di sela-sela tanggal.
tanggal muda tanggal tua
tua tanggal muda tinggal
tinggal lelah yang tersisa
di sela-sela lelah tanggal tua.
tak henti-henti ia bekerja
naik-turun seperti saham tuan polan
kala lelaki kesepian merindukan cintanya di selangkangan
dengan seperangkat alat dandan
sepatu hak tinggi, rok mini dan baju kurang bahan.
layaknya tetek, tekad dibulatkan.
seraya mengucap bismillah
ia berangkat dari rumah
ke kantornya yang terbentang sepanjang rel kereta api peninggalan penjajah
di sebelah kantor,
berdiri tegak segubuk warung
setegak lelaki punya burung
penjaganya seorang lelaki gila.
seorang penyair lulusan sarjana yang urung mendapatkan kerja.
dengan modal selembar ijazah
obral minuman kafir klas anggur merah
"anggur sarjana! anggur sarjanaaa!"
ucapnya dalam mabuk, bergaya seperti influencer sosial media
sejurus kemudian.
waktu berlari tak sudi henti
malam pulang dan pagi sesaat datang.
ia rebah di gubuk bambu warung minuman.
penyair keluar dengan celana kedodoran
kasak-kusuk, bak kucing melihat ikan
disuguhkannya segelas anggur dan sepiring puisi.
mengharapkan kenikmatan yang sudah sisa dan bau terasi
gelas demi gelas berputar
waktu demi waktu membeku
obrolan demi obrolan memanas
dosa demi dosa bertambah
birahi penyair lancar mengalir dalam darah
tapi,
pyarrrr!
gelas pecah, anggur tumpah
bumi sumbringah kebagian jatah