Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis skenario film alumni Madinah yang berbisnis e-book. Tersedia buku-buku religi, motivasi, misteri, family dll. Untuk pemesanan silahkan ke https://lynk.id/ahmadrmadani. Terima kasih sudah mampir dan membaca karya tulis saya.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Adaptasi Novel Klasik Tahun 1826

11 Desember 2024   05:42 Diperbarui: 11 Desember 2024   05:42 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The Last of the Mohicans (1992), disutradarai Michael Mann, adalah film yang mengisahkan perjuangan terakhir suku Mohikan untuk bertahan hidup di tengah invasi Eropa di Amerika Utara. Dengan alur cerita yang penuh emosi, latar alam yang menakjubkan, serta elemen sejarah yang kuat, The Last of the Mohicans menjadi salah satu film yang dikenang sebagai karya sinematik yang memadukan aksi, drama, dan romansa dalam satu narasi yang luar biasa.

Film ini dikenal karena sinematografinya yang luar biasa, penampilan aktor yang kuat, serta skor musik yang sangat mengesankan. Dengan durasi lebih dari dua jam, The Last of the Mohicans berhasil menarik perhatian penonton dan kritikus sekaligus dengan menyuguhkan keindahan alam liar Amerika dan cerita penuh ketegangan di tengah perang.

The Last of the Mohicans awalnya adalah sebuah novel yang diterbitkan pada tahun 1826 oleh James Fenimore Cooper. Novel ini menjadi bagian dari Leatherstocking Tales, sebuah seri yang menceritakan kehidupan seorang pemburu bernama Natty Bumppo, atau yang lebih dikenal sebagai Hawkeye. Novel ini memiliki pengaruh besar dalam sejarah sastra Amerika, terutama dalam menggambarkan hubungan antara penduduk asli Amerika dan penjajah Eropa.

Michael Mann, yang terkenal dengan film-film bertema aksi dan psikologis seperti Heat (1995) dan Manhunter (1986), melihat potensi besar untuk mengadaptasi novel ini ke layar lebar. Skrip film ini disusun oleh Michael Mann sendiri, yang mengubah beberapa elemen cerita asli agar lebih cocok dengan kebutuhan dramatis film, sementara tetap mempertahankan inti pesan novel. Perubahan terbesar dalam adaptasi ini adalah cara pandang terhadap karakter utama, Hawkeye, yang diceritakan lebih manusiawi dan lebih berfokus pada hubungan pribadinya dengan keluarga Cora dan Alice Munro, serta hubungan antara suku Mohikan dan kolonial Eropa.

Michael Mann memilih aktor-aktor yang mampu membawa kedalaman emosional pada karakter-karakter yang kompleks dan memberi nuansa sejarah yang lebih otentik. Daniel Day-Lewis yang sudah dikenal sebagai aktor dengan metode akting yang sangat intens, mengambil peran utama sebagai Hawkeye (Nathaniel Poe), seorang pemburu asal Inggris yang dibesarkan oleh suku Mohikan.

Peran ini menuntutnya untuk bertransformasi total, baik secara fisik maupun psikologis. Day-Lewis tidak hanya mempelajari seni berperang, tetapi juga keterampilan berburu, memanah, dan berinteraksi dengan alam. Untuk mempersiapkan peran Hawkeye, ia menghabiskan waktu berbulan-bulan di hutan, berlatih bertahan hidup di alam liar dan berburu, serta berbicara dengan berbagai ahli sejarah tentang kehidupan di abad ke-18.

Para aktor yang memerankan karakter-karakter suku asli Amerika berlatih dengan konsultan dari suku asli untuk mempelajari bahasa, budaya, dan kebiasaan suku Mohikan dan Huron. Keautentikan dalam menggambarkan kehidupan suku-suku asli Amerika menjadi salah satu fokus utama dalam film ini.

Pengambilan gambar dilakukan di beberapa lokasi alam terbuka yang sangat indah, antara lain Great Smoky Mountains National Park di North Carolina dan Tennessee, yang digunakan untuk banyak adegan alam liar yang menakjubkan. Hutan lebat dan pegunungan memberikan atmosfer yang sangat kuat untuk menggambarkan kehidupan di alam bebas pada masa itu.

Blue Ridge Parkway, yang terkenal dengan pemandangan pegunungan yang menakjubkan, digunakan untuk beberapa adegan aksi penting dan adegan pertemuan antara karakter-karakter utama. Dan di Pemberton Mills, tempat beberapa adegan pemukiman kolonial dan kamp militer berlangsung.

Sinematografi film ini dikerjakan oleh Dante Spinotti, yang sebelumnya dikenal dengan karyanya dalam film Heat (1995) dan The Insider (1999). Spinotti menggabungkan teknik sinematik yang mengutamakan pemandangan alam yang luas dan ekspresi karakter dalam adegan yang penuh dengan ketegangan. Teknik pencahayaan alami digunakan untuk memberikan nuansa otentik pada film, dengan banyak adegan yang diambil saat matahari terbit atau terbenam, menciptakan gambaran visual yang dramatis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun