Kaka pertama kami Berencana untuk ngunduh mantu di bulan Januari, tapi berhubung pelaksanaannya di hari kerja maka kami pun kemungkinan tidak bisa datang, untuk itu di hari libur ini kami berkunjung kepada beliau sekaligus mohon maaf karena Kemungkinan tidak bisa hadir di acara pernikahan tersebut.
Kegiatan pagi diisi dengan acara ngobrol dengan saudara, selepas itu ada tamu yang dulu pernah bekerja di rumah, sehingga istriku menerima tamu tersebut dan berbincang mengenai keadaan dan kabarnya bagaimana. Setelah Jumatan kami sekeluarga berziarah ke makam orang tua kami. Pertama datang ke makam bapak yang kedua ke makam ibu dikarenakan letak makam yang berbeda. Bapak dimakamkan di Makam umum sedangkan ibu dimakamkan dimakam khusus, makam ibu ada di belakang masjid besar Baiturrahman Kubang Gereng, Wijahan, Cenang, Songgom, Kabupaten Brebes.Â
Selesai dari makam kami pun mengajak anak serta keponakan untuk pergi ke waduk atau bendungan Cacaban di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Waduk seluas 26.753 hektar yang dulunya pada saat saya masih sekolah SMK hanya digunakan sebagai tempat perkemahan, tidak ada objek wisata sekarang sudah bersolek diri, disulap menjadi objek wisata yang sangat bagus. Dengan luasan tersebut sudah cukup bagi pengunjung untuk menikmati wisata air yang ada di sana, dengan menaiki perahu untuk mengelilingi pulau-pulau yang ada di waduk Cacaban, serta pemandangan yang memukau dari Gunung Gajah.Â
Ketika kami berkunjung disana sedang ada kegiatan Cacaban Culture festival 2022 di Waduk Cacaban, tema kegiatan tersebut yaitu Cacaban Culture festival 2022. Yang dihadiri langsung oleh Bupati Tegal yaitu Dra. Hj. Umi Azizah, kami sekeluarga sempat berfoto bersama dengan ibu Bupati Dra. Hj. Umi Azizah. Ternyata beliau sangat ramah, bersahaja mau menyapa para warga yang bertemu dengan beliau, salut luar biasa.Â
Tiket masuk ke Waduk Cacaban sangat murah meriah karena cuma Rp. 10.000 dapat menikmati semua permainan yang ada di area wisata tersebut, Sedangkan Untuk naik perahu harus membeli tiket kembali per orang Rp15.000 tetapi dengan waktu naik perahu yang cukup lama dan cukup jauh itu terhitung sangat murah.Â
Di sana juga dapat menikmati makanan khas hasil budidaya di Waduk atau Bendungan tersebut yaitu berupa udang, mujair, rajungan atau mr. Crabs serta hasil budidaya dari Waduk Cacaban tersebut dan tidak lupa ada makanan khas daerah Tegal-Brebes dan sekitarnya yaitu nasi rames dan nasi lengko. Jajanan di sana terbilang sangat murah meriah.Â
3. Perjalanan pulang ke tempat tinggal di kota Bekasi
Perjalanan pulang Kami beserta keluarga yaitu pada hari Sabtu Tanggal 31 Desember 2022 Setelah dzuhur. Namun karena sang driver ngantuk yaitu saya, saya pun tidur sebentar sekitar 1 jam, akhirnya perjalanan diundur sekitar jam 14.00 WIB. Barang bawaan sudah dikemas di dalam mobil dari sebelum shalat Dhuhur jadi ketika saya bangun, Terus ke kamar mandi untuk cuci muka dan lain-lain serta berpamitan langsung berangkat menuju ke tempat tinggal. Walaupun tempat tinggal kami kecil tetapi dengan "Slogan rumahku adalah Surgaku"Â menjadi betah dan bahagia.
Kami melakukan perjalanan melalui jalur Jatirokeh-Karang Sembung-Sitanggal-Ketanggungan dan lewat Pantura terlebih dahulu. Ternyata di Pantura jalanan sangat mulus hampir tidak ada lubang sama sekali, kami pun sangat senang bisa kembali melakukan perjalanan lewat Pantura kemudian masuk ke tol, di tol Kanci-Palimanan. Baru masuk tol Kanci-Palimanan ternyata disambut dengan macet yang luar biasa hanya bergerak sedikit-sedikit seperti orang jalan kaki. Inilah perjalanan di hari terakhir di Tahun 2022 yaitu perjalanan dari kampung menuju kota Bekasi.
Setelah tidak kunjung bergerak, saya pun meminta kepada istri tercinta untuk mencari informasi melalui aplikasi, Ada apa gerangan di depan sana? ternyata ada informasi satu bus masuk ke parit bagian tengah tol, kemungkinan karena memang kondisinya hujan lebat jadi driver dari bus tersebut tidak melihat kalau ban melewati jalur beton sehingga ke tanah secara otomatis dia akan tergelincir ke tengah-tengah tol. Setelah kami melewati bus tersebut, kami lebih berhati-hati, karena memang hujan sangat lebat sekali sampai kami biasa menggunakan wiper dengan grade 2. kali ini harus menggunakan wiper pada Grade 3 untuk menyibakkan air hujan yang begitu deras ditambah hampir semua kendaraan menggunakan lampu hazard dan saya lihat di speedometer hanya menunjukkan di kecepatan 40 KPJ. Artinya ini memang sangat lambat karena hujan yang begitu lebat.Â
Kami pun beristirahat sebentar ke rest area sembari melepas lelah sekaligus untuk menunaikan salat asar, di rest area daerah Cirebon. Setelah selesai menunaikan shalat asar kami pun melanjutkan perjalanan kembali supaya tidak sampai malam tiba di rumah. Tetapi Baru beberapa km dari Rest Area yang kami singgah, hujan lebat turun kembali kali ini lebih lebat dari sebelumnya, sehingga kami pun memperlambat Laju kendaraan, begitu juga dengan para pengendara lain memperlambat laju kendaraan sampai hampir semuanya menyalakan lampu hazard sebagai tanda peringatan adanya bahaya. Akhirnya hujan lebat pun dapat terlewati kami memasuki area tol Cipali.Â
Di area tol Cipali relatif memacu dengan kecepatan yang cukup tinggi yaitu di Kisaran 80 sampai 100 KPJ walaupun sepertinya banyak kendaraan yang memacu di atas itu. Saya tetap di bawah 100 KPJ tidak mau lebih demi keselamatan berkendara. Menjelang magrib kami pun masuk ke rest area kembali di sekitar rest area km 101. Semua area parkir di area kendaraan kecil sudah penuh bahkan banyak mobil yang terparkir melintang, karena sudah tidak ada space lagi. Sedangkan kami akhirnya parkir di tempat parkir truk dan bus.Â