Mohon tunggu...
Ahmad Ardhi Himmel M
Ahmad Ardhi Himmel M Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif uin khas Jember, hobi basket,mancing, profesi bisnismen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jejak Sejarah Kerajaan Majapahit (Situs Biting) Desa Kutorenon, Kec Sukodono, Lumajang

22 Desember 2023   19:59 Diperbarui: 27 Desember 2023   23:30 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Bapak Tumpu Hariyono menjelaskan bahwa Situs Biting memiliki sejarah yang tinggi. Pengunjung dapat mempelajari materi sejarah Kabupaten Lumajang, terutama masa pemerintahan Arya Wiraraja, melalui kunjungan mereka ke situs ini. Bapak Tumpu Hariyono juga menyampaikan bahwa upaya pelestarian dan advokasi untuk situs ini telah dilakukan oleh berbagai organisasi dan komunitas yang berkomitmen dalam menjaga warisan berharga yang terdapat di Situs Biting.

Sebelum tahun 2010, situs Biting  dikelola secara eksklusif oleh kreator tradisional Mojokerto. Pengasuh saat itu adalah Pak Sahar yang kini telah meninggal dunia, Namun pengurus saat ini sudah ditunjuk sejak zaman dahulu.

Sejak tahun 2011, saya (Tumpu Hariyono) dan teman-teman LSM, saya berupaya meningkatkan reputasi situs Baiting, bekas kerajaan Ramajan. Dahulu Kerajaan Majapahit mempunyai seorang pengikut bernama Arya Wirarajah yang  menjabat sebagai Pangeran Sumenep selama 24 tahun. Raden Wijaya selaku raja Majapahit menyerahkan wilayah Ramajan kepada Arya Wirarajah karena kekuasaan pemerintahannya. Daerah ini dikenal dengan nama Majapahit Timur dan terletak di desa Biting.

Namanya diubah dari Benteng menjadi Biting karena mayoritas penduduknya adalah  Madura dengan aksen tersebut. kawasan ini dikenal dengan dua pemukiman yaitu, Dusun Menggigit 1 dan Dusun Menggigit 2. Luas lahan di sekitar benteng kurang lebih 135 hektar.Benteng ini memiliki panjang kurang lebih 5 kilometer, tebal 1,20 meter, dan tinggi kurang lebih 10 meter.Benteng pada masa itu terbuat dari batu bata merah berukuran besar, berbeda dengan batu bata merah pada masa sekarang, terdapat dua benteng yaitu benteng alami dan benteng buatan, dan benteng alami berupa sungai.Permukiman Bitin 1 dan Bitin 2 dikelilingi oleh sungai: Sungai Bondyudo di utara, Sungai Menjangan di timur, Sungai Proso di barat, dan Sungai Buruk di selatan.

Nah, ada benteng yang dikelilingi sungai, dan itu adalah  benteng buatan yang terbuat dari batu bata merah yang dilapisi tanah biasa, sehingga banyak yang sekarang sudah runtuh.Yang tersisa hanyalah membersihkan bukit atau tepian di setiap pertemuan sungai (tempat Anda dapat mengawasi musuh).Selanjutnya di sisi barat benteng masih ada bagian yang memanjang ke selatan, namun kemarin ada pengembang (menipu Perumahan Bumi Indah) yang melakukan pengembangan dan melibas tanah tersebut.

* Peninggalan makam situs Biting.

img-20231227-wa0063-658c5036c57afb3be4620fa3.jpg
img-20231227-wa0063-658c5036c57afb3be4620fa3.jpg

Arya Wiraraja atau dikenal dengan Arya Banyak Wide adalah seorang tokoh pemimpin pada abad ke-13 M di Jawa dan Madura. Aria Wiraraja adalah Penasehat negara di Kerajaan Singhasari. Dalam sejarah, ia dikenal sebagai pengatur siasat. Ia diangkat oleh Kertanegara dari Singhasari sebagai gubernur di Kabupaten Sumenep, bagian timur Pulau Madura. Namun pada tahun 1292 ia bergabung dengan penguasa Kediri, Jayakatwang, dalam pemberontakannya. Pertempuran tersebut berakhir dengan kematian Kertanegara.

Menantu Kertanagara yang bernama Raden Wijaya mengungsi ke Sumenep meminta perlindungan Aria Wiraraja. Ia pun bersedia membantu sang pangeran untuk menggulingkan kekuasaan Jayakatwang. Raden Wijaya berjanji jika berhasil merebut kembali takhta mertuanya, maka kekuasaannya akan dibagi dua, yaitu untuk dirinya dan untuk Wiraraja. Pada tahun 1293 datang tentara Mongol untuk menghukum Kertanagara. Raden Wijaya selaku ahli waris Kertanagara siap menyerahkan diri asalkan ia terlebih dahulu dibantu memerdekakan diri dari Jayakatwang. Maka bergabunglah pasukan Mongol dan Majapahit menyerbu ibu kota Kadiri. Setelah Jayakatwang kalah, pihak Majapahit ganti mengusir pasukan Mongol dari tanah Jawa.

Menurut "Kidung Harsawijaya", sesuai dengan "Perjanjian Sumenep" yang dilakukan pada 10 November 1293 M, Raden Wijaya dilantik menjadi raja Majapahit yang wilayahnya meliputi wilayah-wilayah bekas kerajaan Singosari, dan wilayah-wilayah di bagian barat sedangkan di wilayah timur berdiri "kerajaan Lamajang Tigang Juru" yang dipimpin oleh Arya Wiraraja yang kemudian oleh rakyat Lumajang disebut sebagai "Prabu Menak Koncar I". Kerajaan Lamajang Tigang Juru ini menguasai wilayah -wilayah bagian timur seperti Madura, Lamajang, Panarukan dan Blambangan.

Setelah wafat, Arya Wiraraja dimakamkan di Arnon, yang dulunya merupakan pusat pemerintahan dari kerajaan Lumajang Tigang Juru. Makam tersebut saat ini berada di Dusun Biting, Desa Kutorenon, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun