Integrasi antara Islam dan ilmu sosial humaniora, khususnya dalam bidang psikologi, merupakan suatu konsep yang menggabungkan pemahaman agama dengan pendekatan ilmiah dalam memahami kondisi manusia. Dalam membahas paradigma ini, kita akan menggunakan tiga pendekatan utama, yakni Bayani, Burhani, dan Irfani. Ketiga pendekatan ini memberikan landasan yang kokoh dalam merumuskan pemahaman yang menyeluruh mengenai manusia, baik dari perspektif spiritual, rasional, maupun intuitif.
1. Pendekatan Bayani
Pendekatan Bayani mengacu pada pemahaman yang bersumber langsung dari teks-teks suci, dalam hal ini adalah Al-Qur'an dan Hadis. Dalam konteks psikologi, pendekatan Bayani mengkaji berbagai aspek psikologis manusia berdasarkan wahyu Allah yang terkandung dalam Al-Qur'an. Salah satu ayat yang relevan dalam menghubungkan Islam dan ilmu psikologi adalah:
"Dan Dia lah yang menciptakan manusia dari air kemudian Dia menjadikan nya seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dan jika Dia menghendaki, Dia menjadikan mereka berpasangan laki-laki dan perempuan, namun Dia juga dapat memilih sebagian untuk dijadikan laki-laki dan sebagian lagi dijadikan perempuan."
(QS. Al-Furqan: 54)
Ayat ini menggambarkan bahwa Allah menciptakan manusia dengan sifat-sifat tertentu yang membentuk psikologi dasar mereka. Hal ini relevan dengan konsep dalam psikologi yang menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan individu. Melalui pendekatan Bayani, kita bisa memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki dimensi fisik dan spiritual yang saling berkaitan.
2. Pendekatan Burhani
Pendekatan Burhani adalah pendekatan yang menekankan pada akal dan rasio dalam memahami suatu fenomena. Dalam konteks ilmu sosial humaniora, khususnya psikologi, pendekatan ini mengajak kita untuk menggunakan metode ilmiah dalam menganalisis dan memahami perilaku manusia. Misalnya, ketika membahas tentang gangguan mental, psikologi modern memanfaatkan penelitian empiris untuk mengetahui penyebab, gejala, dan cara pengobatannya.
Namun, dalam perspektif Islam, akal manusia bukanlah alat yang terpisah dari iman. Sebaliknya, Islam mengajarkan bahwa akal dan ilmu pengetahuan adalah anugerah dari Allah yang harus digunakan untuk mencari kebenaran. Dalam hal ini, konsep-konsep dalam psikologi yang berkembang di dunia barat dapat diterima selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.
"Dan katakanlah, 'Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmuku'."
(QS. Taha: 114)
Ayat ini menunjukkan pentingnya pengetahuan dan ilmu dalam Islam, yang juga mencakup psikologi. Dalam kehidupan sehari-hari, pendekatan Burhani mengajarkan kita untuk selalu berusaha memahami kondisi mental diri kita sendiri dan orang lain melalui ilmu yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Pendekatan Irfani
Pendekatan Irfani berfokus pada pemahaman melalui pengalaman spiritual dan intuisi. Dalam ilmu psikologi, ini berhubungan dengan konsep self-awareness (kesadaran diri) dan pencapaian kedamaian batin. Psikologi Irfani mengajarkan pentingnya berhubungan dengan Tuhan melalui dzikir, doa, dan tafakkur untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati. Proses ini juga terkait dengan konsep psikologi transpersonal yang mengajak individu untuk menyadari aspek spiritual dalam hidupnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, pendekatan Irfani dapat diaplikasikan ketika seseorang menghadapi stres atau kecemasan. Dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah, meditasi, atau berdoa, seseorang dapat memperoleh ketenangan batin yang membantu untuk mengatasi masalah psikologis. Dalam hal ini, psikologi Irfani mengintegrasikan ilmu jiwa dengan spiritualitas yang mendalam.
"Sesungguhnya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenteram."
(QS. Ar-Ra'd: 28)
Ayat ini menegaskan bahwa kedamaian batin dapat diperoleh dengan mengingat Allah, yang sejalan dengan praktik-praktik dalam psikologi Irfani yang memanfaatkan kontemplasi dan koneksi spiritual untuk kesehatan mental.
Sosiologi sebagai cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dan perilaku sosial sangat relevan dengan paradigma integrasi Islam dan ilmu sosial humaniora. Dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang mengajarkan tentang hubungan sosial, kerukunan dalam masyarakat, dan pentingnya saling menghargai antar individu.
"Dan saling tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan."
(QS. Al-Ma'idah: 2)
Ayat ini mengajarkan pentingnya membangun masyarakat yang harmonis dan saling mendukung. Dalam psikologi sosial, ini tercermin dalam konsep empati, kerja sama, dan rasa tanggung jawab terhadap sesama. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat bagaimana prinsip tolong-menolong ini diterapkan dalam kegiatan sosial seperti membantu korban bencana atau memberi dukungan emosional kepada teman yang sedang mengalami kesulitan.
Di era saat ini, integrasi Islam dan ilmu psikologi sangat relevan dalam membantu individu menghadapi tantangan kehidupan modern. Salah satunya adalah dalam menangani masalah kesehatan mental. Misalnya, seseorang yang mengalami stres atau kecemasan dapat mengadopsi pendekatan psikologis yang rasional, seperti terapi kognitif atau konseling, yang juga didukung dengan pendekatan spiritual, seperti memperbanyak doa, zikir, atau mengikuti kajian keagamaan.
Selain itu, dalam masyarakat yang semakin terpecah karena perbedaan, sosiologi Islam mengajarkan kita untuk menjaga kerukunan dan saling tolong-menolong. Ini tercermin dalam kegiatan sosial seperti gotong royong, berbagi rezeki dengan yang membutuhkan, atau mendukung sesama dalam menghadapi masalah sosial.
Paradigma integrasi Islam dan ilmu sosial humaniora, khususnya dalam psikologi, memberikan pemahaman yang holistik mengenai manusia. Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani tidak hanya memberi pengetahuan tentang manusia dari sisi spiritual, rasional, dan intuitif, tetapi juga mengarahkan kita untuk menjalani kehidupan yang seimbang antara dunia dan akhirat. Dalam kehidupan sehari-hari, integrasi ini dapat membantu kita dalam menjalani kehidupan dengan lebih baik, lebih bijaksana, dan lebih penuh kasih sayang terhadap sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H