Mohon tunggu...
Ahmad Abdurrofi Arroisy
Ahmad Abdurrofi Arroisy Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Mahasiswa Ipmafa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren

21 September 2021   17:30 Diperbarui: 21 September 2021   17:32 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pondok pesantren dalam terminologi Islam jam adalah sebagai institusi pendidikan Islam, namun demikian pesantren memiliki ciri khas tersendiri dalam pranata sosial di masyarakat. Hal tersebut dikarenakan pondok pesantren memiliki dasar kepekaan sosial yang khusus, yaitu 1 ketokohan seorang kyai, 2 santri, 3 mandiri dan independen, 4 jaringan yang kuat antara alumni pondok pesantren.

Pengertian pendidikan karakter di pondok pesantren

Santri merupakan ekspektasi pribadian dalam istilah ini, hasil dari tempaan pesantren tradisional yang juga sebagai pondasi awal terbentuknya santri untuk bersosialisasi dengan masyarakat kelak. Dalam tipologi ini kyai merupakan sosok figur yang sentral sikap sehari-hari kyai banyak mempengaruhi karakter kepribadian santri. 

Oleh karena itu itu banyak orang yang beranggapan bahwa pendidikan di pondok pesantren tradisional seolah tidak mengenal libur, pembelajaran pengalaman ilmu berlaku siang dan malam sepanjang tahun mengaji setiap hari, pondok pesantren modern merupakan pengembangan tipe pesantren karena orientasi belajarnya cenderung menerangkan seluruh sistem pembelajaran secara klasik dan meninggalkan sistem belajar tradisional.

Perbedaan antara sekolah dan madrasah adalah pada porsi pendidikan agamanya dan bahasa Arab lebih menonjol sebagai kurikulum utama. Dan sistem pendidikan pesantren modern dapat dengan mudah dibedakan dari pesantren salafi atau pesantren tradisional. Bangunan-bangunan pesantren modern lebih bersih dan terawat dan terlihat modern. 

Adanya dapur siap saji adanya pakaian seragam dan fasilitas infrastruktur yang memadai yang megah, dan proses pembelajaran dilakukan di dalam kelas. Berbeda dengan pondok pesantren tradisional yang mengandalkan infrastruktur seadanya nya dengan pembelajaran yang dilakukan di mushola atau di masjid atau tempat mengaji.

Karakter itu diibaratkan kita sedang mengukir diatas batu permata. Selanjutnya berkembang pengertian karakter yang diartikan sebagai tanda khusus atau pola perilaku, dengan adanya pondok pesantren tradisional membantu pembentukan karakter seorang santri dengan pengasuh pondok pesantren sebagai panutan utama seorang santri, dengan contoh perilaku kyai yang zuhud tawadhu' berakhlak mulia beradab dan berilmu, santri dapat mencontoh perilaku tersebut dan membantu pembentukan karakter santri itu sendiri. Dengan dasar tafaqquh fiddin santri menyaring segala sesuatu ilmu kehidupan dan menggabungkan dengan menerapkan unsur-unsur ilmu agama ilmu keislaman diaplikasikan pada kehidupan di masyarakat kelak saat sudah lulus dari pondok pesantren. 

Penulis: Ahmad Abdurrofi Arroisy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun