan di balik tindakan tertentu dan dampaknya terhadap orang lain. Nilai kebajikan bukan sekadar aturan yang harus diikuti, tetapi menjadi alat untuk membangun hubungan yang sehat dengan sesama.

Penekanan pada Empati

Empati, atau kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain, menjadi salah satu tema utama dalam sastra anak modern. Buku-buku seperti The Invisible Boy karya Trudy Ludwig menggambarkan bagaimana seorang anak merasa terisolasi dan bagaimana tindakan kecil dari teman-temannya dapat menciptakan perbedaan besar. Cerita semacam ini membantu anak-anak melihat dunia dari perspektif orang lain, yang merupakan keterampilan penting dalam membangun hubungan sosial yang sehat.

Sastra anak modern juga sering mengangkat tema keberagaman budaya, agama, dan latar belakang sosial untuk mengajarkan empati lintas budaya. Dalam buku Last Stop on Market Street karya Matt de la Peña, anak-anak diajak memahami perbedaan sosial melalui pengalaman seorang anak yang bepergian dengan bus bersama neneknya. Pesan moral dalam buku ini tidak hanya mengajarkan empati terhadap orang lain, tetapi juga menghargai nilai-nilai sederhana dalam kehidupan.

Mengangkat Isu-Isu Sosial yang Relevan

Berbeda dengan sastra anak tradisional, sastra modern semakin sering mengangkat isu-isu sosial yang relevan, seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan kesetaraan gender. Misalnya, buku The Lorax karya Dr. Seuss mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Dengan cara yang sederhana dan penuh imajinasi, cerita ini membantu anak-anak memahami dampak negatif dari eksploitasi sumber daya alam dan pentingnya bertanggung jawab terhadap bumi.

Selain itu, isu kesetaraan gender juga menjadi tema yang menonjol dalam sastra anak modern. Buku-buku seperti Good Night Stories for Rebel Girls memberikan cerita-cerita inspiratif tentang perempuan-perempuan yang melampaui batasan tradisional. Pesan moral dalam buku ini mengajarkan bahwa kebajikan seperti keberanian dan keuletan tidak terbatas pada gender tertentu, sebuah nilai yang penting dalam masyarakat modern.

Karakter yang Lebih Kompleks

Dalam sastra tradisional, karakter sering kali digambarkan secara hitam-putih: ada tokoh baik yang sempurna dan tokoh jahat yang sepenuhnya salah. Namun, sastra anak modern menghadirkan karakter yang lebih kompleks dan realistis. Tokoh utama tidak selalu sempurna, dan mereka sering kali menghadapi dilema moral yang membutuhkan pemikiran mendalam.

Sebagai contoh, dalam buku Matilda karya Roald Dahl, tokoh utama menggunakan kecerdasannya untuk mengatasi ketidakadilan di sekitarnya. Meskipun Matilda digambarkan sebagai karakter yang baik, dia juga memiliki kelemahan dan ketidakpastian, yang membuatnya lebih manusiawi. Hal ini mengajarkan anak-anak bahwa kebajikan bukanlah tentang kesempurnaan, tetapi tentang usaha untuk melakukan yang terbaik dalam situasi sulit.

Teknologi dan Sastra Anak

Kemajuan teknologi membawa tantangan sekaligus peluang bagi sastra anak. Di satu sisi, teknologi membuat anak-anak lebih terpapar pada media hiburan lain seperti gim atau video yang mungkin kurang menekankan nilai-nilai moral. Namun, di sisi lain, teknologi juga memungkinkan sastra anak menjangkau audiens yang lebih luas melalui buku digital, aplikasi interaktif, dan audiobook.

Menurut Siti Aminah, teknologi dapat digunakan untuk memperkaya pengalaman membaca anak. Misalnya, aplikasi seperti Epic! menyediakan ribuan buku digital untuk anak-anak, lengkap dengan ilustrasi interaktif dan narasi audio. Fitur-fitur ini tidak hanya membuat cerita lebih menarik, tetapi juga membantu menyampaikan pesan moral dengan cara yang lebih menyenangkan.

Sastra Anak dan Pendidikan Karakter

Perubahan nilai kebajikan dalam sastra anak modern sejalan dengan kebutuhan pendidikan karakter yang semakin kompleks. Buku-buku modern tidak hanya mengajarkan nilai-nilai dasar seperti kejujuran dan keberanian, tetapi juga membantu anak-anak memahami isu-isu global, berpikir kritis, dan menjadi individu yang peduli terhadap lingkungan sosialnya.

Sebagai alat pendidikan, sastra anak modern memberikan pendekatan yang lebih inklusif dan multidimensional. Cerita-cerita tentang berbagi, bekerja sama, dan menghadapi perbedaan dengan pikiran terbuka membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang empati dan bertanggung jawab.

Kesimpulan

Sastra anak modern mengalami perubahan besar dalam cara menyampaikan pesan moralnya. Dari pendekatan tradisional yang sederhana, kini cerita anak mengadopsi tema yang lebih beragam dan relevan dengan isu-isu global. Sastra ini menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai penting seperti keberagaman, kesadaran sosial, dan keberlanjutan lingkungan, yang semuanya relevan untuk menghadapi tantangan dunia modern.

Teknologi telah membawa sastra anak ke tingkat yang lebih interaktif dan menarik, memungkinkan anak-anak untuk menjelajahi cerita melalui media yang lebih modern dan dinamis. Namun, penting bagi para orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk memastikan bahwa anak-anak memiliki akses ke karya sastra berkualitas yang mampu mendukung perkembangan moral dan intelektual mereka.

Dengan terus mempromosikan sastra anak sebagai alat pendidikan yang relevan, kita membantu menciptakan generasi yang peduli,  dan berorientasi pada kebaikan bersama. Sastra anak bukan hanya alat hiburan, tetapi juga wahana untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang dapat membangun dunia yang lebih baik di masa depan.


Daftar Pustaka :

Waskita. (2021). Peran sastra dalam pendidikan moral anak. Diakses dari https://waskita.ub.ac.id/index.php/waskita/article/download/39/40

Aminah, S. (2022). Pendidikan karakter melalui pembelajaran sastra pada anak usia dini. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/497682-none-f0a91aac.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun