Mohon tunggu...
Ahmad Fatch
Ahmad Fatch Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Belajar menjadi manusia yang bermanfaat, paling tidak berbagi cerita dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pertemuan Ke 2 di KBMN PGRI 28, Menulis Sebagai Passion Bersama Bu Kanjeng (Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd)

11 Januari 2023   22:53 Diperbarui: 11 Januari 2023   23:08 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis Sebagai Passion Bersama Bu Kanjeng (Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd)

Oleh : Ahmad Fatch

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh salam sejahtera buat kita semua. 

Pada hari ini Rabu tanggal 11 Januari 2023 di kelas belajar menulis PGRI gelombang 28 (KBMN PGRI 28) dilaksanakan melalui Wa Grup dibuka mulai pukul 19.09 WIB. 

Hari ini sesuai rencana sebagai narasumber Bunda Kanjeng yang merupakan seorang ULAMA yaitu Usia Lanjut Masih Aktif. Beliau sangat produktif dalam menulis dan oleh teman-teman Beliau dijuluki sebagai Ratu antologi karena begitu banyak karya buku bersamanya yang dilahirkan dari beliau bersama teman-teman.

Sambil mengikuti acara, saya juga mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan LDKS yaitu Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa yang diselenggarakan di Cilodong oleh sekolah kami. 

Persiapan ini harus dilakukan dengan seksama karena harus berkumpul di sekolah yang terletak di Jakarta Timur tepatnya wilayah Kramat Jati dengan lokasi di belakang ruko BJB dan Bank Syariah Indonesia. Waktu yang ditentukan oleh tim panitia bersama TNI jam 05.45 tepat karena jam 06.00 WIB harus sudah berangkat. 

Sambil mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan LDKS Saya berusaha untuk menyimak materi-materi yang disampaikan oleh narasumber yaitu ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd atau yang biasa dipanggil Bu Kanjeng. Bu Kanjeng seperti yang sudah saya jelaskan diatas yaitu seorang ULAMA (Usia Lanjut Masih Aktif). 

Materi yang disampaikan oleh Bu Kanjeng yaitu menulis sebagai passion. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI tidak ditemukan istilah passion, dikarenakan Passion merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang berarti kegemaran atau gairah. Pertanyaan kemudian Adakah arti kegemaran atau gairah dalam bahasa Indonesia?

Jika kita melihat KBBI online Ternyata kita temukan arti gairah itu bermakna keinginan atau hasrat yang kuat. Sedangkan jika passion diartikan sebagai gemar atau kegemaran kita dapat menemukan istilah tersebut dengan arti suka sekali atau jika ditambah dengan awalan ke- dan akhiran -an menjadi kegemaran maka berarti kesukaan atau kesenangan. 

Dengan melihat arti dan istilah di dalam kamus bahasa Indonesia maka ketika kita mengatakan menulis sebagai Passion artinya menulis itu sebagai kesukaan kegemaran sebagai gairah atau penyemangat. 

Bagaimana caranya menjadikan menulis sebagai penyemangat sebagai kekuatan kesenangan atau kegemaran atau Passion?

1. Menulis sebagai suplemen

Bunda Kanjeng sebagai pemateri mengatakan "menulis dijadikan sebagai suplemen" artinya tentu yang disebut suplemen adalah makanan yang penuh gizi untuk membangkitkan energi. 

Dengan menjadikan menulis sebagai suplemen sesuatu penuh dengan gizi yang menjadi asupan bagi tubuh, asupan pemikiran,  tentu ini sangat amat baik buat kita. Hal ini dilakukan niscaya ketika kita menulis tidak lagi menjadi beban, karena tidak akan ada suplemen jika menjadi beban. Suplemen itu menjadi keniscayaan untuk menjadi energi tambahan atau dalam istilah lain menjadi Aura positif agar menambah energi buat kita. 

2. Menulis menjadi healing

Yang kedua menurut beliau agar kita menulis dapat menjadi passion maka yang perlu kita tanamkan pada diri kita yaitu Menulis menjadi Healing. 

Healing bisa kita dapatkan dalam kosakata bahasa Inggris jika diartikan dalam bahasa indonesia berarti penyembuh atau menyehatkan. 

Saya jadi teringat ketika opening ceremony yang dikatakan oleh founder kelas belajar menulis PGRI yaitu Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd yang lebih terkenal dengan panggilan Om Jay. Beliau mengatakan sebelum membuka acara, beliau sedang sakit kemudian berusaha menulis draft untuk membuat video sambutan, tetapi setelah menulis draft dan sudah mengirim ke salah satu panitia opening ceremony merasa badannya sudah enakan, sudah sehat bahkan terbukti beliau mampu mengikuti kegiatan opening ceremony Sampai Akhir. 

Jika menilik dari yang dikatakan oleh Om Jay atau Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd hal ini betul adanya. Bahwa menulis dapat menjadi Healing. Healing jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka berarti penyembuhan. 

Dengan kata lain ketika kita mempunyai semangat yang luar biasa menjadikan menulis sebagai gairah, kemudian menulis sebagai suplemen, tentu hal ini sangat wajar, jika menulis dapat dijadikan sebagai Healing artinya sebagai penyembuh.

Mungkin timbul pertanyaan dari teman-teman ataupun para pembaca "Apa iya bisa menjadi Healing?" Untuk menjawab hal ini bisa iya bisa tidak. Kita mencontohkan dan melihat status-status dimedia sosial. Banyak curhatan-curhatan para kaum Ibu maupun kaum bapak atau anak-anak, dan remaja. Semua curhat artinya ketika mereka semua melakukan curhat menjadikan pikiran atau pola pikir menjadi plong atau sudah tidak ada lagi beban di dalam hati, dan dalam dadanya, jika ini dilakukan maka hal ini dapat mengeluarkan energi negatif, sedangkan yang masuk ke dalam pikirannya menjadi energi positif. Energi positif inilah yang menjadikan menulis sebagai Healing, karena kita yang tadinya terbebani dengan beban pikiran, beban itu kemudian dikeluarkan atau dalam bahasa Jawa menjadi unek-unek sudah dikeluarkan semua, beban menjadi lenyap. Dengan beban lenyap, maka insya Allah kita menjadi sehat atau sembuh. 

Yang menjadi perbedaan yaitu jika status-status tersebut ditulis pada status media sosial, maka hal ini bisa berdampak negatif kepada diri kita sebagai penulis, karena akan terkena undang-undang ITE jika curhatan itu mengenai orang lain. Untuk itu tulislah pada secarik kertas kemudian kita jadikan buku bisa sebagai buku cerita atau buku yang lain, dengan demikian hasil karya kita akan menjadi penyembuh bagi diri kita karena sudah mengeluarkan unek-unek atau beban yang ada di dalam pikiran maupun hati kita. 

Hambatan-hambatan menulis

Selain menulis bisa dijadikan sebagai passion, karena dapat dijadikan sebagai suplemen maupun sebagai Healing penyembuh tentu hal ini ada hambatan-hambatan. Kita ketahui semuanya apa yang kita katakan tidak semudah membalikan telapak tangan semua butuh proses. Tapi proses itu harus kita jalani agar menulis dapat menjadi Passion. 

Biasanya orang sering mengatakan seperti ini:

  1. Merasa tidak bakat menulis

  2. Tidak memiliki waktu

  3. Tidak memiliki ide

  4. Tidak suka menulis

Jika kita lihat hambatan-hambatan tersebut sepertinya mengena sekali dengan ucapan atau omongan orang lain atau bisa jadi kita sendiri sering mengatakan begitu. Merasa tidak bakat menulis, tidak memiliki waktu, tidak memiliki ide, dan tidak suka menulis. 

Padahal pada kenyataannya kita berlatih menulis dari tingkat SD bahkan ada yang dari TK sudah dilatih menulis, Selain itu jika kita mengatakan tidak bakat menulis tetapi sering membuat status, membalas chat pada grup media sosial yang lain itu berarti kita punya bakat menulis. 

Kemudian jika ada orang mengatakan tidak memiliki waktu terus apakah pernyataan ini benar? Sebagai seseorang yang diberikan akal kita dapat menganalogikan banyak para penulis hebat beliau jauh lebih sibuk daripada kita, tetapi masih bisa menulis, masih menyempatkan waktu untuk menulis artinya ketika kita mengatakan tidak memiliki waktu hal itu sama sekali tidak benar, karena jika dituruti perkataan itu maka hampir semua orang tidak punya waktu. Untuk itu Kitalah yang membuat waktu untuk menulis dalam keseharian kita. 

Terus alasan yang ketiga yaitu tidak memiliki ide, hal ini sangat tidak tepat jika yang dimaksud dengan ide khusus mungkin bisa jadi iya, tetapi jika yang dimaksud adalah ide secara umum tentu hampir semua orang punya ide. Dibuktikan ketika ada seorang ditanya orang tersebut langsung bisa menjawab artinya orang itu bisa memunculkan ide secara mendadak, begitu juga ketika ada orang yang tiba-tiba menulis di sebuah grup media sosial itu berarti ada ide yang tiba-tiba muncul dengan demikian sebetulnya ide itu selalu ada. Dengan kata lain jika seseorang mengatakan tidak memiliki ide itu merupakan hal yang tidak tepat. 

Alasan yang keempat bagi seseorang yang tidak mau menulis yaitu tidak suka menulis. Jika kita lihat lagi dengan seksama orang yang mengatakan tidak suka menulis, justru terkadang ketika berkomunikasi lewat grup-grup media sosial paling banyak tulisan dia artinya dia sebetulnya suka menulis cuma menulisnya di media sosial. 

Apakah hal ini bisa dialihkan tentu sangat bisa caranya bagaimana? caranya kita mengikuti kelas-kelas menulis, selain itu kita juga bisa berlatih menulis di media blog tentunya sebagai media sendiri apalagi gratis. 

Mungkin ini saja yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf sedikit berpesan, pesan ini selalu saya tanamkan di dalam hati di dalam pikiran saya bahkan bisa jadi untuk teman-teman yaitu "Tulislah apa yang kalian pikirkan agar menjadi karya yang nyata" dan "Tulislah hal yang positif agar menjadi inspiratif. 

Sekali lagi terima kasih

WAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera buat kita semua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun