Betapa Mahalnya Sehat Lahir dan Bathin

Meskipun terus terang, untuk hal ini, saya belum menemukan hasil peneliannya. Akan tetapi setidaknya, hal ini bisa diamati, selama saya mengikuti perkembangan media sosial, justru potensi dan perkembangannya luarbiasa massif dan baik.

Pembukaan dan doa bersama untuk kerukunan dan persatuan bangsa, saat sebelum Gowes diberangkatkan. Dokpri.

Contoh kongkrit lain misalnya di dunia santri dan pesantren, di Jawa Timur. Baru-baru ini, saya mengikuti sebuah event Gowes berjamaah (bareng) yang diselenggarakan oleh Ikatan Santri dan Alumni Pesantren Salafiyah Syafiiyah (IKSASS) Situbondo, Jawa Timur. Yang ternyata animo masyarakat sangat luar biasa dan massif.

Dimana, gerakan bersepeda (gowes) semacam ini sesungguhnya adalah salah satu bentuk ikhtiyar (usaha) untuk hidup sehat dan menjaga kesehatan. Saat badan (fisik) sehat, maka mental (ruh) juga berpotensi sehat. 

Point pentingnya adalah bahwa kegiatan-kegiatan dan gerakan-gerakan positif sesungguhnya musti mendapatkan tempat dan atau ditempatkan--diberikan tempat yang memadai/dikampanyekan dengan massif--oleh siapapun yang menginginkan kedepan peradaban ini lebih baik lagi. Lebih-lebih untuk kesehatan mental semua.

Bukankah kesehatan akal dan mental terletak pada fisik yang sehat dan kuat? Oleh karenanya, mengajak diri pribadi dan siapapun untuk menjaga kesehatan diri, keluarga dan kita semua, dengan cara olahraga. Jangan sampai menunggu sakit untuk merasai betapa mahalnya sehat.

Demikian