"sendirian?"
"iya, memangnya kenapa?"
"selalu sendiri?"
"biasanya begitu. Tapi kali ini tidak. Ada kamu kan?"
"kalau nanti kamu mau pergi lagi, kutemani boleh? Biar ngga sendirian"
Lelaki itu hanya menjawab dengan senyuman.Â
Sekarang mereka duduk. Jauh dari pagar tempat mereka berdiri. Matahari semakin jauh. Warnanya jauh lebih merah dari sebelumnya. mereka masih memandangi semuanya dengan tanpa banyak gerak. Kali ini si lelaki mencicipi jajan. Perempuan itu menawarkannya lebih dulu. Melihat itu aku menyadari bahwa aku cemburu. Mungkin bukan tentang berpasangan, bukan juga jajan yang dibagi sebagai kebersamaan dan kemesraan. Aku cemburu sebab ketenangan.Â
Aku cemburu pada kebahagiaan. Ya, itu. Aku merindukan itu. Dunia telah lama merenggut ketenangan dan kebahagiaan. Atau aku yang telah menggadaikan keduanya demi uang? Kesibukan memakan waktu. Aku jarang berkumpul dengan keluargaku sendiri. Aku juga ingin menemani mereka dengan waktu yang panjang. Untunglah dua hari ini aku libur. Jadi aku bisa menemani mereka. Aku juga bisa merokok lebih banyak dari biasanya sekalipun gerutu harga rokok tetap keluar dari mulut. Istriku sedang berbelanja di dalam. Aku ijin merokok sebentar. Sejak keluar pintu atap, aku sudah melihat mereka berdua.
Dua manusia yang sedang menikmati sore. Kalau boleh kutebak, si lelaki sedang pusing dengan keadaannya. Mungkin kerjaannya sedang kacau lalu ditegur bos dan mendapatkan SP. Atau mungkin ia kesepian sejak lama tapi tak bisa mengungkapkan.
Ponselku berdering dengan intro dari Frank Sinatra.  Istriku menelepon.
"Iyaa?"