Mengecilnya rasio pengaruh pertentangan ideologi dunia serta munculnya kapitalisme sebagai pemenang dominasi global berdampak pada pergeseran budaya masyarakat yang lebih pragmatis, yang dikenal dengan masyarakat paska ideologi (Post Ideological). Pada kondisi ini masyarakat lebih apatis dengan narasi-narasi besar sehingga menyandarkan cita-citanya pada bentuk kehidupan sederhana yang lebih individualistik dan konsumerisme.Â
Fenomena semacam ini cenderung menjangkit generasi muda yang lebih memilih nongkrong di mall, membicarakan mengenai gosip selebritis atau asik memainkan gadget sebagai sekadar penikmat kecanggihan era modernisasi. Selain itu beberapa dari bagian masyarakat yang lain lebih memilih untuk memikirkan bagaimana dapat hidup dengan mapan, mendapatkan pekerjaan yang mudah dan memperoleh pasangan hidup yang diidamkan.
Era paska ideologi membentuk masyarakat yang terombang-ambing tanpa adanya pegangan hidup yang memberikan pedoman atas cita-cita kehidupan kolektif yang lebih baik.Â
Diterimanya demokrasi liberal sebagai produk sistem kapitalisme menciptakan pemikiran masyarakat untuk menyerah pada realitas sebab telah memberikan ruang kebebasan bagi setiap individu.Â
Permasalahannya adalah bahwa masyarakat tersusun atas individu lainnya. Penyerahan terhadap status quo justru menimbulkan cita-cita individulistik, intoleransi, pengabaian hak individu lainnya sampai penghisapan manusia terhadap manusia akibat dari memudarnya tujuan kesejahteraan kolektivisme masyarakat.
Kesimpulan
Pada konteks masyarakat, ideologi tidak pernah benar-benar kehilangan relevansinya. Ia terus "menjadi" demi terciptannya kolektivisme kesejahteraan masyarakat. Pragmatisme masyarakat adalah produk dari sistem ideologi dominan yang menghegemoni meskipun tidak secara langsung menghimpun kekuatan penganutnya.Â
Artinya masyarakat secara tidak sadar menjalankan tujuan ideologi tersebut mengikuti sistem yang telah menjadi rule sehingga mengarah pada pola peradaban tertentu. Pada tingkat kesadaran masyarakat yang lebih tinggi, ia merupakan tujuan yang memuat prinsip-prinsip beserta pedoman operasional guna menciptakan pandangan dunia selaras dengan cita-cita idealnya.
Maka untuk mewujudkan kesadaran kolektif masyarakat demi tercapainya kesejahteraan bersama, ideologi tidak dapat begitu saja dijadikan doktrin entah melalui alternatif dominasi maupun hegemoni. Melainkan melalui pembinaan berkala dari segi pendidikan maupun propaganda terstruktur dan sistematis sehingga tidak meninggalkan narasi tujuan bersama dari adanya masyarakat ditengah perkembangan peradapan pada sains dan teknologi.Â
Sebaliknya, pemaksaan kesadaran masyarakat untuk menerima narasi-narasi besar hanya akan berakhir pada stagnasi perkembangan peradaban. Dengan demikian, pada level masyarakat yang memiliki kesadaran lebih tinggi akan berimplikasi pada produk masyarakat dibawahnya sesuai dengan tujuan pokok suatu ideologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H