kalasuba menyiratkan bahwa kemunduran suatu bangsa atau masyarakat tidak hanya terjadi karena serangan dari luar, tetapi juga karena kehancuran dari dalam---yakni, kemerosotan moral dan nilai. Pesan ini mengingatkan masyarakat untuk introspeksi dan kembali pada nilai-nilai kebenaran serta keadilan agar tidak terjerumus semakin dalam ke dalam masa-masa gelap. Dalam beberapa interpretasi, kalasuba menjadi gambaran tentang "zaman edan" atau zaman gila, di mana nilai-nilai kebajikan mulai dianggap usang atau tidak lagi dihormati.
Melalui kalasuba, Ranggawarsita seolah memberi peringatan kepada generasi mendatang bahwa tantangan dan kesulitan akan selalu ada, dan cara terbaik untuk menghadapinya adalah dengan berpegang teguh pada kebaikan dan kebenaran, bukan sekadar mengikuti arus yang merugikan.
KALATIDHA
Era Kalatidha adalah istilah yang digunakan Raden Ngabehi Ranggawarsita dalam Serat Kalatidha untuk menggambarkan kondisi zaman yang ia pandang penuh dengan ketidakpastian, kekacauan, dan kemerosotan moral. Dalam bahasa Jawa, kata "tidha" berarti "tidak menentu" atau "tidak pasti," sehingga Kalatidha bisa diartikan sebagai "masa ketidakpastian." Karya ini ditulis pada pertengahan abad ke-19, ketika Ranggawarsita menyaksikan berbagai gejolak sosial-politik yang melanda Jawa akibat kolonialisme Belanda dan lemahnya pemerintahan kerajaan-kerajaan lokal.
Ciri-ciri Era Kalatidha
- Ketidakpastian dan Kekacauan
Era Kalatidha menggambarkan zaman di mana masyarakat Jawa mengalami ketidakpastian yang luar biasa akibat tekanan kolonial dan situasi politik yang tidak stabil. Pada masa itu, masyarakat hidup dalam kondisi sulit, di mana banyak nilai moral dan tradisi yang mulai luntur atau bahkan tidak lagi dihargai. Hal ini membuat kehidupan sosial menjadi kacau, karena norma-norma yang dulu menjadi pegangan masyarakat mulai hilang.
- Kemerosotan Moral dan Krisis Nilai
Dalam Serat Kalatidha, Ranggawarsita mengeluhkan kemerosotan moral di kalangan masyarakat, khususnya para pemimpin yang dianggap hanya mementingkan kepentingan pribadi. Banyak pemimpin kerajaan yang menjalin hubungan erat dengan pemerintah kolonial, yang menyebabkan krisis nilai karena para pemimpin tidak lagi dianggap sebagai pelindung rakyat. Krisis ini menyebabkan masyarakat Jawa merasa kehilangan teladan moral, yang membuat mereka semakin bingung dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
- Kritik Terhadap Pejabat dan Pemimpin
Ranggawarsita dalam Serat Kalatidha juga menyuarakan kritik terhadap para penguasa yang ia anggap tidak lagi mampu memberikan teladan dan hanya peduli pada kekayaan dan kekuasaan. Menurut Ranggawarsita, para pemimpin yang seharusnya menjadi contoh bagi rakyat justru lebih banyak terlibat dalam tindakan yang melanggar moralitas. Kondisi ini membuat masyarakat kehilangan kepercayaan pada pemimpin mereka.
KALABENDHU
Era Kalabendhu adalah salah satu periode yang digambarkan oleh Raden Ngabehi Ranggawarsita dalam karyanya Serat Kalabendhu. Dalam karya ini, Ranggawarsita menyampaikan pandangan tentang masa yang dipenuhi oleh penderitaan, keburukan, dan ketidakadilan. Dalam bahasa Jawa, "bendu" berarti "murka" atau "marah," sehingga Kalabendhu dapat diartikan sebagai "masa kemarahan" atau "zaman murka." Ranggawarsita menggambarkan Kalabendhu sebagai era di mana kesengsaraan masyarakat memuncak akibat tindakan para pemimpin dan penguasa yang tidak bijaksana, serakah, dan tidak lagi memperhatikan kesejahteraan rakyat.
Ciri-ciri Era Kalabendhu
- Penindasan dan Ketidakadilan