Satu Langkah: Bersayap Besi
Kuda bersayap besi itu mencium awan
Memeluknya erat, bercanda dalam diam
Aku bersumpah mereka bersahut-sahutan
Jangan-jangan, mereka mengejekku panjang
Namun, apalah aku
Sang pemahat kayu-kayu
Tersiram air juga basah malu
Bukan takdirku mendekap si salju
Dua Langkah: Sedang Hujan
Kemari, nak, kemari!
Ambil kursimu, sini!
Jangan malah berlari-lari!
Sedang hujan, lebih baik menepi!
Aku melihatmu tertawa kecil
Sambil tangismu berpadu butir-butir air
Yang menyerang kepalamu
Saat kau melangkah kian maju
Tiga Langkah: Susur Sungai
Kau membawaku ke rawa-rawa
Hanya untuk melihatmu menyusur sungai
Lantas, aku harus bertindak apa?
Ikut turun, begitu, benarkah?
Maka dari itu aku marah
Otak kecilmu nampak tak bekerja
Memberiku hati setengah bersengketa
Mengucap janji palsu yang aku sudah duga ujungnya
Empat Langkah: Samudra
"Kau samudra!"
Ucapku setengah tertawa
Sambil melirik kecil ke arah danau lentera
Dengan mata penuh gemerlap semesta
"Kau bintang!"
Aku berkata lantang
Sambil pura-pura memegang
Nyawamu yang kian melayang
Lima Langkah: Tolong Diam
Haruskah aku memaksa jiwa?
"Tolong diam!"
Akankah aku menjadi musuh manusia?
Jika benar aku melontar kata
Ingatlah, aku sempat menangis
Melihatmu tersenyum tipis-tipis
Tak bisakah kau diam saja?
Haruskah aku jadi memaksa?
Enam Langkah: Mataku, Mataku
Mataku, mataku!
Hilang sebelah, hilang sebelah!
Tetapi, aku masih punya muka
Yang bisa melihat mentari surga
Mataku, mataku!
Tak pernah ia begini
Bagai sembunyi dari mati-mati
Dirinya menjelma paku-paku bumi
Tujuh Langkah: Suara
Tuan, jadikan aku suara
Yang mengisi ruang kosong di telinga
Mungilmu itu, dan aku janji akan berdansa
Hingga habis semua tenaga di hidupku
Tidak, jadikan aku domba saja
Niscaya aku melanglang buana
Aku pastikan akan bertegur sapa
Denganmu, jika waktu sedang di pihakku
Delapan Langkah: Refleksi Bulan
Ada apa dengan bulan
Yang menutup sinarnya gelam?
Padahal, aku ingin melihatnya riang
Mengembala manusia pada tengah malam
Sungguh, aku tak pernah bisa menjadi dirimu
Aku katakan aku iri, kenyataannya begitu
Tutup mata saja mengundang lagu-lagu
Namun, langkahku akan terhenti jika aku sepertimu
---
Kumpulan puisi ini dibuat atas inspirasi dari sebuah konten TikTok, yaitu: Random fact abt skz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H