Mohon tunggu...
Bang Apin
Bang Apin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya seorang Hamba Allah yang belajar untuk menulis. (www.bangapin.com)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Terakhir

10 November 2012   09:35 Diperbarui: 13 Juli 2015   19:13 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Dengan mantap aku menstarter cub 70 alias kaptul peninggalan kakekku untuk pergi kerumah Siska. Hatiku menjerit.

“Siska…… aku datang!!!” teriakku sepanjang jalan. Tepat jam 20.00 Waktu di jam tanganku, aku tiba dirumah sederhana berwarna biru itu. Aku tetap masuk meskipun agak bingung.
“kok tumben ada banyak orang disini? Ada acara apa ya? Tapi kenapa semua orang memakai pakaian hitam? Siapa yang meninggal?” batinku.
“Permisi Om, Siskanya ada?” tanyaku sambil berbisik pada papa Siska yang duduk bersama beberapa temannya di halaman depan.
“Ada di dalam”, kata papa siska dengan nada datar.

Akupun masuk, kucari Siska di antara orang-orang yang ada disana, tapi nggak ada. Dimana ya. Akupun mulai panik.

“Maaf mbak, tahu nggak Siska ada dimana?” tanyaku pada salah seorang yang duduk disitu. Orang itu menunjuk keruang sebelah, akupun menuju kesana. Ku dengar orang-orang membaca Surah Yassin.

Dengan jantung berdebar, akupun masuk ke dalam. Bias kulihat jelas seseorang terbungkus kaku disana.

“Jangan-jangan mama Siska meninggal? Kasihan dia! Trus mana Siska?” pikirku. mataku tertuju pada sesosok wanita berkerudung putih yang menangis sesenggukan. Itu pasti Siska, lalu aku mendekatinya.

‘tabah ya Sis, relakanlah beliau disana, supaya beliau bias pergi dengan tenang.” Dia mengangguk, namun masih saja menangis. Kulingkarkan tanganku dibahunya, membiarkan Siska menangis di dadaku. Airmataku mulai keluar, akupun larut dalam kesedihan.

“ Bang Reno,” tiba-tiba saja Bella, adik Siska yang paling kecil menarik lengan kemejaku, aku menoleh.
“kak Siska udah meninggal bang,” katanya sembari menangis

Meninggal???? Lalu siapa yang aku peluk ini. Aku melepaskan pelukanku, lalu kuintip sedikit wajah dibalik kerudung itu. Ya Tuhan, ternyata mama Siska!!! Akupun pingsan seketika.

Siska adalah satu-satunya gadis yng bias menerimaku apa adanya, kini sudah tiada, batinku setelah sadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun