Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#2)

28 Februari 2021   10:10 Diperbarui: 28 Februari 2021   10:13 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(robertneralich.com)

"Apa yang Adik tunjuk itu kamar Kak Rika?"
Detak jantung Mama bertambah kencang menanti jawaban Ricko.
"He eh" jawab Ricko polos.
"Kamarnya Kak Rika kah yang Adik tunjuk?" tanya Mama sekali lagi.
"Iya" jawab Ricko.

"Apa Kak Tomi masuk ke dalam kamarnya Kak Rika?" Mama kian tegang.

"Kayaknya ... masuk tuh," jawab Ricko ragu-ragu.
"Oke, Adik boleh nonton lagi. Makasih ya sayang," kata Mama mengakhiri interogasinya.

Mama terenyuh sambil menantap foto-foto keluarga yang dipajang di dinding ruang tamu. Kebanyakan darinya adalah foto suaminya bersama para pejabat negara bahkan RI 1. "Oh Tuhan, apa jadinya kalau dugaanku ini benar? Mau dibawa kemana mukaku dan nama keluarga ini?" ujar mama dalam hati. Terbayang wajah suaminya, Roy Arifin, pria yang telah menemani hidupnya selama 22 tahun ini, harus menanggung malu.


Roy, seorang birokrat eselon 1 di sebuah kementerian, pertama kali bertemu Mama Evi saat sedang berdinas di Bandung. Saat itu Mama Evi sedang magang di kantor Papa Roy. Setelah melalui LDR yang cukup lama, Tuhan akhirnya menakdirkan mereka untuk berjodoh selamanya.


Selepas menikah, mama yang punya hobi membuat kue sejak remaja, merintis usaha kecil-kecilan dari rumah. Meski hidupnya sudah mapan, mama bukan tipe orang yang suka berdiam diri. Ia tetap mencari kesibukan dengan menyalurkan hobi masaknya. Suaminya sendiri tidak melarang kegiatan tersebut tapi tidak juga terlalu mendukungnya.


Memanfaatkan momen arisan ibu-ibu di perumahan dan acara perkumpulan wanita di kantor suaminya untuk menawarkan produknya, perlahan tapi pasti bisnis mama berkembang. Dengan merek dagang "Roti Mama" , satu per satu gerai dibuka dan masih eksis hingga sekarang. Kini mama tinggal menikmati hasil jerih payahnya selama ini.


Masih diam membisu di ruang tamu, mama merenung apa yang keliru selama ini. Ia merasa sudah memberikan yang terbaik kepada kedua anaknya, memperhatikan kondisi mereka, merawat dan mendidik mereka. "Kalau begitu siapa yang harus bertanggung jawab atas accidentini?" gumamnya dalam hati.


Mama seperti tak habis pikir kenapa Erika bertindak sebodoh ini. Kenapa Tomi berbuat senekat ini? Kenapa juga keduanya melabrak batasan yang semestinya? Memikirkan hal itu, mama jadi pusing sendiri sekaligus sedih. Ketenangan hidupnya selama ini tiba-tiba sirna dalam sekejap berganti rasa takut dan cemas.


Setiap kali mama menyangkal hal buruk yang kian tampak di depan matanya, semakin sadar ia tidak bisa lari dari kenyataan. Baginya tak ada gunanya lagi menyangkal. Nasi sudah jadi bubur. Lebih baik sekarang dia bersiap-siap dengan segala kemungkinan terburuk yang akan datang.


(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun