Ayat ini menunjukkan pentingnya pengetahuan dan ilmu dalam Islam, yang juga mencakup psikologi. Dalam kehidupan sehari-hari, pendekatan Burhani mengajarkan kita untuk selalu berusaha memahami kondisi mental diri kita sendiri dan orang lain melalui ilmu yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Pendekatan Irfani
Pendekatan Irfani berfokus pada pemahaman melalui pengalaman spiritual dan intuisi. Dalam ilmu psikologi, ini berhubungan dengan konsep self-awareness (kesadaran diri) dan pencapaian kedamaian batin. Psikologi Irfani mengajarkan pentingnya berhubungan dengan Tuhan melalui dzikir, doa, dan tafakkur untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati. Proses ini juga terkait dengan konsep psikologi transpersonal yang mengajak individu untuk menyadari aspek spiritual dalam hidupnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, pendekatan Irfani dapat diaplikasikan ketika seseorang menghadapi stres atau kecemasan. Dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah, meditasi, atau berdoa, seseorang dapat memperoleh ketenangan batin yang membantu untuk mengatasi masalah psikologis. Dalam hal ini, psikologi Irfani mengintegrasikan ilmu jiwa dengan spiritualitas yang mendalam.
"Sesungguhnya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenteram."
(QS. Ar-Ra'd: 28)
Ayat ini menegaskan bahwa kedamaian batin dapat diperoleh dengan mengingat Allah, yang sejalan dengan praktik-praktik dalam psikologi Irfani yang memanfaatkan kontemplasi dan koneksi spiritual untuk kesehatan mental.
Sosiologi sebagai cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dan perilaku sosial sangat relevan dengan paradigma integrasi Islam dan ilmu sosial humaniora. Dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang mengajarkan tentang hubungan sosial, kerukunan dalam masyarakat, dan pentingnya saling menghargai antar individu.
"Dan saling tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan."
(QS. Al-Ma'idah: 2)
Ayat ini mengajarkan pentingnya membangun masyarakat yang harmonis dan saling mendukung. Dalam psikologi sosial, ini tercermin dalam konsep empati, kerja sama, dan rasa tanggung jawab terhadap sesama. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat bagaimana prinsip tolong-menolong ini diterapkan dalam kegiatan sosial seperti membantu korban bencana atau memberi dukungan emosional kepada teman yang sedang mengalami kesulitan.