Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#2)

28 Februari 2021   10:10 Diperbarui: 28 Februari 2021   10:13 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(robertneralich.com)


Keduanya terlihat masih shockberat akibat masalah ini. Parahnya, belum ada solusi atas persoalan ini. Komunikasi antara keduanya malah jadi mandek akibat dialog yang deadlock. Keduanya juga tampak seperti menahan diri untuk tidak melakukan atau mengatakan apapun yang dapat menambah pelik keadaan. Seolah diam menjadi opsi yang tepat bagi mereka berdua untuk sementara waktu ini.


Tiba di depan rumahnya, Erika langsung bergegas turun dari motor dan pergi begitu saja. Langkah kakinya terhenti saat dirinya dipanggil. "Erika!" seru Tomi dari atas motornya yang masih menyala. Dengan malu-malu Erika mendekat. "Aku hanya mau mengatakan bahwa aku menyesal atas semua ini. Untuk itu maafkanlah aku," kata Tomi dengan sungguh-sungguh. "Dan terima kasih atas segalanya selama ini," ucapnya haru seolah ini salam perpisahan darinya.


Erika hanya diam dan mendengarkan saja. Lalu keduanya saling menatap tanpa berkata-kata. Seolah pandangan mata yang bicara mewakili isi hati keduanya. Tak kuasa menahan perasaannya, mata Erika mulai berkaca-kaca. Semakin sulit dibendung saat Tomi meninggalkannya di sore nan sendu itu. Erika berlari masuk rumah sambil menahan air mata yang terus berderai.


........
Tanpa disadari, dari balik jendela kamar lantai atas, mamanya Erika menyaksikan pemandangan tersebut. Naluri keibuannya sontak meronta. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan putrinya. Ia penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Ia akan menanyakan hal itu kepada Erika namun tidak sekarang karena ia merasa waktunya belum tepat.


Di mata mamanya, Erika adalah anak yang baik, cerdas, dan ceria. Walaupun sibuk dengan bisnis kuliner yang sudah lama digelutinya, tak pernah ia mendapati hal-hal aneh atau melihat Erika bisa sesedih itu. Selama ini Erika baik-baik saja dan tidak pernah macam-macam kelakuannya. Kejadian itu membuatnya khawatir. Kodratnya seorang ibu, masalah pada anaknya jadi masalah juga baginya dan membebani pikirannya.


Ia tahu Erika lagi dekat dengan Tomi. Ia juga pernah bertemu dengan Tomi beberapa kali. Menurutnya Tomi anak yang baik, sopan, dan perhatian. Pernah suatu ketika adiknya Erika, Ericko saat itu kelas 2 SD tertusuk duri ikan saat sedang menyantap makan siangnya. Tomi rela mengantarnya ke dokter dan mengurus segala sesuatunya sampai Ricko pulih kembali.


Kebetulan saat itu papanya Erika sedang tugas di luar kota didampingi mamanya. Mamanya sangat berterima kasih pada Tomi. Sejak peristiwa itu, mamanya jadi kenal baik dan dekat dengan Tomi. Tidak hanya mama tapi juga papa dan terutama Ricko.


Oleh Tomi, Ricko kadang suka dibawakan makanan, es krim, atau jajanan lainnya. Bahkan Ricko pernah diberi mainan mewah sebagai kado ulang tahunnya. Tomi sudah menganggap Ricko seperti adiknya sendiri karena merasa dirinya anak tunggal.


Mama Erika yang dari tadi masih di kamar, mendadak menangkap suatu gambaran yang berkelebat dalam benaknya. "Mungkinkah itu?" tanyanya dalam hati. "Oh, tidak!" Ia merasa takut jika itu terjadi. Ia bergegas keluar kamarnya lalu menghampiri Ricko yang sedang asyik nonton kartun favoritnya.


"Dik, dik! Sini sayang!" sapanya lembut.
"Ada apa, Ma? Adik kan lagi asyik nonton nih," sanggahnya.
"Sebentar aja. Mama gak lama-lama".
Ricko mendatangi mamanya yang berada di ruang tamu.
"Boleh Mama tanya sesuatu, sayang?" suaranya sepelan mungkin.
Sambil mengangguk, Ricko masih menatap layar tv dari kejauhan.
"Apa Adik pernah lihat Kak Tomi main kesini?" tanyanya dengan lambat.
"Iya, pernah."
"Kapan itu, sayang?" tanyanya penasaran.
"Dulu."
"Dulu itu baru atau udah lama?"
"Ehhh ... udah lama" jawab Ricko agak berpikir.
"Mama, udah belum nanyanya? rengek Ricko.
"Sedikit lagi ya. Waktu Kak Tomi kesini, Adik lihat gak Kak Tomi ada dimana?"
Ricko tampak diam. Khawatir tidak paham apa yang ditanyakan, mama buru-buru meralat pertanyaannya.
"Apa Kak Tomi ada di tempat Adik nonton tv?"
Ricko hanya mengangguk.
"Terus selain itu dimana lagi, Dik?"


Ricko tampak mulai jenuh ditanya terus dari tadi. Tiba-tiba dia lalu menunjuk ke suatu arah. Mama kaget bukan kepalang namun ia berusaha tetap tenang dan ingin memastikan isyarat Ricko itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun