Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mirna (2/2)

2 Oktober 2021   10:01 Diperbarui: 2 Oktober 2021   10:09 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa minggu berlalu namun tidak banyak yang dapat ia lakukan untuk mengubah keadaan. Sebuah acara launching buku baru molor dari waktu yang ditentukan dan terpaksa harus di-reschedule. Dan puncaknya sebuah acara meet and greet seorang penulis ternama, terpaksa dibatalkan karena penguluran jadwal dari waktu yang telah disepakati dengan si penulis. Semua sengkarut itu tidak lepas dari peran dan andil Mirna di dalamnya.

Kini harapan dan impian tinggal kenangan. Masa keemasan itu tinggal sejarah usang yang tak mungkin terulang. Kinerja Mirna benar-benar berbalik 180 derajat. Dulu dipuji kini dijauhi. Semua hasil kerja kerasnya selama ini lenyap seketika bak ditelan bumi. Karirnya terpaksa harus berakhir sampai disini.

.......

Menyadari kondisi Mirna yang ternyata tidak lebih baik dan diluar ekspektasi, Suwandi tak mampu berbuat banyak untuk menyelamatkan kelangsungan karir anak buahnya itu. Masalah Mirna kini sudah diambil alih oleh bagian personalia. Ia sendiri tidak tahu pasti kebijakan yang akan diambil perusahaan tapi sudah bisa menduga ke mana arahnya. Ia hanya diminta menunggu perintah dari atas dan melaksanakannya.

Hari itu Suwandi mengantar Mirna ke ruang personalia yang berada di lantai yang atas. Bak tersangka dalam sebuah kasus, Mirna akan dihadapkan ke manager personalia untuk menerima vonis terakhirnya. Sedih dan kehilangan yang ia rasakan saat akan melepas kepergian Mirna untuk selamanya. Sebagai atasannya, ia merasa kasihan pada jalan hidup Mirna yang penuh liku dan haru.

Terlepas dari sudut pandang subyektifnya, Suwandi menilai masalah ini haruslah dilihat secara obyektif dan profesional. Satu sisi, perusahaan sudah berusaha untuk tetap mempertahankan Mirna dengan memberinya kesempatan melalui cuti panjang pasca kecelakaan dan cuti khusus. Sisi lain, berbagai upaya itu ternyata tidak membuahkan hasil. Hingga deadline yang ditentukan, Mirna tetap tidak juga menunjukkan tanda-tanda yang diharapkan perusahaan. Dari kenyataan itu, sudah bisa disimpulkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tak lama kemudian sampailah mereka di ruang yang dituju. Setelah mengetuk, Suwandi membuka pintu dan mempersilahkan Mirna masuk sementara ia sendiri tidak ikut masuk. Sesaat ia menatap Mirna diiringi senyuman dan anggukan kepala isyaratkan simpati dan dukungan padanya lalu segera berlalu tanpa berkata apa-apa.

Di ruangannya sang manager sudah menanti kedatangan Mirna. Bak algojo hukuman mati, ia akan menyampaikan keputusan itu. Dengan welcome, ia menyambut dan mempersilahkan Mirna duduk. Sambil menanyakan kabar dan ngobrol santai, ia berusaha membuat suasana jadi lebih cair dan rileks sebelum masuk ke inti masalah.

"Baik, saudari Mirna terima kasih atas kedatangannya. Saya ingin langsung to the point. Menindaklanjuti cuti khusus yang sudah diberikan perusahaan, managemen sudah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap performa dan kinerja anda beberapa waktu terakhir ini. Setelah melalui berbagai pertimbangan, sampailah kami pada keputusan terakhir. Dengan berat hati managemen terpaksa menempuh langkah berat ini."

Dengan tatapan murung dan bernada simpati, ia lalu melanjutkan, "Dengan sangat terpaksa kami menonaktifkan saudari sebagai pegawai di perusahaan ini. Itu artinya saudari tidak bekerja lagi disini terhitung mulai hari ini."

Namun Mirna yang ngotot tetap ingin bekerja, meratap. "Tolong, Pak! Beri saya kesempatan sekali lagi! Saya masih sanggup bekerja. Saya janji akan melakukan apapun yang diminta dan tidak akan membuat kesalahan lagi. Saya akan buktikan pada Bapak," pintanya memelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun