The Last of the Mohicans (1992), disutradarai Michael Mann, adalah film yang mengisahkan perjuangan terakhir suku Mohikan untuk bertahan hidup di tengah invasi Eropa di Amerika Utara. Dengan alur cerita yang penuh emosi, latar alam yang menakjubkan, serta elemen sejarah yang kuat, The Last of the Mohicans menjadi salah satu film yang dikenang sebagai karya sinematik yang memadukan aksi, drama, dan romansa dalam satu narasi yang luar biasa.
Film ini dikenal karena sinematografinya yang luar biasa, penampilan aktor yang kuat, serta skor musik yang sangat mengesankan. Dengan durasi lebih dari dua jam, The Last of the Mohicans berhasil menarik perhatian penonton dan kritikus sekaligus dengan menyuguhkan keindahan alam liar Amerika dan cerita penuh ketegangan di tengah perang.
The Last of the Mohicans awalnya adalah sebuah novel yang diterbitkan pada tahun 1826 oleh James Fenimore Cooper. Novel ini menjadi bagian dari Leatherstocking Tales, sebuah seri yang menceritakan kehidupan seorang pemburu bernama Natty Bumppo, atau yang lebih dikenal sebagai Hawkeye. Novel ini memiliki pengaruh besar dalam sejarah sastra Amerika, terutama dalam menggambarkan hubungan antara penduduk asli Amerika dan penjajah Eropa.
Michael Mann, yang terkenal dengan film-film bertema aksi dan psikologis seperti Heat (1995) dan Manhunter (1986), melihat potensi besar untuk mengadaptasi novel ini ke layar lebar. Skrip film ini disusun oleh Michael Mann sendiri, yang mengubah beberapa elemen cerita asli agar lebih cocok dengan kebutuhan dramatis film, sementara tetap mempertahankan inti pesan novel. Perubahan terbesar dalam adaptasi ini adalah cara pandang terhadap karakter utama, Hawkeye, yang diceritakan lebih manusiawi dan lebih berfokus pada hubungan pribadinya dengan keluarga Cora dan Alice Munro, serta hubungan antara suku Mohikan dan kolonial Eropa.
Michael Mann memilih aktor-aktor yang mampu membawa kedalaman emosional pada karakter-karakter yang kompleks dan memberi nuansa sejarah yang lebih otentik. Daniel Day-Lewis yang sudah dikenal sebagai aktor dengan metode akting yang sangat intens, mengambil peran utama sebagai Hawkeye (Nathaniel Poe), seorang pemburu asal Inggris yang dibesarkan oleh suku Mohikan.
Peran ini menuntutnya untuk bertransformasi total, baik secara fisik maupun psikologis. Day-Lewis tidak hanya mempelajari seni berperang, tetapi juga keterampilan berburu, memanah, dan berinteraksi dengan alam. Untuk mempersiapkan peran Hawkeye, ia menghabiskan waktu berbulan-bulan di hutan, berlatih bertahan hidup di alam liar dan berburu, serta berbicara dengan berbagai ahli sejarah tentang kehidupan di abad ke-18.
Para aktor yang memerankan karakter-karakter suku asli Amerika berlatih dengan konsultan dari suku asli untuk mempelajari bahasa, budaya, dan kebiasaan suku Mohikan dan Huron. Keautentikan dalam menggambarkan kehidupan suku-suku asli Amerika menjadi salah satu fokus utama dalam film ini.
Pengambilan gambar dilakukan di beberapa lokasi alam terbuka yang sangat indah, antara lain Great Smoky Mountains National Park di North Carolina dan Tennessee, yang digunakan untuk banyak adegan alam liar yang menakjubkan. Hutan lebat dan pegunungan memberikan atmosfer yang sangat kuat untuk menggambarkan kehidupan di alam bebas pada masa itu.
Blue Ridge Parkway, yang terkenal dengan pemandangan pegunungan yang menakjubkan, digunakan untuk beberapa adegan aksi penting dan adegan pertemuan antara karakter-karakter utama. Dan di Pemberton Mills, tempat beberapa adegan pemukiman kolonial dan kamp militer berlangsung.
Sinematografi film ini dikerjakan oleh Dante Spinotti, yang sebelumnya dikenal dengan karyanya dalam film Heat (1995) dan The Insider (1999). Spinotti menggabungkan teknik sinematik yang mengutamakan pemandangan alam yang luas dan ekspresi karakter dalam adegan yang penuh dengan ketegangan. Teknik pencahayaan alami digunakan untuk memberikan nuansa otentik pada film, dengan banyak adegan yang diambil saat matahari terbit atau terbenam, menciptakan gambaran visual yang dramatis.
Salah satu elemen yang sangat mengesankan dari The Last of the Mohicans adalah musiknya. Skor film ini disusun oleh Trevor Jones dan Randy Edelman, yang menciptakan tema musik yang sangat kuat dan mendalam, menggabungkan unsur-unsur tradisional dengan orkestra modern. Lagu tema utama, yang sering disebut The Gael, telah menjadi salah satu karya musik paling ikonik dalam sejarah film.
Film ini dirilis pada 25 September 1992, dan meskipun awalnya tidak diprediksi akan meraih kesuksesan besar, The Last of the Mohicans menjadi hit di box office, meraup lebih dari $75 juta di seluruh dunia dengan anggaran sekitar $40 juta. Film ini juga mendapat sambutan hangat dari kritikus karena penampilannya yang kuat, sinematografi yang memukau, serta skor musik yang legendaris. Dalam penghargaan, The Last of the Mohicans meraih dua nominasi Academy Awards untuk kategori Best Sound dan Best Original Score.
The Last of the Mohicans adalah film epik yang menyatukan elemen sejarah, aksi, romansa, dan ketegangan dalam narasi yang kuat dan memikat. Dari akting yang mendalam, sinematografi yang memukau, hingga musik yang menggugah, film ini berhasil membawa kita ke dalam dunia yang penuh dengan konflik, pengorbanan, dan perjuangan untuk bertahan hidup. Sebagai sebuah karya sinematik, The Last of the Mohicans menjadi film klasik yang tetap dihargai oleh penonton dan kritikus hingga saat ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI