Mohon tunggu...
Ahmad AlWafi
Ahmad AlWafi Mohon Tunggu... Guru - pembelajar

hidup untuk bermanfaat dengan sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menilai untuk Tetap Baik

29 Juli 2019   08:55 Diperbarui: 29 Juli 2019   09:01 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberagaman sifat manusia membawa suasana sendiri dalam pergaulan. Diantara banyak teman atau kenalan yang ada di sekitar selalu mempunyai perbedaan sifat bahkan tingkah laku yang menjadi ciri khas. 

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mampu terpisahkan dari orang orang sekitar dalam membantu keberlangsungan hidupnya. Pertemuan demi pertemuan membawa seseorang lebih mengenal antar satu dengan lainnya. 

Semakin intens sebuah pertemuan, maka semakin banyak pula yang diceritakan bahkan ke dalam ranah pribadi. Lambat laun , awal mula kekakuan berubah menjadi  kehangatan dan saling mengisi kisah serta pemikiran.

Dari sebuah sikap manusia kita belajar bahwa manusia terlahir unik untuk dikategorikan mereka semua nya sama. Dalam pandangan, sejatinya Tidak ada manusia sama melainkan hanya manusia yang berprilaku serupa dan itu pula tidak dapat disamakan seutuhnya. 

Sebagai manusia pada umumnya tentu akan menemui perasaan yang berbeda ketika melihat sikap dan prilaku tidak sesuai atau tidak seharusnya dalam kacamata etika. 

Kemampuan kita dalam memandang manusia lain sangat berpengaruh terhadap diri nya ataupun bagi diri kita kepada tahapan selanjutnya. 

Bagi mereka yang mempunyai pribadi khusus akan sangat  menjaga zona privasi dirinya tanpa mengijinkan orang lain untuk mengenal terlalu jauh. Di lain tempat, juga banyak ditemukan mereka yang menerima siapapun untuk berteman tanpa menghiraukan hal hal lain terdahulu.

Ada banyak hal bagi manusia dalam bersikap kepada orang lain. Hampir semuanya didasari pada pengetahuan dan pengalaman orang tersebut selama berada dalam lingkungan yang tidak selalu sama. 

Secara umum manusia bersikap kepada orang lain sesuai dengan etika serta tata krama di sebuah tempat. Serta lainnya bersiikap bahkan cenderung didasari oleh pembenaran dalam dirinya tanpa menghiraukan perasaan orang lain. 

Sikap tersebut tentunya akan melahirkan sebuah ketidaknyamanan hingga perlawanan dari orang sekitar bila diabaikan untuk terus berulang. Sehingga tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan stigma negatif yang tersemat bagi pribadi dengan karakter tersebut.

Kebaikan merupakan hal mutlak bagi semua manusia. Semua jenis manusia menginginkan diperilaku dengan baik bahkan serupa kepada mereka yang berlaku kurang baik. Sifat baik sudah menjadi patokan utama dalam menilai orang lain. Sifat baik yang tercerrmin akan menjadi gambaran jelas untuk mendapat predikat positif dalam lingkungan sekitar. 

Disisi lain, kebaikan masih bersifat subyektif dalam artian tidak dapat disamakan bahwa segala sesuatu dinilai baik oleh semua orang. Seperti halnya baik menurut si A belum tentu sama dalam benak si B. sehingga melalui keadaan tersebut akan menimbulkan sedikit perselisihan dalam menentukan titik temu dalam persepsi kedua belah pihak.

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari sebuah penilaian. Sudah menjadi kebiasaan sebelum terlalu dekat bahkan belum mengenal orang lain, penilaian sudah menjadi barometer utama dalam sebuah pergaulan. 

Bagi sebagian orang, sebelum meiihat hal hal positif pada seseorang terlebih dahulu menjatuhkan pada penilaian negatif sebelum segala kebaikan darinya terlihat jelas dalam pandangan realita. 

Sedangkan lainnya akan melihat kearah positif sebelum kecenderugan tersebut berubah kearah negatif melalui kategori sifat di luar ruang lingkup kebaikan dan kesopanan

Baik buruknya sebuah penilaian tergantung bagaimana prilaku objek dalam bersosial. Sehingga manusia selalu dituntut sadar untuk berprilaku baik demi memberikan kenyamanan antar sesama. 

Kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian tentunya juga harus berdasar pada realita dan bukan pada pandangan yang bersifat subyektif untuk menjatuhkan seseorang walaupun kenyataan tidak sedemikian adanya. 

Dari pemaparan diatas bahwa manusia mudah menilai orang dalam ruang lingkup kebaikan bilamana sesuai dengan apa yang ia lihat. Akan tetapi, pernahkah bagi kita menilai orang tetap dalam kebaikan dengan keadaan yang tidak semestinya dapat dikatakan baik. Dari hal ini kita mencoba selalu berprasangka kepada orang lain dalam memberikan penilaian.

Secara naluri manusia dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan yang menghadirkan sebuah pandangan berbeda. Pada bagian tersembunyi dalam diri manusia terdapat hati Nurani yang selalu menginginkan kebaikan bahkan kepada mereka yang selalu bersifat kasar.  

Dengan hati Nurani kita dapat memberikan penilaian untuk tetap baik dalam pandangan terbalik. Ketenangan serta kesucian hati menjadi hal utama agar Nurani tetap sesuai adanya.

 Dengan berbagai sikap manusia dalam berprilaku, kita terus berupaya untuk selalu memberikan penilaian yang baik bagi semua orang. Pemikiran positif terhadap mereka yang berprilaku tidak baik akan memberikan ketenangan dan merasa diri kita tidak jauh lebih baik dari orang tersebut. 

Di lain waktu, ada banyak kemungkinan bagi orang yang belum sadar terhadap perbuatannya akan mendapat titik balik dan menjadi lebih baik dibanding keadaan kita sekarang.

Semua manusia mempunyai jalan hidup berbeda. Betapa banyak mereka yang terlebih dahulu harus melewati berbagai keburukan sebelum menemukan kebaikan pada batas akhir. Sebaliknya betapa banyak orang yang senantiasa memberikan penilaian baik menjadi lebih buruk karena kesombongan telah mengerogoti dirinya. 

Semua manusia yang terlahir di muka bumi , sebagian banyak tidak menyenangi segala keburukan kecuali atas dasar  keterpaksaan lingkungan dan tuntutan dalam hidup. 

Kita hadir sebagai manusia terus berupaya dalam memberikan penilaian terbaik kepada mereka yang belum baik. Dengan hal tersebut lambat laun akan menjadikan kita pribadi yang tidak angkuh dan merasa paling baik diantara orang lain.

Pada akhirnya kita sadar bahwa tujuan hidup di dunia bukanlah untuk mengurusi atau menilai orang lain. Jauh dari itu sebelum keluar kita dituntut untuk melihat kembali apakah  sudah berlaku baik bagi diri kita. 

Kemampuan untuk menilai diri sendiri akan menajdikan pribadi yang lebih maklum dan tidak selalu mendikte orang lain dengan perbuatannya. 

Bagi mereka yang merenungi,= bahwa hidup untuk menilai orang lain akan memberikan beban berlebih terutama dalam pemikiran. Sedangkan akan memberi ketenangan bilamana terbiasa  berprasangka baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun