Mohon tunggu...
Ahmad Baisur Rohman
Ahmad Baisur Rohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Book

Ulasan "TERUSLAH BODOH JANGAN PINTAR"

1 Oktober 2024   12:07 Diperbarui: 1 Oktober 2024   12:15 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TERUSLAH BODOH JANGAN PINTAR (DOKPRI)

Pengarang: Tere Liye 

Penerbit: PT Sabak Grip Nusantara

Tahun terbit: 27 Januari 2024

Halaman: 371 halaman

Novel yang berjudul "Teruslah Bodoh Jangan Pintar" karya Tere Liye termasuk ke dalam teks nonakademik, yang termasuk dalam sastra.

Sinopsis: 

"Teruslah Bodoh, Jangan Pintar" adalah novel yang berisi kumpulan esai atau refleksi kritis terhadap kondisi sosial dan moral masyarakat saat ini. Dalam gaya yang sederhana namun menggugah, Tere Liye mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan modern yang sering kali membuat manusia terjebak dalam kecerdasan tanpa kebijaksanaan. Dengan judul yang terkesan satir, buku ini mengajak pembaca untuk tidak hanya mengejar pengetahuan yang dangkal dan duniawi, tetapi merenungi nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan moralitas yang lebih mendasar. Tere Liye menantang pembaca untuk berpikir ulang tentang arti kesuksesan, kebenaran, dan keutamaan hidup."

Resensi:

- Ulasan: Tere Liye kembali hadir dengan gaya khasnya yang lugas dan kritis dalam novel ini. Melalui judul yang menyentak, "Teruslah Bodoh, Jangan Pintar", ia menyinggung realitas di mana banyak orang pintar secara intelektual namun kehilangan nilai-nilai etika dan moral yang lebih penting. Dalam ulasannya terhadap berbagai masalah, Tere Liye tampaknya mengajak masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memahami konsep "kebodohan" dan "kecerdasan". Ia tidak sedang mempromosikan kebodohan dalam arti harfiah, tetapi lebih kepada refleksi mendalam untuk tidak terjebak pada "kepintaran" yang semu atau palsu.

Pesan moral yang disampaikan sangat relevan dengan tantangan zaman sekarang, terutama di era informasi yang serba cepat dan penuh distraksi. Di mana banyak orang menganggap kepintaran hanya soal teknis atau akademis, padahal sejatinya kecerdasan juga harus menyertakan kedewasaan emosi dan spiritualitas.

- Kelebihan: 

1. Judul Provokatif dan Menarik: Judulnya sangat menarik perhatian dan membuat pembaca penasaran untuk mengetahui pesan yang tersembunyi di balik frasa yang terlihat paradoksal. Ini mengundang pembaca untuk merenung lebih dalam.

2. Gaya Bahasa yang Sederhana dan Lugas: Tere Liye terkenal dengan gaya penulisannya yang mudah dicerna oleh berbagai kalangan. Ia mampu menyampaikan gagasan yang mendalam tanpa menggunakan bahasa yang sulit dipahami, sehingga cocok dibaca oleh banyak lapisan masyarakat.

3. Refleksi Sosial yang Relevan: Buku ini menawarkan refleksi yang relevan tentang kondisi sosial dan kehidupan modern. Tere Liye menyentuh berbagai masalah dalam masyarakat seperti keserakahan, kecerdasan tanpa etika, dan kehilangan nilai-nilai moral.

4. Pesan Moral yang Kuat: Buku ini menyampaikan pesan-pesan moral yang mendalam, seperti pentingnya kebijaksanaan, kejujuran, dan kerendahan hati. Pembaca diajak untuk tidak terjebak dalam "kepintaran" yang hanya bersifat dangkal atau materialistis.

5. Menyadarkan Akan Pentingnya Kebijaksanaan: Novel ini menekankan bahwa kebodohan yang dimaksud adalah kebodohan yang menerima keterbatasan diri, dan bahwa kecerdasan yang benar harus selalu dilandasi oleh kebijaksanaan serta kesadaran moral.

-Kekurangan:

1. Terlalu Umum dan Repetitif: Bagi pembaca yang sudah familiar dengan karya-karya Tere Liye sebelumnya, beberapa tema dalam novel ini mungkin terasa berulang. Isu yang dibahas, seperti kritik terhadap masyarakat modern, mungkin tidak menawarkan sesuatu yang baru.

2. Minim Pengembangan Karakter: Jika dibandingkan dengan novel fiksi lain, buku ini lebih fokus pada penyampaian ide daripada pengembangan karakter yang mendalam. Hal ini mungkin membuat pembaca yang menyukai kisah dengan alur cerita yang kuat merasa kurang puas.

3. Penafsiran yang Bisa Beragam: Karena judul dan beberapa tema yang disampaikan bersifat paradoks dan provokatif, tidak semua pembaca mungkin menangkap pesan yang sama. Ada kemungkinan terjadi kesalahpahaman atau interpretasi yang kurang tepat terhadap maksud penulis.

4. Kurang Akademis: Bagi pembaca yang menginginkan pembahasan yang lebih mendalam dan akademis tentang topik yang diangkat, buku ini mungkin kurang memuaskan. Buku ini lebih berfokus pada pandangan pribadi dan esai reflektif ketimbang analisis ilmiah.

5. Tidak Semua Pembaca Menyukai Gaya Kritik Sosial yang Terlalu Terbuka: Ada sebagian pembaca yang mungkin merasa terganggu dengan gaya penulisan yang terus terang dan kritik sosial yang terbuka. Bagi mereka yang lebih suka pendekatan halus, buku ini mungkin terkesan terlalu menohok.

Disusun oleh: Farel Revian Tirtana, I'in Fatimatuzzaroh, Vellysa Rahma Aprillia, Zustina Wigati, Ahmad Baisur Rohman, Nurul Azifah, Elza Putri Pertiwi, Nanda Putri Nursania.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun