Mohon tunggu...
Ahmad Aap Patoni
Ahmad Aap Patoni Mohon Tunggu... Freelancer - Sekedar Beropini

IQRA'

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manusia Bernilai

2 Juni 2021   10:34 Diperbarui: 2 Juni 2021   10:47 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal itu dapat dipelajari dengan pergaulan yang luas dan ada juga yang diwarisi. Pendidikan ibu, bapak, sekolah, teman sejawat, dan lingkungan masyarakat, semuanya itu adalah guru yang membentuk daya penarik kuat atau lemahnya.

Orang yang hanya tinggi ilmunya saja dan ahli dalam suatu bidang tertentu belum berharga dan belum bernilai selama pribadinya yang lain tidak lengkap dan tidak kuat, terutama budi dan akhlak.

Kemudian hikmat kebijaksanaan adalah tiang yang kukuh bagi pertumbuhan pribadi. Tumbuhnya kebijaksanaan adalah karena ilmu, ketetapan hati, dan karena meletakkan sesuatu pada tempatnya, serta menilik sesuatu berdasarkan nilainya.

Orang yang bijaksana tepat pendapatnya, jauh pandangannya, dan baik tafsirnya. Dia dapat memilih mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang patut dikerjakan dan yang patut ditinggalkan.

Menurut buya hamka bijaksana adalah kehidupan yang utama dalam menegakkan pribadi yang bermutu tinggi. Dari sanalah tumbuh akhlak sebagai sendi keutamaan hidup. Jika kebijaksanaan tidak ada, pendirian akan goyah dan pandangan tumpul, lalu hilanglah nilai pribadi.

Muaranya tetap pada kemantapan dan keteguhan hati. Kelemahan hati hanya akan menyebabkan kekecewaan. Maka ada sebuah hadits yang mengatakan "Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketauhilah bahwa ia adalah hati"

Keteguhan hati akan memunculkan kehalusan perasaan dan kehalusan perasaan adalah hasil pribadi yang kuat, dia dapat menghargai orang lain dalam pendiriannya, dan juga menghargai perasaan orang lain.

Tinggi rendahnya pribadi seseorang adalah karena usaha hidupnya, caranya berpikir, jauhnya memandang, dan kuatnya semangat diri sendiri. Meneropong suatu pribadi tidak boleh terpengaruh oleh rasa sayang dan benci. Seringkali terjadi, baru saja kita bertemu dengan seseorang, lantas kita menyayanginya atau kebalikannya.

Kepribadian bukanlah hal yang tampak wujudnya, tetapi hanya dapat ditunjukkan bekasnya, dan merasakannya. Pribadi seseorang dapat diketahui setelah melihat perjalanan hidupnya dan rekam jejak usahanya.

Oleh sebab itu sifat-sifat seperti kejujuran, keberanian, timbang rasa, daya tarik, serta kesempurnaan pribadi, tanggung jawab, kesabaran, keuletan, keikhlasan, kekuatan kemauan, akan tetap menjadi modal pertumbuhan pribadi yang tidak akan pernah habis dan tidak basi selamanya yang akan menghantarkan menjadi Manusia yang Bernilai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun