Mohon tunggu...
The Fed
The Fed Mohon Tunggu... -

Pembaca Oligarki

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Indonesia Dijajah Jepang Lagi"

24 November 2017   14:13 Diperbarui: 25 November 2017   12:54 3824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis saat ini paling seksi adalah startup, baik e-commerce maupun ride sharing atau istilah Indonesia zaman now nya adalah Toko online dan Taksol/Ojol. Dunia sudah berubah sedemikian cepat, saat ini bagaikan berada di mesin waktu dimana untuk kebutuhan belanja dan transportasi tinggal pencet ponsel di genggaman tangan, tidak perlu ribet dan cape cape lagi.

Tapi dibalik nikmatnya itu semua, ada ancaman "penjajahan" lagi oleh beberapa kekuatan ekonomi luar negeri. Saking besarnya kekuatan itu secara otomatis menjadi ancaman bagi pemain lokal. Para pelaku bisnis yang minim modal kian lama akan digerus oleh pebisnis asing yang memiliki modal super kaya. Agar ancaman itu tak membunuh pemain lokal, makan pemerintah harus mendorong pebisnis lokal mendunia, bukan dikuasai dunia.

Ancaman terhadap pebisnis lokal itu dikomandoi oleh SoftBank dan Alibaba. SoftBank adalah perusahaan teknologi asal Jepang. Sedangkan Alibab adalah perusahaan e-commerce asal China. Keduanya bekerjasama untuk menguasai segala bisnis di Indonesia, baik yang bergerak di ride-sharing maupun e-commerce.

Hal itu kian  nyata setelah keduanya secara membabi-buta membeli sebagian besar berbagai bisnis di Indonesia. Alibaba misalnya, kini menjadi pemilik sebagaian besar saham dari bisnis e-commerce Lazada dan Tokopedia. Dengan adanya sokongan dana besar dari Alibaba, maka tak heran jika Lazada dan Tokopedia sering menyediakan promo.

Kita mungkin senang setiap mendengar ada promo, tapi kita lupa bahwa dibalik promo itu ada rencana besar yang sedang dilakukan Alibaba. Yakni membunuh secara perlahan-lahan bisnis lokal.

Begitupun dengan SoftBank, perusahaan asal Jepang ini ingin menguasai bisnis ride-sharing di Indonesia lewat Grab. Seperti halnya Lazada dan Tokopedia yang sering memberikan promo karena dapat sokongan dana dari Alibaba. Grab pun sering melakukan hal yang sama karena mendapat dana besar dari SoftBank. Tujuannya sama dengan Alibaba, SoftBank ingin menaklukan pemain lokal, dan cara yang mereka lakukan salah satunya dengan sering-sering memberikan promo itu.

Rencana perusahaan ride-sharing Grab ingin menguasai Asia Tenggara sudah berhasil. Karena saat ini Grab menjadi perusahaan ride-sharing paling mendominasi di Asia Tenggara. Keberhasilan mereka salah satunya setelah muncul wacana Grab akan mengambil alih operasional perusaahaan Uber di Asia Tenggara. Padahal dengan nilai USD 68 miliyar, Uber saat ini menjadi perusahaan paling mahal di dunia.

Tapi karena kalah bersaing dengan perusahaan ride-sharing lain seperti Grab, Didi Chuxing di Tiongkok dan Ola di India, Uber diperkirakan akan meninggalkan pasarnya di Asia Tenggara dan menjual operasionalnya ke Grab.

Kabar pengakuisisian Uber oleh Grab jelas menjadi kabar buruk bagi perusahaan-perusahaan ride-sharing lainnya di Asia Tenggara. Pasalnya, sebelum mengambil alih perusahaan Uber saja, Grab sudah menjadi perusahaan ride-sharing paling mendominasi di Asia Tenggara, terkecuali di Indonesia yang masih kalah dengan Go-Jek.

Tetapi jika wacana pengambilalihan perusahaan Uber itu benar-benar terjadi, membuktikan Grab ke depan ingin mengalahkan Go-Jek, perusahaan transportasi online ciptaan anak bangsa ini.

Penyebabnya, karena Grab dengan investor utamanya, yakni SoftBank akan melakukan segala cara untuk memonopoli bisnis ride-sharing di Asia Tenggara.

Pembelian sebagian saham Uber oleh SoftBank menjadi buktinya. Yang mana setelah pengakuisian itu, SoftBank langsung akan menyerahkan sahamnya ke Grab. Artinya SoftBank benar-benar ingin menjadikan Grab sebagai perusahaan ride-sharing yang super power di Asia Tenggara.

Begitupun dengan bisnis e-commerce, SoftBank bukan hanya investor yang ingin menguasai perusahaan di bidang ride-sharing tapi juga e-commerce. Di bisnis e-commerce, SoftBank misalnya memberikan investasinya ke Alibaba mencapai $7,9 billion. Adanya investasi yang maha besar itulah, Alibaba bisa membeli sebagian saham bisnise-commerce Lazada dan Tokopedia.

Adanya monopoli bisnis yang dilakukan oleh SoftBank lewat Grab di bisnis ride-sharing dan Alibaba di e-commercejelas sangat menghawatirkan bagi para pebisnis di Indonesia ke depan.

Karena dengan adanya monopoli dari perusahaan yang mengandalkan modal super besar seperti SoftBank, ke depan dipastikan tidak akan ada lagi persaingan bisnis. Kapitalisme global yang sedang dilancarkan SoftBank jelas-jelas akan mengikis bisnis lokal.

Belajar dari Monopoli yang pernah menghancurkan Indonesia

Untuk melihat dampak buruk dari monopoli bisnis seperti yang dipraktekkan SoftBank, kita bisa belajar dari kasus bagaimana Verenigde Oostindische Campagnie (VOC) menguasai perokonomian di Nusantara dahulu. VOC, perusahaan multinasional pertama ini memonopoli perdagangan komoditas di Nusantara yang sebelumnya tak pernah terjadi.

Dengan kekuatan modal swasta yang dikombinasikan dengan jiwa kewirausahaan yang kuat, inovasi kepemilikan berdasar saham, hingga bersinergi dengan kontraktor militer swasta bersenjata berat, yang seola-olah membalik definisi kekuatan Negara dengan kekuatan swasta, VOC berhasil membuat para pebisnis lainnya gulung tikar. Dan keberhasilan VOC dalam memonopoli perekonomian kala itu pula yang pada akhirnya menjadi awal dari penjajahan Belanda.

Kemudian kita lihat juga jaman Orde Baru yang sarat praktik KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) dimana bangsa ini sempat menderita dibawah kuasa gelap monopoli yang dilakukan kerabat Soeharto si penguasa Orba, proyek infrastruktur, pertanian dan kehutanan dikuasai kroni sendiri. Mulai cengkeh yang dimonopoli Tommy Soeharto, Infrastruktur dikuasai Tutut, Kehutanan dikuasai Bob Hasan, Otomotif dikuasai Tommy dan Sigit.

Apakah kita mau mengulangi sejarah kelam itu? Tentu pemerintah perlu mewaspadai gerak-gerik cara bisnis kapitaslisme global yang sedang dijalankan oleh SoftBank, jika pemerintah tak ingin melihat para pebisnis-pebisnis lokal gulung tikar seperti yang dialami rakyat setelah kedatangan VOC dan Orba dulu.

Kunci kesuksesan bisnis adalah adanya persaingan bebas, adanya monopoli dari satu perusahaan yang memiliki modal super kaya jelas akan mematikan bisnis startup lokal. Untuk itu, pemerintah harus mendukung startup lokal, bahkan kalau bisa ikut mendunia.

Bukankah hebat melihat bisnis startup lokal mendunia, daripada menyaksikan perusahaan asing berjaya di tanah air kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun