Mohon tunggu...
Ahmad Fatch
Ahmad Fatch Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Belajar menjadi manusia yang bermanfaat, paling tidak berbagi cerita dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahasa Identitas Kita dan Bangsa

31 Oktober 2022   05:12 Diperbarui: 31 Oktober 2022   08:00 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh salam sejahtera buat kita semua. 

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa masih diberi kesempatan menulis di Kompasiana, mudah-mudahan apa yang saya tulis dapat bermanfaat untuk kita semua khususnya saya pribadi. 

Kali ini Penulis mengambil tema "Bahasa Identitas Kita dan Bangsa." 

Sudah kita ketahui bersama, bahwa setiap manusia, setiap makhluk hidup akan mengeluarkan gaya bahasanya masing-masing. Binatang mempunyai bahasa binatang, manusia juga mempunyai bahasa manusia. Bahasa akan lahir di mana kita tumbuh dan besar.

Banyak orang berkata  dan kadang menjadi lelucon, yaitu anak kecil di Inggris saja bisa bahasa Inggris, atau ketika ada orang sedang belajar kursus bahasa asing, anggap saja bahasa Jepang, ketika orang tersebut belum bisa mengucapkan bahasa Jepang, ada juga yang berkata kamu sudah besar belum bisa-bisa, anak kecil di Jepang saja sudah bisa bahasa Jepang.

Dari dialog perumpamaan tersebut menunjukkan bahwa bahasa yang diucapkan oleh seseorang, lahir di mana dia tumbuh dan besar. Jika seseorang itu berada di negara Indonesia daerah Papua, dengan sendirinya bahasa Papua menjadi bahasa ibu atau bahasa induknya. Sedang bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar, ketika sedang belajar bahasa Indonesia atau belajar pelajaran-pelajaran yang lain. 

Begitu juga orang daerah lain seperti orang Padang, ketika anak tersebut lahir di Padang dan besar di Padang, tentu bahasa yang dominan adalah bahasa Padang atau bahasa induknya, karena anak tersebut lahir dan besar di daerah padang, sedangkan bahasa Indonesia hanya sebagai bahasa pengantar ketika di sekolah atau mengenyam pendidikan. 

Tapi ketika orang Papua lahir di Jakarta, begitu juga orang Padang lahir di Jakarta atau bukan di daerahnya tentu akan menjadi hal yang berbeda. Bisa jadi karena pergaulan anak-anak tersebut tumbuh dan besar di Jakarta, maka yang menjadi bahasa induknya adalah bahasa sehari-hari di Jakarta, tidak lagi bahasa daerah mereka berasal. Artinya di mana pun dan kapanpun anak itu lahir dan tumbuh berkembang di daerah tersebut, maka bahasa kesehariannya adalah bahasa daerah di mana anak tersebut tumbuh dan berkembang bersama. 

Pertanyaannya Bagaimana cara menumbuhkan bahasa Indonesia yang baik dan benar?

1. Sebagai bahasa pemersatu

Baca juga: Sumpah Pemuda 1928

Memang ini menjadi sebuah permasalahan yang bisa dipandang sebagai permasalahan kecil maupun permasalahan yang besar tergantung siapa yang memandangnya.

Bagi seorang yang memandang nasionalisme tumbuh karena menggunakan Bahasa, maka hal ini menjadi suatu permasalahan yang besar, karena bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pemersatu akan tercampur, tidak lagi menjadi bahasa murni tetapi menjadi bahasa tidak baku atau bahasa pergaulan. 

Tapi bagi yang menganut paham, bahwa nasionalisme akan tumbuh seiring dengan lestarinya bahasa daerahnya masing-masing, kebanyakan mereka berpendapat, hendaknya bahasa Indonesia mengambil serapan-serapan bahasa daerah yang sudah populer di daerahnya masing-masing untuk diangkat menjadi bahasa nasional. Karena pada dasarnya nasionalisme ada karena adanya daerah sehingga perlu merangkul orang-orang daerah menggunakan bahasa yang sudah ada di daerahnya masing-masing untuk diangkat menjadi bahasa serapan dalam bahasa nasional. 

2. Permasalahan yang timbul dari tontonan atau tayangan

Permasalahan yang kedua juga timbul dari tontonan atau tayangan yang ada di layar-layar besar, seperti layar TV, baik dalam layar drama, layar cerita dan kadang layar iklan, dalam layar tersebut tidak lagi menampilkan bahasa Indonesia yang memenuhi standar yang ada, tetapi banyak dari tayangan-tayangan tersebut yang menggunakan bahasa pergaulan. Jika hal ini di teruskan maka akan mendistorsi nilai-nilai bahasa Indonesia itu sendiri dan akan membuat pengaruh negatif terhadap bahasa Indonesia dikarenakan orang-orang di pelosok-pelosok negeri, merasa bahwa bahasa yang ada di tayangan-tayangan tersebut merupakan bahasa nasional, padahal bukan itu hanya sekedar bahasa pergaulan. 

Dengan adanya tayangan-tayangan tersebut yang tidak mencerminkan bahasa Indonesia, bahkan tidak mencerminkan juga bahasa daerah, hal ini akan mengganggu eksistensi terhadap bahasa nasional maupun bahasa daerah. Hal ini bisa berdampak negatif dengan nasionalisme, baik nasionalisme karena bahasa maupun nasionalisme karena budaya, dikarenakan nilai-nilai yang terkandung di dalam tayangan-tayangan tersebut banyak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya nasional, sehingga banyak orang tidak paham nilai-nilai tradisi kedaerahannya masing-masing, mereka mengikuti nilai-nilai dari negara luar. 

Solusi yang harus diambil untuk membenahi agar basa menjadi alat pemersatu bangsa atau menjadi identitas negara, maka:

1. Menumbuhkan dan menganjurkan pada tayangan-tayangan baik berupa drama, iklan dan lain sebagainya menggunakan bahasa nasional, bukan bahasa pergaulan.

2. Menumbuhkan budaya literasi pada dunia pendidikan. 

3. Mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengenalkan bahasa merupakan identitas suatu negara

4. Menyakinkan pada media-media dan bloggers bahwa harus percaya diri terhadap penggunaan bahasa Indonesia, contoh karena satu judul diselipkan bahasa asing, tulisan tersebut menjadi headline atau Artikel Utama dll

Terima kasih semoga bermanfaat. 

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera buat kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun