Mohon tunggu...
Ahmad FaiqHikman
Ahmad FaiqHikman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Arabic Trainer | Writer | Motivator

Hamba Allah ta`ala yang suatu hari nanti akan kembali kepadaNYA

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Meraih Kebahagiaan Bersama Pasangan

12 Oktober 2022   07:12 Diperbarui: 12 Oktober 2022   07:25 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh : Faiq Al Qudsy

Setiap orang pasti berharap agar menuai kebahagiaan bersama pasangannya. Mereka berharap agar bisa saling melengkapi, memahami dan mencintai.

Sebagian mereka membenarkan harapan dengan usaha dan perbuatan. Namun, tak sedikit dari mereka yang hanya menggantungkan harapan pada awan. Mereka hanya menunggu air hujan turun dan membawa sebuah keajaiban.

Kebahagiaan adalah suatu hal yang perlu bagi manusia untuk menghadirkan sebab-sebabnya. Allah ta`ala berfirman:

" Dan telah kami sebab-sebab untuk mampu melakukan segalanya" QS. Al-Kahf 84

Bagaimanakah cara meraih kebahagiaan?

Kuncinya adalah BERHIAS! BERDANDAN!

Sebagian manusia mengira bahwa berhias untuk pasangan tidak akan memberikan faedah apa-apa. Toh pasangan kita juga tahu kondisi terburuk kita, kondisi ketika malas mandi, malas melakukan aktifitas dan kondisi ketika ingin rebahan. Itu anggapan mereka.

Sebagian yang lain mengira berhias hanyalah ketika belum menikah. Ketika belum laku kata mereka. Kalau udah laku ya engga butuh lagi lah. Sebagian yang lain malah justru berhias ketika hendak keluar rumah. Katanya biar enggak keliahatan susah kalau dipandang orang. Sebenarnya butuh ndak sih? Izinkan penulis untuk mengulasnya. 

Pertama, orang yang sudah menikah itu memiliki mata, hidung dan telinga yang sama. Apakah bisa penulis mengatakan kalau anggota badan di atas tidak lagi berfungsi selepas pernikahan? Pasti anda akan menjawab tidak dong. Masa saya menikahi orang yang mata, hidung dan telinganya tidak berfungsi.

Kedua, ketika anggota badan di atas masih berfungsi seperti sebelum pernikahan, ia juga memiliki kepuasan seperti sedia kala.

Ketiga, ketika anda berdandan di luar rumah dan meninggalkannya ketika berdiam diri di rumah. Yang menjadi pertanyaan di sini adalah untuk siapakan kecantikan anda? Untuk orang diluar ataukah untuk suami anda? Bener engga?

Keempat, janganlah anda mengira bahwa agama islam hanyalah memerintahkan umatnya untuk menundukkan pandangan tanpa memuaskan kebutuhan mereka. Jadilah anda pemuas bagi pandangan dan kemaluan mereka! Bagaimana caranya? In syaa Allah akan penulis jelaskan pada babnya.

Di satu sisi, agama Islam memerintahkan umatnya untuk menundukkan pandangan. Dan di sisi lain, agama islam memerintahkan umatnya untuk memenuhi kebutuhan pasangannya. Ketika keduanya diimplementasikan dengan baik, kebahagiaan akan menjadi keniscayaan, bukan lagi harapan yang bergantung di awan.

Ibnul Qayyim --rahimahullah- menjelaskan:

" Ketika mata, telinga dan hidung melihat hal yang disukai, ia akan mengirimkan sinyal baik kepada hati. Hal itu akan membuat pasangan suami istri saling mencintai dan memiliki. Ketika ia melihat hal yang tak disukai(buruk), ia akan mengirimkan sinyal buruk kepada hati juga. Hal itu akan membuat keduanya saling menjauh dan menghindar dari pasangannya."

Kaum laki-laki dan kaum perempuan memiliki hak yang sama dalam hal ini. Keduanya berhak untuk mendapatkan kepuasan dengan melihat dan menikmati hal yang baik dari pasangan.

Jika seorang istri wajib berhias untuk suaminya, seorang suami juga wajib berhias untuk istrinya.

 Allah ta`ala berfirman:

"Dan bagi mereka(kaum perempuan) seperti apa yang telah diwajibkan atas mereka dengan cara yang baik " QS. Al Baqarah 228

Rasulullah --shallallaahu `alaihi wasallam- adalah tauladan yang terindah bagi umatnya dalam mengimplementasikannya. Ibunda `Aisyah --radhiyallahu `anha- berhata:

" Hal pertama yang dilakukan baginda Rasulullah --shallallaahu `alaihi wasallam- ketika memasuki rumahnya adalah bersiwak " HR. Bukhari

Gudang ilmunya umat ini, Abdullah bin Abbas --radhiyallahu `anhuma- berkata:

" Sesungguhnya aku selalu berhias untuk istriku sebagaimana ia berhias untukku "

                      

  Suatu ketika ada seorang perempuan yang mengadukan kejorokan suaminya kepada khalifah Umar bin Al-Khattab --radhiyallaahu `anhu-. Beliau menyuruh suaminya untuk mandi, kemudian berkata:

" Demi Allah, mereka(kaum perempuan) suka ketika suami mereka berhias untuk mereka sebagaimana para suami itu menyukai hal itu dari istri-istri mereka "

                        

Namun, toleransi dan saling memahami adalah dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Seorang pasangan yang cerdas akan menjadikan kesalahan dan kekurangan pada pasangannya sebagai kesempatan untuk meningkatkan keromantisan dan keharmonisan. Rasululullah --shallallaahu `alaihi wasallam- pernah bersabda kepada ibunda `Aisyah --radhiyallahu `anha-:

"Sungguh,  Aku benar-benar tahu kapan kamu marah dan kapan kamu ridho "

Ibunda `aisyah `Aisyah --radhiyallahu `anha- menjawab:

" Bagaimana anda bisa tahu(membedakannya)? "

Rasulullah --shallallaahu `alaihi wasallam- menjawab:

"Apabila kamu ridho, kamu mengatakan: "Demi Tuhannya Muhammad. Ketika kamu marah, kamu mengatakan: "Demi Tuhannya Ibrahim""

Ibunda `aisyah --radhiyallahu `anha-  menjawab:

"Engkau benar, aku hanya bisa meninggalkan namamu." HR. Bukhari dan Muslim

Subhanallah! Seorang Rasulullah yang wajib diikuti oleh umatnya sedang berperan menjadi suami yang memahami hati istrinya.

Seorang laki-laki bisa menjadi presiden di luar rumahnya. Ketika di rumahnya, tidak lain dia adalah seorang suami untuk istrinya dan seorang ayah untuk anak-anaknya. Janganlah membawa jabatan ke dalam rumah! Jika anda menginginkan kebahagiaan.

Sikap itulah yang akan diambil oleh suami yang cerdas ketika menghadapi kemarahan istrinya. Adapun seorang istri yang cerdas, ketika suaminya sedang marah, ia akan diam mendengarkan tanpa menjawabnya. Setelah marahnya mereda, ia akan meminta maaf kepada kepada suaminya dan meminta ridhonya. Rasulullah --shallallaahu `alaihi wasallam- bersabda:

" Setiap perempuan yang penyubur lagi penyayang(diharapkan) ketika mendapati suaminya yang marah kepadanya, ia akan berkata: "Tanganku ada dibawah tanganmu, aku tak bisa menutup pelupuk mataku sampai engkau ridho kepadaku"

Allahu akbar! Suami manakah yang tidak luluh hatinya dengan sikap istri yang demikian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun