Ahmad Dhani memelopori perusahaan musik Republik Cinta Management (RCM) pada tahun 2007 yang pada saat didirikannya beberapa label rekaman ternama seperti EMI Music Indonesia, EMI International Hong Kong, Pelangi Record dan lain-lain, serta kerja sama dengan sejumlah stasiun TV nasional dan Event Organizer.
Belakangan RCM juga telah mempunyai perusahaan rekaman sendiri yang diberi nama Republik Cinta Records (RCR).
RCM menjadi manajemen artis-artis seperti Dewa 19, MahaDewa, MahaDewi, the Virgin, Mulan Jameela, Dewi Dewi dan lain-lain.
Mendirikan manajemen artis dan perusahaan rekaman mandiri adalah sebuah tindakan yang jelas dan nyata bertujuan untuk meningkatkan sustainability profesi sebagai musisi, tetap aktif berkarya dan berkontribusi terhadap dunia musik, baik melalui karya yang dibawakan oleh sendiri, maupun karya yang dibawakan oleh musisi lain yang dinaungi oleh manajemen artis.
Dengan memiliki manajemen artis dan perusahaan rekaman sendiri maka produksi lagu dapat dilakukan kapan saja dengan biaya yang lebih dapat dikontrol, memiliki otoritas untuk menentukan konsep lagu, memiliki sendiri resource yang dibutuhkan dalam proses produksi lagu seperti peralatan rekaman, peralatan band, teknisi rekaman dan lain-lain.
Dengan proses produksi lagu yang dilakukan secara mandiri, maka profit margin dari proses produksi menjadi manfaat ekonomi yang dinikmati sendiri dibandingkan jika produksi dilakukan melalui perusahaan rekaman lain.
Contoh upaya lain untuk meningkatkan sustainability adalah reorganisasi personil band dengan menggandeng Virzha sebagai vokalis featuring. Dalam sebuah wawancara dengan Najwa Shihab, Ahmad Dhani menjelaskan bahwa alasan menggandeng seorang vokalis muda adalah untuk menambah atau memperpanjang usia aktif band ini. Karena faktor usia sangat berpengaruh terhadap performance vokalis dan keberadaan vokalis itu sendiri. Sehingga perlu menggandeng vokalis berusia muda untuk memperpanjang usia aktif band ini. Belakangan ini DEWA 19 juga menggandeng vokalis Marcello Tahitoe (Ello). Hal ini menunjukkan sebuah inisiatif bernilai visi dua sampai tiga dekade ke depan.
Penulis mencatat banyak upaya-upaya lain yang telah dilakukan yang memberikan dampak terhadap sustainability karya-karya Ahmad Dhani seperti mengaransemen ulang lagu agar tetap terdengar fresh dan relevan dengan zaman, meningkatkan skill dan kompetensi dengan menguasai hal-hal teknis dalam proses produksi lagu, mengganti konsep band tanpa vokalis tetap (featuring), beradaptasi dengan teknologi musik digital, mengoptimalkan penggunaan sosial media untuk menambah revenue stream baru seperti show berbayar melalui platform digital, rebranding, aktif dan vokal terhadap perlindungan intellectual property, sampai merambah industri rokok.
Ahmad Dhani adalah sosok yang dinamis dan terus menerus berupaya agar profesinya sebagai musisi dan karya-karyanya tidak hanya awet, namun terus berkelanjutan. Apa yang telah dilakukan oleh Ahmad Dhani untuk menjaga sustainability karya-karyanya setara dengan yang dilakukan oleh para eksekutif di korporasi-korporasi besar dengan perangkat corporate governance, sistem dan proses pengendalian internal yang mumpuni. Strategi dan usaha yang telah dilakukan membuatnya memiliki modal yang cukup untuk meningkatkan tingkat keberlanjutan karya-karyanya dan memberikan manfaat ekonomi hingga beberapa dekade ke depan. Selain terus menerus bergaung, karya-karyanya akan menjadi “Isme” (aliran) yang menginspirasi musisi-musisi di masa mendatang.
Di akhir tulisan ini penulis ingin menyampaikan bahwa metode analisa dan penarikan kesimpulan pada tulisan ini masih jauh dari metode analisa yang sempurna dan memliki banyak keterbatasan. Namun dengan melibatkan data Spotify yang lebih reliable dibandingkan dengan platform music streaming lain, paling tidak dapat dijadikan sebagai informasi kuantitatif awal untuk membangun awareness pentingnya melakukan interaksi dan membangun keterikatan para penggemar dengan para musisi. Semakin tinggi Engagement Rate, akan mendorong loyalitas para penggemar terhadap band yang artinya para penggemar akan bersedia untuk menyisihkan sumber daya yang dimiliki untuk menikmati karya dari band idola mereka seperti menonton konser, menghindari pembelian karya bajakan, membeli official merchandise dan perilaku loyal lain yang membantu menjaga eksistensi dan keberlanjutan karya para musisi itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H