" Pak Arman sudah pergi keluar kota, tadi memang menunggu bapak. Tapi katanya terlalu lama menunggu. Pak Arman orangnya memang ontime pak" tambahnya lagi.
" Baik pak, terimaksih " sahutku sambil berlalu ke parkiran lagi.
Sejenak terdiam. Menghela nafas. Kuambil sebatang rokok dan kusulut. Terasa hambar tak seperti biasanya. Kunyalakan motor dan berlalu dari gedung yang cukup mewah itu.
*
" Kok sebentar, bukannya mau interview ?"
Aku tak menjawab. Hanya duduk. Istriku sepertinya memahami dan langsung masuk ke rumah membawakan teh hangat kebiasaan yang sudah difahaminya. Belum sempat mendarat di meja langsung ku sambar teh itu, sekalipun tak terasa haus hanya sekedar untuk membilas rasa kekecewaan pada diri sendiri yang tidak bisa tepat waktu.Â
" Di tolak lagi?karena datang telat?" Tanya istriku sambil duduk di sampingku.
Aku hanya menghela nafas sambil menyulut kembali sebatang rokok. Â Kepulan asap mengepul sedikit sedikit hilang bersamaan hilangnya kekesalan, kekecewaan dan kecamuk lainnya pada diri sendiri.
" Memangnya telat berapa menit?" Tanya istriku
Sebenarnya telat hanya 10 menit, tapi aku sadar bukan berapa lama telatnya tetapi masalah integritas dan tanggung jawab dan itulah kesalahn yang sering aku lakukan dan kini terjadi lagi.Nasi sudah menjadi bubur apa boleh buat. Cara terbaik bangkit dari sebuah kegagalan ya berdamai dengan diri sendiri. Aku ingat kata-kata dari Gus Miftah bahwa Kegagalan adalah cara Allah untuk mengatakan bersabarlah karena aku memiliki sesuatu yang lebih baik untukmu saat waktunya tiba. Mungkin ini bukan cara Alloh untuk merubah keadaan hidupku.
" Yasudah berarti bukan rezekinya. Lagian ngapain cari kerjaan lagi. nda apa-apa jadi guru honorer juga yang penting berkah. Sekalipun gajinya kadang suka telat toh masih hidup " timpal istriku dengan logat Jawanya yang medok.