Mohon tunggu...
AHMAD ZAENURI
AHMAD ZAENURI Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

Alumni Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pengajar di IAIN Sultan Amai Gorontalo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

NU Vs Wahabi: Sebuah Konflik Peradaban?

7 Agustus 2015   09:22 Diperbarui: 7 Agustus 2015   09:22 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pertentangan NU dan Wahabbi semakin kuat di Indonesia ketika ditubuh NU muncul tokoh-tokoh intelektual muda seperti Ulil Absor Abdalla dan Zuhairi Misrowi yang berpaham liberal. Namun sejatinya pertentangan itu sudah lama terjadi sebelumnya. Kelahiran NU tidak dapat dilepaskan dari gerakan Wahabbi yang hendak “menghancurkan” makam nabi Muhammad saw. Melalui delegasinya, sekumpulan ulama berkumpul untuk membuat maklumat bersama agar makam nabi Muhammad tidak dihancurkan.

Jika kelahiran NU dilatar belakangi oleh adanya gerakan Wahabbi maka pertanyaannya kemudian apakah konflik NU dan Wahabbi adalah konflik peradaban (clash of civilization)? Apakah konflik itu sudah sangat mengakar sehingga tidak bisa dicarikan titik temu? Mengatakan konflik itu adalah konflik peradaban sepertinya sangat absurd bagi penulis. Karena antara NU dan Wahabbi sejatinya memiliki tradisi yang relatif sama.

Letak kesamaan itu adalah dalam hal menggunakan dalil-dalil yang diambil dari khasanah tradisi Islam (at-Turats). Baik Wahabbi dan NU lebih banyak merujuk kepada kitab-kitab klasik. Hanya saja, Wahabbi lebih banyak merujuk kepada Imam Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyyah dan Syaikh al-Bani sementara NU banyak merujuk Imam Syafii, Al-Asyari, Al-Ghazali dan Al-Junaidi. Hal inilah yang agaknya juga menjadi pemicu adanya pertentangan.

Ikhtilafi Ummati Rahmah (perbedaan itu adalah rahmat). Perbedaan akan menjadi Rahmat kalau semua golongan saling memahami. Ibarat “Taman Sari Dunia” kata Bung Karno, Indonesia adalah tempatnya bermacam-macam suku bangsa bahkan gerakan dalam agama. Taman sari itu akan semakin Indah jika tidak hanya ada satu warna namun banyak warna. Hargailah setiap perbedaan sehingga tercipta tatanan kehidupan yang lebih baik.

NU dan Wahabbi mestinya tidak berlarut-larut berdebat soal bid’ah khasanah dan bid’ah dhalalah. Tapi marilah bersama-sama bersatu membangun ummat menjadi ummat yang beradab. Perdebatan panjang hanya akan menyebabkan perpecahan di dalam tubuh Islam itu sendiri. Sudah saatnya menyonsong matahari Islam Indonesia yang lebih baik. Wallahu ‘Alam Bishowab.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun