Mohon tunggu...
habibatuahmada
habibatuahmada Mohon Tunggu... Lainnya - content writer

menulis untuk umat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mozart Effect Vs Al-Qur'an Effect

28 Desember 2020   22:55 Diperbarui: 28 Desember 2020   23:00 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Wolfgang Amadeus Mozart, seorang pencipta dan penggubah musik klasik yang kini diyakini bisa membuat cerdas otak bayi sejak dalam kandungan. konon, musik ciptaan maupun gubahannya memiliki ritme yang sangat sempurna dibanding musik klasik lainnya.

Pengaruh-pengaruh musik Mozartpun kemudian dikenal dengan istilah mozart effect. Dunia barat gempar karenanya, awalnya, sekitar tahun 1950-an sudah dilakukan penelitian meski belum begitu dipublikasikan.

Dan orang-orang sudah meyakini bahwa musik Mozart ini memiliki kemampuan untuk menstimulasi otak anak, malahan 3 bulan sejak dalam kandungan. Artinya, otak anak sudah terasah sejak ia masih berumur 3 bulan di dalam kandungan.

Mozartpun menjadi pujaan dimana-mana. Mitos yang muncul di tahun 1950 di Amerika menjadi sebuah barang dagangan yang laris setelah Dr. Gordon shaw meneliti ulang musik Mozart pada tahun 1995 dan memunculkannya dalam jurnal Neuroscience Letter. Dan yang jadi korban adalah masyarakat awam terhadap ilmu soal musik, mereka hanya ikut-ikutan saja tanpa pengetahuan yang pasti apa itu mozart effect.

Pada tahun 1998, gubernur Georgiapun membagikan secara gratis kepingan-kepingan kaset berisi musik klasik Mozart. Lalu, diikuti oleh daerah lainnya yang bahkan mewajibkan sekolahan memutar musik itu di sekolahan sebagai sebuah  santapan wajib bagi para siswa, salah satunya adalah Florida.

Lalu apa hubungannya musik dan kecerdasan?. Apakah teori mozart effect itu langgeng?. Apakah semua selalu setuju dengan mozart effect?. Apakah muncul penelitian lain yang membantah penelitian-penelitian tadi?.

Setiap suara atau sumber bunyi di alam semesta ini memiliki frekuensi sendiri-sendiri. Yang mana dari setiap frekuensi itu juga akan berakibat terhadap otak, karena didalam otak ada yang dinamakan reseptor atau penerima sinyal.

Sedikit orang yang paham bahwa musik sebenarnya memengaruhi mental, emosi, fisik dan spiritual, dan hal itu sudah diteliti oleh para ilmuwan sejak dulu. Musik yang kita dengarkan juga dapat memengaruhi saraf otonom yang mana saraf ini mengatur soal denyut jantung, tekanan darah, pergerakan otot usus, dan lain-lain. Inilah salah satu latar belakang kemunculan teori Mozart effect.

Namun di sisi lain, banyak sekali situs yang memuat bantahan terhadap teori Mozart, Bahkan di situs asal negara Mozart sendiripun, Austria tepatnya Vienna juga begitu. Terlebih setelah Jacob pietschning (kepala penelitian dari universitas Vienna) merilis hasil penelitiannya tentang ketidakbenaran Mozart effect yang melibatkan sekitar tiga ribu partisipan, mulai bermunculan riset pendukung dari berbagai negara, mereka yang merasakan bahwa musik Mozart tidak memiliki efek signifikan kemudian ramai-ramai membuat bantahan. Dari segi partisipan, jelas Jacob lebih banyak daripada Dr. Gordon shaw dan rekannya yang hanya melibatkan puluhan orang saja.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, "kenapa bisa seperti itu ? bukankah teori Mozart effect ini sudah sangat mendunia? bukankah teori Mozart effect ini juga didukung oleh penelitian secara ilmiah?".

Nah, kita kembali kepada riset ilmuwan di tahun 1993, begini pertama kali muncul istilah mozart effect :

Pada tahun 1993, Dr. Gordon shaw dan teman-temannya melakukan penelitiaan di universitas California. Mereka mengumpulkan 36 siswa untuk selanjutnya diujicobakan tentang efek musik Mozart. Siswa diputarkan musik ini selama 10 menit. Hasilnya siswa yang mendengarkan musik ini sebelum melakukan tes IQ memiliki peningkatan antara 8-9 poin. Para siswa diperlakukan dalam 3 keadaan :

  • Kelompok yang tidak diputarkan musik apa-apa.
  • Kelompok yang diputarkan musik Mozart.
  • Kelompok yang diputarkan musik santai yang bukan Mozart.

Dengan menggunakan tes IQ model Stanford-binet, mereka mengklaim bahwa mendengarkan musik Mozart akan meningkatkan IQ spasial subjek sekitar 8-9 poin dibanding dengan yang tidak mendengarkan Mozart.

Nah, coba amati lagi klaim para peneliti berikut :

  • Hanya meningkatkan kemampuan subjek dalam tugas hal-hal spasial.
  • Penelitian mereka hanya mengamati efek musik mozart pada penalaran spasial. mereka tidak pernah mengatakan apa-apa tentang peningkatan kemampuan lain atau pada IQ umum seseorang.
  • Sedangkan media mengatakan bahwa studi ini menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart membuat anda lebih cerdas secara umum, bahkan peningkatan kecerdasan ini bersifat permanen, bukan hanya tentang tugas-tugas spasial.

Mitos yang berawal dari tahun 1993 ini memang jadi sangat populer. Namun yang menjadi pokok permasalahannya adalah cara media mengutip berita ini sehingga tersebar luaskan anggapan yang salah. Kadang memang media hanya melakukan pengutipan berita untuk keuntungan sendiri saja, mozart effect menjadi terkenal karena blow up media yang asal comot saja.

Kini, semakin jelas bahwa penelitian yang dilakukan oleh Dr. Gordon shaw dan rekan-rekannya, terhadap efek musik Mozart yang hanya membuat peningkatan IQ berlangsung sekitar 15 menit saja, tidak bersifat permanen, juga hanya meningkatkan efek cerdas hanya dalam hal tertentu saja. Tidak ada satupun penelitian sampai saat ini yang menunjukkan bahwa dengan mendengarkan musik mozart atau musik lainnya dapat meningkatkan IQ secara permanen.

Pada tahun 1999, Chistopher F. Chabris dan Kenneth M. Steele mengemukakan penelitian mereka Bersama timnya. Hasilnya tiap peningkatan kognitif kecil, atau kemampuan menalar tidak bisa dikatakan sebagai perubahan IQ, tapi  lebih tepat dikatakan sebagai penimbul kesenangan. Kerja kita saat mendengarkan musik tertentu bisa lebih baik dan lebih fokus jika kita menemukan penimbul kesenangan dari musik tersebut, hanya itu.

Dr. frances rauscher, salah seorang peneliti yang kemudian memunculkan teori mozart effect sendiri membantah habis-habisan bahwa musik Mozart bisa membuat otak cerdas secara permanen. katanya, mozart effect hanya akan meningkatkan kinerja pada tugas-tugas spasial temporal tertentu. Jadi, klaim mengenai hebatnya musik Mozart justru dibantah oleh orang yang memunculkan teori mozart effect. Maka terbuktilah sudah jikalau misteri mozart effect hanyalah sebuah mitos belaka, tidak ada bukti autentiknya.

Howstuffwork.com bahkan memasukkan Mozart effect sebagai 10 mitos untuk mencerdaskan bayi sejak dalam kandungan. Dengan begitu, dunia barat secara perlahan mulai redup akan kepercayaannya terhadap Mozart effect yang dulu digandrunginya.

Oke, sekarang kita tahu bahwa faktor utama yang melatarbelakangi kemunculan teori Mozart effect ini adalah dari blow up media yang salah sehingga memunculkan kesalahpahaman.

Lantas bagaimana soal mendidik anak dengan musik?.

Sebagai seorang muslim, tentu kita memiliki pedoman dalam kehidupan kita yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dimana keduanya bisa dipertanggungjawabkan secara sains, medis, dan juga berbagai ilmu modern lainnya.

Al-Qur'an telah ada sejak 1400 tahun lebih yang lalu, yang sudah terbukti menjadi sumber ilmu pengetahuan. Kitab itu adalah kalam Allah SWT yang sangat terjaga dan akan selalu terjaga keakuratannya. Dari dulu sampai saat ini, Al-Qur'an dikenal dengan berbagai mukjizatnya. Ia mengawal segala yang ada di atas muka bumi ini tanpa terkecuali, ia mengawal zaman, bukan malah sebaliknya. Apapun perintah atau hukum dalam Al-Qur'an selalu sesuai untuk zaman. Dan itulah inti dari kalam Allah SWT.

Al-Qur'an effect Namanya, adalah sebuah efek positif karena penggunaan bacaan Al-Qur'an untuk suatu keperluan, untuk pengobatan dan ilmu pengetahuan misalnya. Al-Qur'an juga memberikan panduan untuk mendidik anak, bahkan sejak dalam kandungan. Makanya, aneh saja kalau muslim justru gandrung dengan musik Mozart yang notabene tidak islami dan hanyalah sebuah musik saja yang juga ternyata mozart effect adalah palsu. Al-Qur'an yang dibaca dengan kaidah tajwid yang benar akan memberikan pengaruh besar. Mengingat bahwa Al-Qur'an memiliki ritme yang khas dan ia adalah kalam Allah SWT yang Maha Kuasa.

Al-Qur'an sudah sejak dulu bicara soal pendidikan anak. Al-Qur'anpun bisa dipraktikkan sebagai stimulan otak anak bahkan sejak dalam kandungan. Islam menyuruh untuk mendidik anak sejak dalam kandungan bahkan sebelum ia ada.

  • Islam mewajibkan hubungan sah antara lelaki dan wanita.
  • Islam menyuruh untuk mencari pasangan yang baik sebagai pendidik anak yang baik.
  • Islam menyuruh kedua pasangan untuk berdoa sebelum berjimak. Ini adalah inti dari sebuah Pendidikan anak dimana dengan adanya doa ini maka orang tua telah melindungi si anak dari godaan setan.
  • Islam menyuruh kedua pasangan untuk memberikan pendidikan saat ia masih dalam kandungan.

Nah, bagaimana cara menstimulasi anak ?. inilah tahapan yang harus dilakukan sang ibu :

  • Mendengarkan.
  • Membaca dan menghapalkan.
  • Menuliskan.

Apakah anak dalam kandungan benar-benar bisa menangkap pembelajaran yang diberikan oleh orang tuanya ?. jawaban dari rangkuman hasil penelitian sejumlah ilmuwan dalam bidang stimulasi pralahir dan bayi yang dirangkum oleh the American Association of the Advancement of Science pada tahun 1996 adalah "iya".

Menurut penelitian yang ada, kemampuan anak untuk menerima stimulus dengan baik sejak umur 20 minggu atau setara dengan 5 bulan. Disanalah otak anak mulai terbentuk secara baik.

Begitu seorang wanita mengetahui kalau ia hamil, hendaknya ia melakukan beberapa hal:

  • Mendekatkan diri kepada Allah SWT.
  • Menjauhkan segala bentuk musik dalam rumahnya.
  • Memutar audio murottal di dalam rumahnya minimal 2 jam sehari. Dan usahakan dalam kondisi santai sehingga bisa fokus dan mendengarkan.

Lise Eliot, Ph.D, pakar biologi dan anatomi sel Chicago medical school AS mengatakan bahwa gaya hidup dan emosional sang ibu hamil sangat berpengaruh terhadap perkembangan otak anak. emosional yang baik akan berpengaruh pada segi positif berpikir sang anak. Oleh karena itu, dengan membaca Al-Qur'an berarti ia telah berusaha menjaga dan membawa emosi kearah yang lebih baik lagi. Mengingat akan kondisi hamil lebih rentan terserang stress, dan di dalam Al-Qur'an sendiri dibicarakan mengenai ketenangan jiwa yang didapatkan karena mendengarkan bacaan Al-Qur'an.

Al-Qur'an berisikan kalam Allah, Tuhan Semesta Alam yang Maha Besar, sehingga ia mampu membuat anak menjadi lebih baik atas izinnya dari banyak sisi, yang paling dominan adalah dari sisi kejiwaan, sang anak akan lebih tenang dan lebih fokus.

Ibu yang cerdas tak akan menganggap rahimnya hanya sebagai ruang tunggu bagi sang anak sebelum lahir ke dunia. Sang ibu yang cerdas akan memanfaatkan waktu tunggu selama sekitar 9 bulan itu untuk mendidik anaknya karena mendidik anak selama dalam kandungan memang benar-benar bisa dan nyata hasilnya.

Tahun 1984, pada konferensi kedokteran islam yang dilaksanakan di Amerika Utara terdapat sebuah kesimpulan menarik dari serangkaian uji coba tentang Al-Qur'an effect. Konferensi itu menghasilkan kesimpulan bahwa mendengarkan bacaan Al-Qur'an baik secara sengaja maupun tidak, bisa mendatangkan ketenangan bagi jiwa sampai 98 persen.

Ustadzah Nining Sunarti pengajar di MI Qur'an Al-Kayis, Tosarirejo, Wonosobo. Setelah melakukan terapi Al-Qur'an terhadap muridnya, dalam kurun waktu 3 bulan beliau mengemukakan "Al-Qur'an effect membuat anak-anak terbuka dari beberapa segi kecerdasan, yaitu : kecerdasan pemahaman matematika, kecerdasan bahasa, kecerdasan kinestik, kecerdasan naturalis, kecerdasan spiritual, kecerdasan visual spasial, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal".

Akan tetapi, wajib kita pahami juga untuk melakukan ikhtiar lain seperti memilih makanan yang bergizi tinggi untuk ibu hamil sebab ikhtiar ini juga anjuran dalam islam. Dalam proses pralahir tadi tentu harus ditambah dengan proses pendidikan setelah anak lahir. Kesimpulan artikel dari penelitian Dr. Stephen terhadap para ibu hamil yahudi dalam mendidik anak-anak mereka sejak dalam kandungan adalah bahwasanya membentuk generasi pintar bukanlah hal instan, butuh proses panjang dan melelahkan. Setelah ikhtiar, kita kembalikan pada Allah, hanya dari-Nya segala apapun bisa terjadi.

Itulah anjuran islam mengenai mendidik anak sejak dalam kandungan, malahan lebih komplet bukan?. Mulai dari mencari ibu yang baik sampai ketika anak dalam kandungan bahkan sampai beranjak dewasa. Tentunya segala kebaikan itu adalah menurut yang Allah SWT dan Rasul-Nya perintahkan, bukan kebaikan menurut manusianya saja. Al-Qur'an effect ini tentu juga merupakan sebuah efek positif berdasarkan data ilmiah, yang mematahkan berbagai mitos tentang Mozart effect.

Jelas sekali sekarang akan kesempurnaan agama islam. Kaum muslimin tidak usahlah lagi mengagungkan budaya non-muslim, sebab apa yang ada di dalam islam sendiri sudah lebih baik dan lebih teruji secara ilmiahnya. Terbukti efek bacaan Al-Qur'anpun lebih dahsyat daripada efek musik klasik Mozart dalam menstimulasi kecerdasan anak sejak dalam kandungan.

Dari orang-orang non-muslim kita bisa mengambil beberapa pelajaran, dari para Yahudi misalnya, kita bisa lihat seberapa gigihnya mereka mendidik anak-anak mereka sejak dalam kandungan sampai mereka tumbuh dewasa, demi membangun generasi yang hebat setelah mereka, Seorang muslim yang sudah diberikan pedoman hidup oleh Allah SWT dan Rasul-Nya yang dengan itu juga dijanjikan keselamatan di dunia dan di akhirat seharusnya lebih gigih lagi dan lebih percaya diri untuk memegang teguh pada pedoman hidup yang tiada lain itu adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Mari sahabat muslim semua untuk merenungkan keadaan para pemuda dan pemudi islam saat ini, mereka yang lebih memilih untuk mengambil budaya non-muslim untuk kegiatan sehari-harinya, mereka pula yang begitu sangat membanggakan budaya non-muslim, sehingga tanpa sadar mereka semakin menjauh dari agamanya. Sudah saatnya untuk saling mengingatkan agar kita semua kembali pada budaya kita, agar semakin mendekat pada agama.

Rangkuman buku "Al-Qur'an Effect" oleh: Abu Salman Farhan Al-Atsary

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun