Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tersenyum

28 Januari 2023   10:10 Diperbarui: 28 Januari 2023   10:14 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

........

Di suatu malam, rumah kontrakan yang ditempati Dino, disatroni maling. Rumah yang baru ditempati sebulan itu dalam keadaan gelap gulita karena token listriknya belum diisi pada hari itu. Ia terpaksa mengontrak di rumah itu karena kepemilikan rumah lamanya jatuh ke tangan mantan istrinya setelah mereka resmi bercerai.

Kedua maling itu tampaknya sudah mempelajari rumah itu sebelumnya. Mengetahui dan memanfaatkan celah di bagian dinding atas rumah yang hanya ditutup selembar seng, mereka menyelinap masuk ke dalam rumah. "Kretak! Kretek! Sreeek!" Terdengar bunyi seng yang dibuka dan digeser. Setelah berhasil masuk, mereka turun lewat tangga sampai di bagian dapur.
 
Meskipun pelan, berbagai bunyi yang ditimbulkan dari aktivitas maling itu terdengar sangat jelas di malam yang sunyi dan sepi itu. Mendengar berbagai gangguan suara itu, Dino terbangun. Mulanya ia mengira itu hanya kucing atau angin. Namun lama-kelamaan muncul kecurigaan jika bunyi itu bukan berasal dari apa yang ia sangka tapi perbuatan orang alias maling.

Menyadari hal tersebut, ia sempat panik. Namun segera bisa menenangkan diri. Di saat genting itu, tiba-tiba saja ia teringat nasihat sang dokter. Sebuah ide muncul dalam benaknya. Meskipun ragu, ia merasa tak punya pilihan lain seraya bergumam, "Tak ada salahnya untuk dicoba."

Dengan menggunakan senter, kedua maling mulai merambah setiap ruang dalam rumah itu guna mencari barang-barang berharga untuk dicuri. Saat tiba di depan kamar Dino, keduanya mendengar seperti suara seseorang yang sedang berdoa. Suara doa itu terdengan cukup jelas sehingga memancing perhatian mereka.

"Tuhanku! Aku sudah tak punya apa-apa lagi. Sejak pandemi terjadi, hartaku berangsur habis. Usahaku pun rontok. Tabunganku terus tergerus. Akupun terusir dari rumahku sendiri dan terpaksa mengontrak disini. Bahkan istriku tega pergi meninggalkanku dan menuntut hartaku. Lalu ibuku yang tercinta wafat akibat keganasan wabah pandemi ini. Tagihan dan utangku makin lama makin menumpuk. Sementara aku tidak punya pemasukan lagi dan tidak tahu kapan bencana pandemi ini akan berakhir."

"Tuhanku! Aku benar-benar pasrah pada-Mu. Berilah aku kekuatan untuk menghadapi semua ini. Bantulah aku agar bisa keluar dan bangkit dari keterpurukan ini. Hanya pada-Mu aku memohon dan berharap. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Perkenankanlah doa hambamu yang lemah dan banyak salah ini. Aamiin."

Mendengar hal itu, kedua perampok merasa iba dan kasihan. Mereka mengurungkan niatnya lalu segera meninggalkan rumah itu dengan tangan hampa.

Saat kondisi dirasa aman, Dino keluar dari kamar untuk memastikan keberadaan maling itu. Ia berkata sambil tersenyum, "Terima kasih Tuhan. Engkau telah mendengarkanku. Sekarang mungkin aku mengerti apa maksud perkataan si dokter." (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun