"Tapi aku gak terima kalo apartemen dibilang identik dengan tempat prostitusi, transaksi, mutilasi, dan berbagai aksi negatif atau destruktif lainnya. Itu jelas tidak fair. Kriminalitas bisa terjadi dimana aja dan kapan aja. Iya nggak?" ungkapnya.
Saat sedang asyik ngobrol, tiba-tiba saja terdengar bunyi yang cukup keras dan terputus-putus. "Bwrew, bwrew, bwrew!" Alin dan Elon yang terperanjat, kompak berucap, "Bunyi apaan tuh?"
Elon spontan mencari sumber bunyi tersebut seraya mendekat ke arahnya. Ia lalu menempelkan telinga kirinya ke dinding sambil berkata, "Kayaknya dari sini."
"Lho, kamar sebelah kan kosong," ucap Alin.
"Tapi bunyinya jelas sekali. Seperti gerinda atau bor listrik. Apa itu bunyi si pelaku sedang memotong-motong korbannya?" ujarnya seperti menakuti.
"Jangan bercanda deh!" sahutnya.
"Terus apa dong?" tukasnya.
"Lapor ke satpam dong," timpalnya.
"Coba kita tunggu dulu sebentar. Kita lihat apakah bunyi itu masih terdengar lagi atau tidak. Oke?" katanya.
Menunggu sambil berharap bunyi itu tidak muncul lagi, suasana mendadak berubah menjadi tegang. Di saat  hening seperti itu, tiba-tiba terdengar kembali bunyi berisik seperti sebelumnya tapi agak berbeda. "Ngeeng, ngeeng, ngeeng!"
Keduanya melongo seperti tidak menyangka. Seperti diberi isyarat Alin, Elon terpaksa melakukan apa yang tadi ia bilang. Sesaat kemudian pintu kamar diketuk. "Tok, tok, tok!" Keduanya saling memandang dengan heran. Elon bergegas melangkah ke arah pintu lalu membukanya.