Mohon tunggu...
Ahmad HasbiAssidiqi
Ahmad HasbiAssidiqi Mohon Tunggu... Operator - Pelajar

Saya Ahmad Hasbi Assidiqi, Gemar bermain instrumen musik seperti gitar bass dan keyboard/piano Band kesukaan saya dream theater

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Majapahit pada Abad Ke-13

4 November 2024   13:20 Diperbarui: 4 November 2024   13:42 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Orientasi

Pada akhir abad ke-13, di tengah pergolakan di tanah Jawa, berdirilah Kerajaan Singasari yang dipimpin oleh Raja Kertanegara. Kertanegara adalah raja yang kuat dan bercita-cita tinggi, namun ambisinya membawanya pada bencana besar.

Setelah Raja Kertanegara dibunuh oleh Jayakatwang, Bupati Gelang-Gelang yang memberontak, Singasari pun jatuh pada tahun 1292. Raden Wijaya, salah satu keturunan kerajaan yang lolos dari pembantaian, terpaksa melarikan diri bersama tiga sahabat setianya, Sora, Nambi, dan Ranggalawe.

Di bawah rindang pepohonan desa Kudadu, Raden Wijaya menghela napas dalam. "Kita tak punya pilihan, kita harus bersembunyi. Tapi ingat, kita akan bangkit kembali," ucapnya penuh tekad.

Komplikasi

Di desa Kudadu, Raden Wijaya disambut hangat oleh kepala desa yang setia kepada Singasari. Ia membantu Raden Wijaya dan ketiga sahabatnya untuk menghindari pengejaran Jayakatwang. Namun, perjalanan Raden Wijaya untuk membangun kekuatan baru masih jauh.

Setelah bersembunyi, mereka diterima oleh Arya Wiraja di Sumenep yang menawarkan tempat perlindungan. Dengan bantuan Arya Wiraja, Raden Wijaya menghadap Jayakatwang. Namun, di hadapan Jayakatwang, Raden Wijaya memasang wajah tenang dan penuh hormat.

"Hamba mohon izin, Yang Mulia, untuk membuka sebuah daerah di hutan Tarik," pinta Raden Wijaya dengan tenang.

Jayakatwang, yang merasa telah menang, mengizinkan permintaan tersebut. Raden Wijaya mulai membangun sebuah desa yang ia beri nama Majapahit, sesuai dengan pohon maja yang berbuah pahit di hutan tersebut.

Konflik

Desa Majapahit berkembang dengan cepat. Penduduk dari Tumapel dan Daha berdatangan, terpesona oleh semangat Raden Wijaya. Namun, di tengah kesibukan membangun desa, kabar datang bahwa pasukan Mongol dari Tiongkok telah tiba di Jawa. Mereka dikirim oleh Kaisar Khubilai Khan untuk menghukum Kertanegara yang telah menghina utusannya.

Raden Wijaya melihat ini sebagai kesempatan emas. Ia berkata pada Sora, "Inilah saatnya. Kita akan memanfaatkan mereka untuk menggulingkan Jayakatwang."

Sora, yang setia, mengangguk dengan mantap. "Kami siap mendampingi Tuan, apapun risikonya."

Raden Wijaya pun bertemu dengan para panglima Mongol, yaitu Shih-pi, Ike Mese, dan Kau Hsing. Ia berhasil meyakinkan mereka untuk menyerang Jayakatwang di Kediri.

Klimaks

Dengan bantuan pasukan Mongol, Raden Wijaya menyerang Kediri. Jayakatwang yang tidak menyadari rencana ini, akhirnya gugur dalam serangan mendadak. Kediri pun jatuh, dan Raden Wijaya berhasil membalas kematian Kertanegara.

Namun, setelah kemenangan itu, Raden Wijaya menyadari bahwa pasukan Mongol tak bisa dibiarkan berada di Jawa.

"Terima kasih atas bantuan kalian, namun kerajaan ini milik kami. Waktunya kalian pulang ke tanah kalian sendiri," ujar Raden Wijaya dengan tatapan tegas pada Shih-pi.

Para panglima Mongol, yang tidak menduga hal ini, terkejut. Namun Raden Wijaya telah mempersiapkan pasukannya. Pertempuran singkat terjadi, dan akhirnya, pasukan Mongol terpaksa mundur dari Jawa.

Koda

Pada tanggal 10 November 1293, Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja pertama Kerajaan Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Desa Majapahit yang ia bangun kini menjadi pusat kekuasaan yang besar di Nusantara.

Di hari penobatannya, Raden Wijaya berdiri di hadapan rakyatnya, sambil berkata dengan suara lantang, "Hari ini, kita memulai masa depan baru. Majapahit akan menjadi kerajaan yang kuat dan disegani."

Sorak-sorai rakyat terdengar, memenuhi langit Trowulan dengan semangat yang tak terlupakan

Analisis unsur kebahasaan 

1. . Majas

- Personifikasi"Di bawah rindang pepohonan"

- Hiperbola: "Sorak-sorai rakyat terdengar, memenuhi langit Trowulan"

- Metafora: "Hari ini, kita memulai masa depan baru" 

2. Konjungsi

- "dan": Raden Wijaya dan ketiga sahabatnya. 

- "namun": Namun, perjalanan Raden Wijaya untuk membangun kekuatan baru masih jauh.

- "tetapi": Tetapi juga menunjukkan perlawanan.

 3. Kata Rujukan

- "ia": merujuk kepada Raden Wijaya.

- "mereka": merujuk kepada Sora, Nambi, dan Ranggalawe.

- "yang Mulia": merujuk pada Jayakatwang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun