RoboCop (1987) adalah film fiksi ilmiah yang menjadi salah satu karya paling berpengaruh dalam genre tersebut. Disutradarai oleh Paul Verhoeven, film ini bukan hanya mencuri perhatian dengan cerita yang menggugah, tetapi juga dengan teknik produksi yang inovatif pada masanya. Mari kita bahas lebih dalam mengenai proses syuting film RoboCop.
Proyek RoboCop dimulai dengan ide dari penulis skenario Edward Neumeier dan Michael Miner. Neumeier mendapatkan ide awal saat berpikir tentang bagaimana perkembangan teknologi dan korporatisme bisa mempengaruhi hukum dan keadilan. RoboCop membawa tema besar tentang moralitas, kebebasan, dan kontrol teknologi.
Pada tahun 1986, skrip yang sudah selesai menarik perhatian produser Jon Davison, yang kemudian membawa film ini ke Orion Pictures. Sutradara Paul Verhoeven ditunjuk untuk menyutradarai film ini. Meskipun ia awalnya tidak tertarik pada genre fiksi ilmiah, Verhoeven terpesona oleh dimensi sosial dan politis yang ada dalam cerita.
Untuk karakter utama, Alex Murphy (RoboCop), pihak produksi memilih Peter Weller, seorang aktor yang belum terlalu terkenal saat itu. Weller mengesankan sutradara dengan kemampuan aktingnya yang kuat, meskipun ia harus mengenakan pakaian prostetik yang berat dan sulit untuk bergerak. Untuk mempersiapkan Weller, mereka harus melakukan banyak latihan dan eksperimen sebelum akhirnya merekam adegan penembakan pertama RoboCop.
Namun, yang menjadi lebih menarik adalah proses untuk menciptakan sosok RoboCop itu sendiri. Kostum yang digunakan oleh Weller sangat rumit. Dengan berat sekitar 27 kg, kostum tersebut dibuat dari fiberglass dan memerlukan waktu satu setengah jam untuk memakainya setiap hari syuting. Bahkan Weller harus dibantu oleh asisten untuk berdiri dan bergerak karena kesulitan dalam berpindah dan menggunakan kostum tersebut. Karena kostum RoboCop yang berat dan tidak bisa dilepas dengan cepat, Weller hanya bisa makan dan minum melalui tabung yang terpasang pada kostum.
Desain RoboCop adalah karya dari seniman ilmiah dan desain efek khusus, Rob Bottin, yang sebelumnya terkenal dengan karyanya dalam The Thing (1982). Bottin harus menciptakan sebuah kostum yang bukan hanya terlihat futuristik, tetapi juga dapat memberikan kesan mekanis dan hampir 'tidak manusiawi'. Kostum ini dirancang untuk menggambarkan konsep transhumanisme --- pencampuran antara manusia dan mesin.
Meskipun desain ini sangat ambisius, ada tantangan besar dalam mengoperasikan kostum tersebut. Weller pernah berkata bahwa ia merasa seperti berada dalam 'mobil yang berjalan', karena pergerakannya sangat terbatas. Kostum itu juga tidak memiliki ventilasi yang memadai, sehingga membuatnya panas dan tidak nyaman.
Sebagian besar syuting RoboCop dilakukan di Detroit, Michigan, yang dipilih karena gambaran kota tersebut yang dilanda kemerosotan ekonomi dan industrialisasi, memberikan latar yang pas untuk cerita dystopian ini. Meskipun begitu, beberapa adegan juga syuting di Los Angeles dan di studio.
Adegan-adegan penting, seperti penembakan brutal pertama RoboCop dan momen-momen emosional dalam film, sebagian besar dilakukan dalam studio. Salah satu lokasi paling ikonik adalah kantor pusat Omni Consumer Products (OCP), yang dirancang dengan arsitektur modern dan futuristik untuk menggambarkan dominasi korporasi di masa depan.
Film ini dikenal karena penggunaan efek praktis yang revolusioner pada masanya. Salah satu aspek yang menonjol adalah penggunaan efek prostetik dan animatronics untuk menciptakan karakter-karakter seperti RoboCop dan penjahat seperti Ed 209, sebuah robot besar yang gagal dalam uji coba.
Penciptaan Ed 209 memerlukan tim yang terdiri dari 12 orang untuk mengoperasikan model robot yang besar dan rumit. Sebagian besar adegan Ed 209 yang melibatkan interaksi fisik, seperti saat robot itu berjalan atau menembak, menggunakan animatronik dan model miniatur. Robot Ed 209 terinspirasi oleh desain robot militer nyata yang sedang dalam pengembangan pada masa itu, meskipun tetap dengan sentuhan fiksi ilmiah yang dramatis.
Untuk adegan tembak-menembak, yang menjadi ciri khas RoboCop, tim efek visual menggunakan teknik squib untuk menghasilkan efek darah dan luka yang realistis. Film ini dikenal karena adegan tembak-menembak yang sangat grafis, yang pada awalnya menuai kritik tetapi kemudian dianggap sebagai elemen penting dalam menekankan kejamnya dunia yang digambarkan dalam film.
Musik dalam RoboCop diciptakan oleh Basil Poledouris, yang juga dikenal dengan karya musiknya untuk film Conan the Barbarian (1982). Musik dalam RoboCop memiliki nuansa epik dan monumental, yang membantu memperkuat tema film tentang mesin versus manusia. Salah satu tema utama, yaitu Main Title Theme, menjadi sangat ikonik dan mengingatkan penonton pada film ini berkat orkestrasi yang megah dan dramatis.
RoboCop dirilis pada 17 Juli 1987, dan dengan cepat menjadi film yang sukses secara komersial dan kritis. Dengan anggaran sekitar $13 juta, film ini berhasil meraup lebih dari $53 juta di box office domestik dan menjadi fenomena budaya. Film ini dipuji karena keberhasilannya dalam menggabungkan aksi, humor gelap, dan kritik sosial terhadap kapitalisme dan teknologi. Keberhasilan RoboCop membuka jalan bagi sekuel dan adaptasi lainnya, termasuk film animasi, serial televisi, komik, dan reboot film pada tahun 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H