SUATU PAGI
Oleh : ahmadapriya
Saat pagi menjelang ibuku selalu bangun awal
Saat aku, adikku dan bapakku masih terlelap
Setiap pagi hari ibuku selalu sibuk dengan dapurnya
Menyiapkan asupan semangat pagi katanya
Seperti alarm, ibuku selalu mengingatkan dan membangunkanku
Sebab ibuku lebih tau waktuku beraktifitas
Dengan penuh kesabaran ibuku membangunkan anaknya
Saat tiba waktuku pergi menuntut ilmu
Ibuku selalu mengawal sampai kedepan rumah
Sembari bersalaman, ibuku membekali doa dan mengusap kepala anaknya
Terlihat saat anaknya pergi ibuku menunjukkan wajah sremingah dan cerah
Sesekali ibuku melambaikan tangan dan mungkin berharap besar pada anaknya
Ibuku selalu menunggu didepan rumah sampai anaknya tak terlihat lagi
Barulah setelah itu ibuku kembali bergegas membereskan rumah sebelum berangkat bekerja
Dan begitu setiap hari, seperti menjadi ritual pagi yang wajib dijalani
Ibuku seperti tak kenal lelah dan bosan
Tapi...
Disuatu pagi aku mendapat kabar dari adikku
Kabar itu sangat membuatku tidak menyangka dan berakhir dengan tetesan air mata
Pagi itu adalah pagi yang paling tidak ku inginkan, paling mendebarkan dan menyedihkan sepanjang hidupku
Karena apa ?
Karena mulai pagi itu aku ditinggalkan ibuku
Ibuku yang setiap pagi memberikan semangat langkahku mewujudkan mimpi
Ibuku yang selalu membimbing, membesarkan, membekali doa dan harapan untuk anaknya
Sekarang hari-hari pagiku terasa sunyi
Tidak ada lagi alarm ibu
Tidak ada lagi sarapan pagi dari ibu
Tidak ada lagi jabat tangan dengan ibu
Tidak ada lagi usapan kepala dari ibu
Tidak ada lagi lambaian tangan ibu
Tidak ada lagi senyum pagi sremingah ibu
Tidak ada lagi doa ibu
Dan tidak ada lagi IBU.
(Istanaku, 1 November 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H