Mohon tunggu...
Ahmad Edi Prianto
Ahmad Edi Prianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - 👨‍🎓 Social Welfare Science

Hanya individu biasa yang hidup ditengah lapisan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Election Stress Disorder, Kecemasan Diri Menghadapi Situasi Menjelang Pemilihan Umum

31 Oktober 2023   11:30 Diperbarui: 31 Oktober 2023   11:35 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kekesalan terhadap isu pemberitaan  sosok yang didukungnya dalam pemilu | Sumber Image: freepik.com/freepik

Pada dasarnya, stress adalah cara tubuh seseorang memberi tahu bahwa dirinya sedang mengalami terlalu banyak hal yang dipikirkan. Hal itu memberikan efek kurang baik dalam kesehatan mental seseorang, karena seseorang akan terus-menerus mengekspos dirinya dalam tekanan berfrekuensi tinggi yang mendorong kemampuannya melampai batasan yang bisa diterima oleh daya pikir normal hingga menciptakan kecemasan dan kekhawatiran yang tidak bisa dibendung oleh diri seseorang.

Seperti bentuk stress dan kecemasan pada umumnya, stress yang berhubungan dengan kontestasi pemilihan umum juga berdampak pada hubungan seseorang dengan orang-orang di sekitarnya yang membuat seseorang tersebut  menjadi lebih reaktif, mudah tersinggung, atau menarik diri.  

Kecemasan akibat pemilu juga membuat seseorang bisa mengalami tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada kecemasan yang biasanya dirinya rasakan, terlebih jika seseroang tersebut melihat pihak lain yang tidak didukungnya memenangkan kontestasi pemilu tersebut.

Tidak terima sosok yang didukugnya di hujat, melakukan pembelaan, adu argumentasi dan narasi, adu hujatan, saling menciptakan berita palsu (hoax), memikirkan sosok yang didukungnya pagi-siang-malam, tidak bisa terlepas dari pemberitaan sosok yang didukung, takut sosok yang didukungnya kalah dalam kontestasi, hingga pasang badan bagi sosok yang didukungnya. 

Beberapa contoh tersebut merupakan kondisi yang mungkin seseorang sebut biasa saja, namun jika kondisi itu memicu kecemasan dan pikiran yang terlalu over maka itulah tandanya bahwa mental dan proses berfikir seseorang tersebut telah mengalami guncangan dan gangguan yang tidak sehat.

Bukan hanya bagi para pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden, gangguan Election Stress Disorder juga bisa memicu kondisi stress pada orang-orang yang tidak mengikuti hiruk-pikuk dunia politik. 

Menjelang pemilihan umum orang-orang yang tidak mengikuti perkembangan di dunia politik banyak disuguhkan pemberitaan politik, bahkan bukan hanya di media pemberitaan, berita politik juga ditanyangkan di televisi setiap hari, dan telah masuk di setiap media sosial yang berkembang.

Stress hanya menciptakan lebih banyak ketegangan ke seluruh aspek kehidupan dalam diri kita. Hentikan aliran negatif dengan menyalurkan waktu, energi, dan upaya ke arah yang lebih bersifat positif karena hidup dengan terlalu banyak stress bukanlah sesuatu yang baik.

Jangan biarkan tekanan pemilu memengaruhi kualitas hubungan kita dengan orang lain. Sedikit kesampingkan politik, fokuslah pada nilai-nilai bersama dan aspek positif yang dimiliki dalam setiap hubungan. 

Jangan pernah terpecah karena perbedaan sosok yang didukung, jangan pernah terpecah karena sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Tidak perlu mengorbankan pertemanan, persahabatan, dan kekeluargaan dengan situasi pemilihan umum yang mengantarkan kita dalam suatu proses yang rumit.

Berpolitik dan mendukung sosok dalam politik bukanlah suatu kesalahan (tentu saja, karena Indonesia dalah negara demokrasi), namun jangan sampai kita menjadi pribadi yang angkuh dan antipati terhadap sosok yang lain. Hindari segala jenis pemberitaan palsu (hoax), atau setidaknya jangan sampai kita menjadi salah satu diantara banyaknya penyebar berita palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun