Lelaki itu membuat Novi berubah. Ia tak mau lagi menceritakan apapun padaku. Aku hanya bisa mendengar kebencian dan serapahnya dari sini. Ia hanya menuliskan dengan ukuran besar: Paman bangsat. Bajingan. Berengsek. Setelah itu, ia akan mengorat-oret panjang. Membuat garis tak beraturan dengan tekanan dalam.
Satu waktu ketika ia memuncak. Ia mengakhiri oretannya dengan membantingku ke lantai. Juga membanting yang lain. Buku pelajaran, majalah, novel, dan segala yang ada di meja belajarnya. Kemudian ia menangis. Berteriak. Menarik-narik bajunya sendiri. Memukuli tubuhnya sendiri. Menjambak rambutnya sendiri.
Rasanya, aku ingin sekali membalas lelaki itu. Aku ingin menemuinya. Aku ingin menarik bajunya. Aku ingin memukul tubuhnya dengan tubuh kertasku. Menampar wajahnya berulang dengan sampulku. Aku ingin menjambak rambutnya. Aku ingin membuatnya berteriak. Aku ingin membuatnya menangis. Tapi nyatanya aku hanya bisa menunduk lesu di sudut. Tak bisa menarik baju, memukul, menampar wajah, bahkan bersuara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H