Hakikat merujuk pada pemahaman tentang realitas yang lebih tinggi, di mana individu menyadari bahwa ada dimensi yang lebih luas dari kehidupan yang harus dipahami.
Dalam konteks ini, individu mulai mengembangkan pengalaman spiritual yang lebih mendalam. Mereka belajar untuk mengenali dan memahami sifat-sifat Tuhan, serta hubungan antara diri mereka dan alam semesta. Tahap hakikat ini sering kali melibatkan pengalaman transendental, di mana individu merasakan kedekatan yang mendalam dengan Tuhan dan menginternalisasi nilai-nilai spiritual yang universal.Â
Pada tahap ini, kesadaran individu tentang tujuan hidup dan eksistensinya menjadi semakin jelas, dan mereka mulai melihat dunia dari perspektif yang lebih luas dan mendalam.
4. Makrifat (Pengetahuan)
Tahapan terakhir dalam perjalanan menuju manusia sempurna adalah makrifat, yang berarti pengetahuan atau pemahaman yang hakiki. Makrifat merupakan puncak dari perjalanan spiritual di mana individu mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi tentang diri mereka, Tuhan, dan realitas. Pada tahap ini, individu tidak hanya memiliki pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman langsung dan pemahaman yang mendalam tentang kebenaran.
Makrifat melibatkan penyingkapan berbagai rahasia alam semesta dan hubungan antara ciptaan dan Sang Pencipta. Individu yang telah mencapai makrifat dapat melihat realitas dengan cara yang tidak biasa, mampu memahami tujuan dan makna di balik segala sesuatu. Ini adalah tahap di mana ego dan keterikatan duniawi berkurang, dan individu merasakan kesatuan dengan Tuhan dan segala ciptaan-Nya.
Dalam konteks ajaran Bima Werkudara, keempat tahapan ini --- syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat --- saling terkait dan membangun satu sama lain. Setiap tahap membawa individu lebih dekat kepada pemahaman dan pengalaman spiritual yang lebih dalam, akhirnya mengarah pada pencapaian kesempurnaan sebagai manusia.
 Melalui perjalanan ini, individu belajar untuk hidup dengan integritas, moralitas, dan kesadaran yang tinggi, serta mampu berkontribusi secara positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
konsep laku raga, laku budi, laku manah, dan laku rasa, yang sering digunakan dalam ajaran spiritual, khususnya dalam tradisi Jawa. Keempat konsep ini menggambarkan pendekatan yang holistik dalam pengembangan diri menuju kesempurnaan.
1. Laku Raga
Laku raga merujuk pada tindakan fisik atau aktivitas tubuh yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Ini mencakup berbagai bentuk aktivitas yang diperlukan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Dalam konteks spiritual, laku raga juga mencakup disiplin fisik seperti olahraga, meditasi, atau praktik-praktik lain yang menyehatkan tubuh.