Seorang orientalis bernama John Smith melontarkan pertanyaan yang memicu perdebatan hangat di kalangan akademisi dan cendekiawan Muslim: "Mengapa ilmu pengetahuan dalam Islam harus selalu berpedoman pada teks?" Smith, yang telah lama mempelajari berbagai tradisi ilmu di seluruh dunia, merasa bingung mengapa umat Islam sangat mengandalkan teks-teks seperti Al-Qur'an dan Hadis dalam mengembangkan pengetahuan. Baginya, pendekatan ini tampak menghambat inovasi dan kreativitas dalam penelitian ilmiah. Pertanyaannya membuka diskusi mendalam tentang epistemologi Islam dan pentingnya merujuk pada teks dalam keilmuan Islam.
Pandangan Ulama dan Intelektual Islam
Kebergantungan pada teks dalam keilmuan Islam memiliki dasar yang kuat. Banyak ulama dan cendekiawan Muslim yang menjelaskan pentingnya hal ini, termasuk Syed Muhammad Naquib al-Attas, Fazlur Rahman, dan lainnya.
Syed Muhammad Naquib al-Attas: Dalam bukunya Islam and Secularism, al-Attas menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah sumber pengetahuan tertinggi yang mengandung hikmah ilahi dan kebenaran mutlak. Menurutnya, merujuk pada teks-teks suci adalah cara untuk memastikan bahwa ilmu yang dikembangkan tetap sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam yang otentik. Al-Attas juga menekankan pentingnya adab (etika) dalam keilmuan, yang mencakup penghormatan terhadap wahyu dan tradisi Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
"Tidaklah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan." (QS. Al-An'am: 38)
Fazlur Rahman: Rahman dalam karyanya Islam and Modernity menjelaskan bahwa Al-Qur'an dan Hadis menyediakan kerangka dasar untuk memahami dunia dan segala isinya. Menurutnya, teks-teks ini tidak hanya berfungsi sebagai pedoman moral dan spiritual tetapi juga sebagai dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan merujuk pada teks, umat Islam dapat memastikan bahwa ilmu yang dihasilkan tidak hanya bersifat teknis tetapi juga sarat dengan nilai-nilai etis dan spiritual. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur'an) dan Sunnah Nabi-Nya." (HR. Malik)
Al-Ghazali: Al-Ghazali dalam karyanya Ihya Ulumuddin menekankan pentingnya merujuk pada teks dalam memahami ilmu-ilmu agama dan dunia. Dia menekankan bahwa wahyu adalah sumber pengetahuan yang sempurna dan tak tertandingi, yang mengarahkan manusia kepada jalan yang benar dan mencegah kesesatan.
"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an sebagai penjelasan segala sesuatu, petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." (QS. An-Nahl: 89)
Iqbal: Muhammad Iqbal dalam Reconstruction of Religious Thought in Islam menyoroti bahwa teks-teks suci memberikan panduan universal yang relevan sepanjang zaman. Dia berargumen bahwa merujuk pada teks memungkinkan umat Islam untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang abadi sambil menghadapi tantangan modernitas.
Sayyid Qutb: Dalam tafsirnya Fi Zilal al-Qur'an, Qutb menjelaskan bahwa Al-Qur'an adalah sumber utama yang memberikan pencerahan tentang hakikat kehidupan dan tujuan akhir manusia. Merujuk pada Al-Qur'an membantu umat Islam untuk menjaga integritas dan identitas keislaman mereka di tengah arus globalisasi dan sekularisasi.
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar." (QS. Al-Isra: 9)
Keilmuan dalam Islam harus selalu merujuk pada teks seperti Al-Qur'an dan Hadis karena kedua sumber ini dianggap sebagai wahyu ilahi dan pedoman hidup yang sempurna, sehingga menjadi landasan utama dalam menetapkan kebenaran dan hukum. Merujuk pada teks membantu menjaga keutuhan ajaran, mencegah distorsi, dan memastikan penerapan ajaran sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang asli. Selain itu, pendekatan ini memungkinkan pengembangan ilmu yang terstruktur dan metodis, serta mendukung proses ijma (konsensus ulama) dan qiyas (analogi) dalam hukum Islam
Â
Kesimpulan
Pertanyaan John Smith mengenai mengapa ilmu pengetahuan dalam Islam harus selalu berpedoman pada teks membuka wawasan tentang kedalaman dan kompleksitas epistemologi Islam. Berpedoman pada teks-teks suci seperti Al-Qur'an dan Hadis bukan sekadar tradisi, melainkan suatu keharusan untuk menjaga keutuhan, kebenaran, dan etika dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Para ulama dan cendekiawan Muslim telah menunjukkan bahwa teks-teks ini menyediakan dasar yang kokoh dan komprehensif untuk memahami dunia dan menjalani kehidupan yang bermakna. Dengan berpedoman pada teks, umat Islam tidak hanya menjaga warisan spiritual mereka tetapi juga memastikan bahwa ilmu yang mereka kembangkan tetap relevan dan bermanfaat bagi kemanusiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H