Mohon tunggu...
sangat jauh
sangat jauh Mohon Tunggu... Programmer - Komunitas Ranggon Sastra

cuma nulis puisi, ga lebih

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penyair Seks Komersil

25 Agustus 2020   19:53 Diperbarui: 25 Agustus 2020   19:52 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

di sela-sela tanggal.
tanggal muda tanggal tua
tua tanggal muda tinggal
tinggal lelah yang tersisa

di sela-sela lelah tanggal tua.
tak henti-henti ia bekerja
naik-turun seperti saham tuan polan
kala lelaki kesepian merindukan cintanya di selangkangan

dengan seperangkat alat dandan
sepatu hak tinggi, rok mini dan baju kurang bahan.
layaknya tetek, tekad dibulatkan.
seraya mengucap bismillah
ia berangkat dari rumah
ke kantornya yang terbentang sepanjang rel kereta api peninggalan penjajah

di sebelah kantor,
berdiri tegak segubuk warung
setegak lelaki punya burung

penjaganya seorang lelaki gila.
seorang penyair lulusan sarjana yang urung mendapatkan kerja.
dengan modal selembar ijazah
obral minuman kafir klas anggur merah
"anggur sarjana! anggur sarjanaaa!"
ucapnya dalam mabuk, bergaya seperti influencer sosial media

sejurus kemudian.
waktu berlari tak sudi henti
malam pulang dan pagi sesaat datang.
ia rebah di gubuk bambu warung minuman.
penyair keluar dengan celana kedodoran
kasak-kusuk, bak kucing melihat ikan

disuguhkannya segelas anggur dan sepiring puisi.
mengharapkan kenikmatan yang sudah sisa dan bau terasi

gelas demi gelas berputar
waktu demi waktu membeku
obrolan demi obrolan memanas
dosa demi dosa bertambah
birahi penyair lancar mengalir dalam darah

tapi,

pyarrrr!

gelas pecah, anggur tumpah
bumi sumbringah kebagian jatah

apa daya
penyair kalah siasat
ia baca situasi cepat.
sebelum kesadaran naik sampai bulan
dan kancut turun mencium jalan.
dengan sisa tenaga ia pergi dan berkata
"maaf tuan kelamin bukan milik negara. kami wanita independen, tak diberi subsidi oleh pemerintah!"

penyair kaget
tergeletak, terbelalak
baru kali ini cintanya ditolak

rawamangun, 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun