Mohon tunggu...
Ahmad Faisal
Ahmad Faisal Mohon Tunggu... Penulis - Indonesian Writter

Political Science FISIP Unsoed Alumnus. I like reading, writting, football, and coffee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cilacap to Be The Singapore of Java

7 Juli 2018   21:50 Diperbarui: 21 Maret 2021   13:24 1623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: https://www.instagram.com/explore_cilacap

Tetapi, tidak ada salahnya juga kalau Cilacap memiliki banyak Julukan dan saya tetap lebih suka dengan slogan "Cilacap Bercahaya". Semenjak Bupati Tatto berkuasa di periode yang lalu, dan sekarang menjabat lagi menjadi Bupati - Hasil kemenangan Pilkada serentak tahun 2017 - slogan Cilacap bertambah lagi, yaitu "Bangga Mbangun Desa". Slogan seperti ini ada di hampir seluruh sudut cilacap sampai ke desa-desa. Wajar saja karena tagline-nya adalah desa. Tetapi, sejauh ini belum ada lonjakan perkembangan yang signifikan dari penerapan slogan/kebijakan tersebut. Jalan-jalan di pedesaan masih saja jelek entah sampai kapan. Butuh lebih dari sekedar slogan rupanya untuk membuat orang bangga akan desa.

The SoJ: Rencana Jangka Panjang

Mengenai rencana bahwa Cilacap akan menjadi Singapore-nya Jawa, saya rasa hal tersebut akan lebih cocok sebagai rencana jangka panjang. Sebab, untuk memajukan sebuah wilayah butuh waktu yang tidak sedikit. Akan ada perkembangan, atau istilah kerennya step by step.

Hal utama yang harus diselesaikan menurut saya adalah pemerataan pembangunan. Saya agak tergelitik dikala jalan desa saya selama kurang lebih 2 dekade masih saja jelek. Malah, orang-orang desa secara mandiri patungan untuk mengecor jalan gang desa mereka secara bertahap. Jadi, jalan-jalan di gang-gang desa hampir semuanya halus karena dicor beton. Sementara jalan utama desa rusak parah. Sehingga, anak-anak sekolah lebih memilih jalan terobosan melalui gang yang sudah halus. Meskipun mereka harus melajukan kendaraannya secara pelan karena bukan di jalan raya.

Seharusnya, aparat pemerintah malu akan kesadaran warganya untuk berbondong-bondong merubah keadaan dengan cara berinisiatif memperbaiki jalan. Karena tidak mungkin warga harus patungan untuk mengaspal jalan. Mau dibawa ke mana uang pajak yang warga bayar. Ini juga sekaligus menjadi pekerjaan rumah Bupati Tatto soal pelayanan publik dan birokrasi, di mana aparat pemerintah sampai level pemerintahan desa juga harus punya inisiatif dan ide baru untuk memperbaiki ketimpangan pembangunan di desa-desa.

Untuk apa julukan The Singapore of Java ada kalau di daerahnya kemajuan belum terlihat secara nyata dan dapat langsung dirasakan oleh masyarakatnya.

 Setau saya, Singapore yang sebenarnya (negara Singapura) sudah benar-benar maju di setiap sudut negaranya. Tidak peduli soal luas wilayah dan jumlah penduduknya jika dibandingkan dengan Indonesia. Ini soal kemauan untuk maju dari aparat pemerintah. Budaya kolot kita tinggalkan, budaya maju kita terapkan. Karena memang untuk merubah budaya tidak dalam jangka waktu yang singkat, kita perlu waktu. Setidaknya, kalau mau menjadikan Cilacap seperti Singapore, ya tirulah birokrasinya dulu lah, baru kita siap sebagai sebuah wilayah yang maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun