Mohon tunggu...
febrie_poys
febrie_poys Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berimajinasi dengan hal baru adalah kebiasaan yang tak bisa di hilangakn dan membuat kata kata yang sesuai suasana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Waktu yang Terhenti

14 November 2024   18:05 Diperbarui: 14 November 2024   18:13 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sekejap, dunia bergetar, 

sebuah detik, satu hembusan napas, 

semua terhenti dalam diam yang mendalam, 

ketika takdir menari, tak terduga, tak terarah. 

Suara gemuruh memecah keheningan, 

sebuah benturan, sirene melengking, 

hidup yang biasa, terhenti seketika, 

membawa pergi harapan dan mimpi yang bersinar. 

Di antara reruntuhan, ada kisah yang terpendam, 

tentang tawa yang kini tinggal kenangan, 

seperti embun pagi yang menguap di udara, 

melangkah pergi, tanpa ada jejak yang tersisa. 

Mereka yang tersisa bertanya, "Mengapa?" 

dalam kesedihan yang mencekam jiwa, 

sebuah kehilangan yang tak terkatakan, 

menggores luka di hati, mendalam tanpa henti. 

Kecelakaan, sebuah kata yang mematikan, 

sebuah peringatan akan fragilnya hidup, 

seperti cahaya yang bergetar di ujung malam, 

seketika redup, menyisakan gelap yang pekat. 

Namun di antara kesedihan ini, 

tersembunyi pelajaran yang tak ingin kita lupakan, 

bahwa setiap detik adalah anugerah, 

dan kita harus menghargai setiap hembusan napas. 

Mati karena kecelakaan, bukan hanya akhir, 

ia adalah pengingat bahwa hidup ini rapuh, 

di balik setiap tik, setiap suara, 

terdapat kisah yang mungkin belum selesai diceritakan. 

Biarkan kenangan mereka abadi, 

dalam tawa, dalam cinta yang takkan sirna, 

meski fisik pergi, jiwa tetap melayang, 

menyentuh kita dalam setiap langkah yang kita jalani. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun