Mohon tunggu...
Ahmad Fauzi
Ahmad Fauzi Mohon Tunggu... Pengacara - Menulis apasaja, Berharap ada nilai manfaat dan membawa keberkahan. Khususnya, untuk mengikat Ingatan yang mulai sering Lupa.

Berusaha menjadi orang yang bermanfaat untuk sesama. Santri, Advokat bisa hubungi saya di email : ozyman83@gmail.com, HP/WA : 085286856464.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bertetangga, Belajar pada Bocah Ini

9 September 2017   03:00 Diperbarui: 9 September 2017   03:31 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Bagi kebanyakan orang, mungkin, Gambar diatas adalah gambar biasa saja. Tapi, bagiku gambar diatas adalah pemandangan luar biasa. Kenapa? Marilah kita lihat dengan pandangan yang sedikit agak berbeda.

Meskipun 3 anak ini semua memakai Kerudung (Jilbab:Red), sesungguhnya sama sekali tidak mewakili dan merepresentasikan bahwa mereka semua adalah muslimah. dalam arti tidak sama-sama satu aliran, apalagi satu suku dan beragama yang sama .

Gadis cilik yang paling kiri, baju warna merah adalah bocah keturunan campuran, antara Timur Leste - Jawa, bernama Alycia. Dia memakai kerudung, semata-mata, ingin tampil sama, dengan 2 kawan lainnya yang kebetulan sama-sama memakai Kerudung.

Demi dapat kerudung, Alycia menangis dan merengek pada sang Ibu dan ayah yang kebetulan non-muslim, yang pastinya tidak punya kerudung. 

Tapi, takdir kali ini berpihak pada Alycia. Sang tante (kami menyebutnya demikian, juragan warung nasi di perumahan dimana kami tinggal bertetangga) meminjamkan kerudungnya, yang sontak menghentikan tangis Alycia yang melengking kencang.

Gadis kecil Kedua, ditengah, adalah gadis cilik campuran, Jawa-Betawi, orangtuanya menamainya si Bening. Putri tercinta Mbah Gondrong, seorang muslim "kejawen" yang taat yang berprofesi sebagai keamanan lingkungan tingkat RW di perumahan. 

sementara, paling kanan adalah Putriku, Azkiya Fauzi. Anak kedua dari 3 bersaudara, lahir di Jember, Jawa Timur. 

Pola hubungan pertemanan ketiga gadis kecil ini, harusnya menjadi contoh untuk kita para orangtua. Untuk saling bergandengan tangan, tanpa melihat status sosial, kepangkatan, bahkan perbedaan agama sekalipun. Mereka tulus dan tanpa motif apapun dalam menjalin hubungan.

Tanpa bermaksud menggurui, Bahasa bertetangga adalah bahasa saling memahami, saling menjaga dan saling tenggang rasa, bahkan saling bergandengria, seperti gambar mereka bertiga, yang jauh dari rekayasa dan hoax.

Khusus buat saudaraku seiman, Pesan kanjeng Nabi jelas bahwa sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada tetangganya. Bisa dibayangkan jika kita senantiasa memegang nasihat baik dari kanjeng Nabi diatas. Betapa tentramnya hidup bertetangga, betapa indah dan sejuknya, kita saling bisa menjaga, untuk berlomba menjadi yang terbaik bagi tetangga dan sesama.

Anak-anak tidak mungkin paham soal Jilbab dan tentu buta soal etika dan adab bertetangga. Mereka hanya memahami, bagaimana Indahnya mencari dan menemukan persamaan, kemudian menjaganya hingga akhirnya bergandeng tangan. Meskipun kadang berantem, tapi tak akan pernah lama, bakal kembali lagi ayem dan tentrem. Jauh dari dendam dan motivasi untuk saling menjatuhkan.

Bisakah kita begitu, seperti mereka rukun dan saling bergandeng ria. Bukan hanya bisa, bahkan kita sejatinya membutuhkan untuk hidup rukun dan saling menjaga. Semoga.  

Sepertinya, pepatah Jawa (saya langsung translete menggunakan bahasa Indonesia) masih relevan untuk disampaikan, bahwa "kuatnya pagar beton rumah, tak sekuat dan setangguh mangkok beling". Pepatah ini sangat dalam maknanya.

Artinya, dalam bertetangga sebetulnya pagar tinggi-tinggi, dan tertutup rapat tidak menjamin rasa aman dan tentramnya penghuni. Justru, menjaga hubungan baik dengan tetangga dengan cara berbagi (mangkok beling) akan menumbuhkan rasa saling menjaga. Tidak hanya secara fisik bahkan jauh diatas itu. Wallohu a'lam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun