Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kejahatan (Tak) Sempurna [#1/2]

31 Desember 2022   10:01 Diperbarui: 31 Desember 2022   10:00 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(id.depositphotos.com)

Ia sempat mengontak Revan lewat SMS namun tidak dibalas. Begitu pula saat ditelepon, tidak bisa dihubungi. Muncul keheranannya karena Revan tidak pernah seperti itu sebelumnya. Sesibuk-sibuknya ia, tidak mungkin baginya menolak untuk komunikasi dengan orang yang mengontaknya.

Muncul kekhawatiran sekaligus firasat telah terjadi sesuatu pada diri Revan. Lidya sempat mendatangi kosannya tapi hanya mendapati kamar yang kosong. Kerisauannya kian bertambah. Namun tak ada yang dapat ia perbuat selain menunggu dan berharap ada kabar berita dari Revan.
 
Saat tragedi itu terjadi, ia begitu terperanjat dan tak percaya. Meskp tidak dikehendaki, firasat itu benar adanya. Tak ada kesedihan terbesar yang pernah ia rasakan sepanjang hidupnya selain kehilangan sang sahabat pada saat itu. Juga tak ada kemisteriusan terbesar yang pernah ia temui selain kematian sang sahabat.

Meski sudah sembilan tahun berlalu, Lidya tidak akan pernah melupakan Revan sampai kapanpun. Seluruh kenangan dan masa lalunya bersama Revan akan selalu ia kenang. Saat semua memori itu menghilang dari benaknya, ia bangkit dari tanah tempatnya duduk lalu berjalan kembali menuju mobilnya.

.............

Sambil berusaha dan terus berusaha, pria itu tampak sibuk di ruang kerjanya. Di meja kerjanya, terdapat satu box plastik berisi barang-barang dan berkas map terkait kasus yang sedang ia tangani. Sudah beberapa hari ini, ia berkutat dengan itu semua. Dengan satu harapan, semoga ada perubahan yang berarti dan signifikan bagi perkembangan kasus tersebut.

Inspektur David bukan orang baru saat ditempatkan di posnya yang baru itu. Dalam 20-an tahun karirnya, berbagai posisi pernah ia singgahi. Sepanjang karirnya, banyak kasus besar yang pernah ia tangani. Beberapa diantaranya mendulang keberhasilan. Dengan track record tersebut, tak mengherankan jika kiprah dan reputasinya sebagai seorang perwira polisi dengan segudang portofolio, menjadi dikenal luas.

Saat diberi amanat kasus pembunuhan misterius yang terjadi tahun 2001 itu, ia sadar sekali konsekuensi di baliknya. Begitu pula ekspektasi dari lembaga tempatnya mengabdi maupun harapan publik yang besar padanya. Namun ia tak menganggap itu sebagai beban. Ia juga tidak terlalu peduli akan pertaruhan dan pembuktian nama baik yang telah disandangnya selama ini pada kasus yang telah menyita perhatian publik itu.

Baginya simpel saja. Setiap tugas dan pekerjaan harus dihadapi dan dilakukan dengan serius serta sungguh-sungguh. Bekerja sebaik mungkin demi amanat dan tanggung jawab profesi yang telah diberikan. Bukan demi jabatan, materi, popularitas, atau lainnya. Prinsip itu yang dipegangnya selama ini dan sudah ia buktikan sendiri.
 
Ia sudah mengetahui kasus itu sejak pertama kali terungkap ke publik. Meski hanya dari media, ia mengikuti perkembangannya. Kini setelah sambilan tahun berlalu dan di tengah ketidakpastian nasib kasus itu, ia ditunjuk menjadi penyelamat yang dielu-elukan dalam mengusut tuntas kasus tersebut.

Sejak hari pertama ia menangani kasus tersebut, ia langsung tancap gas. Harus diakui, kasus itu memang minim dalam berbagai hal. Barang bukti, saksi mata, pengakuan, catatan dan temuan di lapangan. Ditambah rentang waktu yang lama, kasus itu tampak sulit dan berat untuk diungkap.

Dari hasil otopsi, spekulasi awal yang menyebut korban melakukan bunuh diri, langsung terbantahkan. Hasil otopsi menunjukkan adanya air dan pasir di paru-paru korban. Itu berarti korban dimasukkan ke telaga dalam keadaan hidup atau masih bernapas tetapi tidak sadarkan diri. Dari hasil otopsi juga ditemukan sisa obat bius dalam tubuhnya yang menjadi penyebab korban hilang kesadaran.

Satu-satunya petunjuk yang ada adalah sebuah surat wasiat yang tampaknya diopinikan berasal dari si korban. Surat itu ditemukan di kamar kosan Revan. Surat yang ditulis tangan di selembar kertas itu terdiri dari dua bait puisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun